Chapter 1 : Bar

...—Excelia, Kekaisaran Arestia—...

...—1 Juli 1238—...

Pemandangan yang sama seperti biasanya.

Kalimat tersebut sekali lagi berada dalam benak Ares setelah perlahan membuka kembali kedua matanya.

Suasana hening menyelimuti, pencahayaan lentera juga masih saja menyala, beberapa bangsawan terlihat tertidur di atas meja kerjanya. Merasakan tubuh yang hangat terselimuti serta meja yang telah berada dalam keadaan rapi kembali, Ares hanya dapat tersenyum penuh syukur karena perbuatan yang dilakukan oleh istrinya tersebut.

Bangkit, Ares melipat selimutnya dan meletakkannya di atas dudukan kursi. Pandangan Ares berpaling menuju sudut ruangan, sinar keputihan terlihat menembus tirai jendela, tanda apabila ibukota sedang terselimuti oleh gelapnya malam.

Ares melangkah, mengendap-endap menuju pintu mengenakan jubah hitam dengan Rapier—senjata terkuat di dunia—yang tersarung di salah satu pinggulnya, meninggalkan ruangan untuk mengubah suasana karena tidak lagi dapat tertidur.

"Dapatkah saya mengetahui tujuan Anda pergi, Yang Mulia?" Beberapa langkah setelah meninggalkan ruangan, perkataan Rea—salah satu anggota Klan Cornwall bergelar "Night Walker"—sejenak menghentikan kedua langkah kaki Ares, walau Ares telah mengetahui keberadaan dirinya sebelumnya.

"Mencari kesegaran angin malam." Ares menjawab tanpa nada dan kembali melanjutkan langkahnya.

Tanda sedikitpun terasa adanya kehadiran, Ares menapaki lorong istana yang sunyi dan remang, ia tahu apabila beberapa anggota Klan Cornwall sedang mengawalnya dari suatu sudut istana.

Seluruh anggota keluarga royalti kekaisaran—termasuk selir, gundik, hingga anak-anaknya—berada dalam pengawasan keamanan ketat. Hanya terdiri dari beberapa orang, membuat bahkan anak seorang gundikpun harus dilindungi jika dilihat dari kacamata suksesi, walau Ares tidak mungkin menggunakan alasan tersebut untuk keselamatan keluarganya.

Melalui jalan belakang, Ares keluar dari istana melalui jalan yang biasa digunakan para pelayan dari kalangan rakyat jelata, menjadikan tidak ada seorangpun yang berpikir apabila Ares merupakan Sang Kaisar, walau tidak ada pelayan dan ksatria yang memberi pandang kepadanya.

Tap.

Tap.

Beberapa suara langkah kaki para ksatria yang berpatroli semakin keras terdengar, membuat Ares menapak tanpa menimbulkan sedikitpun suara menuju jalan rahasia istana, hingga ia tiba di sudut gang kecil diantara beberapa bangunan distrik kelas atas.

Aku sedikit merindukan suasana era modern dimana keramaian terasa hingga larut malam...

Sunyi, jalanan distrik masyarakat kelas atas hanya memiliki sedikit orang yang menapaki, yang tidak berbeda dengan keadaan distrik para bangsawan serta kantor pemerintahan kekaisaran.

Orang-orang kaya yang mabuk, kereta kuda para pedagang yang mengantarkan barang mereka disaat larut—karena adanya undang-undang pembatasan kegiatan pengiriman barang di siang hari demi kesehatan masyarakat—Ares memiliki harapan kecil setidaknya empat kota terbesar Kekaisaran Arestia—Ibukota Excelia, Kota Perdagangan Bebas Hauzen, Kota Scandiva, serta Kota Windsor—dapat sejajar dengan Ibukota Kekaisaran Renacles, Argen, di masa yang telah direncanakan nanti.

Di beberapa sudut distrik, jendela yang menampilkan cahaya kekuningan sebuah lentera sering terlihat, tanda apabila beberapa orang masih beraktivitas di dalamnya, entah bersenang-senang atau melakukan beberapa hal lainnya.

Tembok pemeriksaan kembali terlihat, tanda apabila Ares akan tiba di distrik penduduk dengan kelas yang lebih rendah yang memiliki banyak rumah tidak seindah distrik sebelumnya.

Memanfaatkan statistik yang didapatnya dari Rapier, Ares berlari tanpa sedikitpun menimbulkan suara melalui pos penjagaan dimana beberapa ksatria penjaga tertidur, walau beberapa diantara mereka tetap terjaga dan berada dalam keadaan yang tidak fokus.

Lebih ramai, meski tetap dapat dikatakan berada dalam kesunyian malam yang wajar. Beberapa bar terlihat ramai, cerobong-cerobong penginapan juga terlihat masih mengeluarkan asap yang mengepul, Ares memperkirakan apabila hari belum berganti.

Mengikuti kedua kakinya membawanya, Ares tiba di depan sebuah bar kecil yang terkesan lusuh dan segera memasukinya dengan acuh tak acuh.

Beberapa pemabuk mengalihkan perhatiannya kepada Ares, beberapa diantara mereka tetap tidak menghiraukannya, beberapa pengunjung telah tertidur, beberapa diantara mereka memukuli seorang pemuda di sudut aula. Meskipun begitu, Ares dapat menilai apabila terdapat dua anggota Klan Cornwall yang menyamar sebagai pelanggan bar.

Bukankah mereka sangat kompeten?

Tersenyum masam, Ares mendekati bartender wanita bertubuh sensual yang berdiri di balik meja bar. Rambut coklatnya tergerai panjang, pakaian yang ia kenakan sangat terbuka menunjukkan kulit putihnya, mencirikan strategi pemasaran yang menggunakan tubuhnya untuk mempromosikan bar.

Dikelilingi beberapa pelanggan pria, bartender tersebut tidak lepas dari lirikan mesum para pria, yang dengan acuh tak acuh bartender tersebut hiraukan.

"Apa yang ingin orang miskin ini pesan di tempat ini?" Bartender tersebut menyipitkan kedua matanya. Menilai dari jubah yang dikenakan Ares, sangat terlihat lusuh karena merupakan jubah penyamarannya.

Mendapat tatapan tajam dari para pria di sekitar bartender tersebut, Ares dengan acuh tak acuh duduk di kursi meja bar, perlahan membuka tudung jubah hitamnya.

Bartender, para pelanggan pria di sekitarnya, serta pelanggan yang terduduk di meja bar lain yang tersebar di aula sejenak terkagum dengan wajah Ares, walau menunjukkan kelelahan yang luar biasa. Sebagai seorang kaisar, Ares tentu melakukan perawatan tubuh—termasuk wajahnya—karena seorang kaisar merupakan wajah negara, selain dikarenakan uangnya yang sangat melimpah.

"Segelas susu hangat." Kata-kata Ares tidak hanya membuat bartender wanita tersebut sejenak mematung, namun juga para pelanggan lain yang mendengarnya, ragu dengan kata-kata yang menusuk telinga mereka.

"Bahahaha!"

"Wahahaha!"

Gelak tawa riuh menyebar, Ares tetap mempertahankan wajah datarnya. Dua orang pelanggan pria kekar—duduk di dekat bartender—bangkit dari kursinya, mendekati Ares dan duduk di kedua sisinya.

"Ini bukan tempat untuk seorang bocah sepertimu, Nak."

"Hanya ada minuman keras di tempat ini, Bocah."

Bartender pun tersenyum mengejek, "Pria lemah. Yah, aku akan menyediakan susu untukmu untuk 100 G."

Nah, tidak mungkin aku mabuk di tempat umum.

Aku adalah kaisar, kau tahu?

Mengacuhkan intimidasi dari bartender serta dua orang di sampingnya, Ares mengeluarkan satu keping koin perak dari sakunya, "Ya."

Bartender terkejut, seketika ia menjadi panik, tidak menyangka apabila perkataannya akan menjadi bumerang yang berbalik kepadanya.

"A—aku akan mengambilnya!" Teringat akan tetangganya, bartender tersebut mundur dengan panik, meninggalkan bar yang seharusnya ia jaga begitu saja.

"Oi, apa yang kau lakukan kepada Mehera kita?"

"Lagipula, uangmu sangat banyak."

Namanya Mehera... kah?

Tatapan penuh intimidasi tertuju kepada Ares, hawa membunuh yang terpancar dari dua orang di sampingnya semakin kental terasa. Meskipun dua anggota Klan Cornwall hendak datang mendekat, Ares memberikan sebuah tanda dengan tangan agar mereka tetap berada di tempat.

"Apa makanan kesukaan kalian?" Mengabaikan intimidasi mereka, Ares acuh tak acuh bertanya.

"Oh, kau hendak mentraktir kami?" Menilai apabila Ares ketakutan, pria kekar berambut merah lebat tersenyum jahat, berniat untuk memerasnya, "Daging."

"Koin emas," ucap pria paruh baya kekar botak di sisi Ares yang lain lalu tersenyum lebar sembari merangkul bahu Ares.

"Begitu." Sekali lagi merogoh sakunya, Ares mengambil dua keping koin emas dan meletakkannya di atas meja.

Tak.

Tak.

Tak.

Tak.

Jumlah koin emas kian bertambah. Pandangan pria botak terbuka lebar hingga berubah penuh ketakutan, sekujur tubuhnya berkeringat deras hingga membasahi sebagian besar pakaiannya.

Tak.

Tak.

"T—tolong hentikan..." Pria botak memohon lirih, merasa sangat ketakutan, tidak berbeda dengan pria berambut merah lebat di sisi Ares yang lain dan semua orang yang melihat pemandangan tersebut.

Kebenaran telah terungkap. Tidak lagi terdapat seseorang diantara para pelanggan yang menganggap Ares sebagai orang miskin. Terlebih lagi, dengan koin emas yang ditunjukkan olehnya, mereka mengerti apabila Ares merupakan seorang bangsawan atau ksatria, yang tentu memiliki pengaruh nyata di ibukota.

Tak.

Tak.

"Makanlah," perintah Ares.

"Ta—tapi..." balas Pria Botak ketakutan.

"Apakah kau membohongiku?" Nada Ares datar, namun terasa penuh dendam.

"Tidak! Itu salah!" teriak Pria Botak.

Dari balik dinding, Mehera mengintip pemandangan di balik meja bar dengan histeris, ia merasa kasihan dengan kondisi pria botak tersebut.

"Si—silakan... Tuan." Mehera berusaha tersenyum sembari menyajikan segelas susu, walau hatinya sangat takut dengan pemuda di hadapannya, "A—apakah Anda membutuhkan pesanan lain?"

"Tidak, ini saja." Ares mengambil pegangan gelas dan segera menenggaknya.

"B—baik!" timpal Mehera yang segera bergerak menjauh.

"Tunggu." Kata-kata Ares membuat kaki Mehera sejenak menegang, menghentikan langkahnya, "Berikan 10 porsi daging kepada orang ini."

"Eh?" Pria berambut merah lebat terkejut saat ibu jari Ares mengarah kepadanya. Terlebih lagi, ia tidak dapat segera mencerna apa yang Ares katakan.

"B—baik, Tuan!" Mehera berlari kabur.

"Tunggu! Itu terlalu banyak untukku!" Mehera telah menjauh, teriakan pria berambut merah tidak sekalipun digubris, membuatnya tertunduk lemah menanti takdir yang akan terjadi kepadanya.

"Apa yang kau tunggu? Makanan kesukaanmu telah tersaji di hadapanmu." Menoleh kepada Pria Botak di sampingnya, Ares menemukan ia sedang tertunduk lesu, membuatnya kembali mengacuhkan pria tersebut dengan meminum susunya.

"Iya..." Pria Botak dengan lemah menjawab, tidak bergerak sedikitpun dari posisinya semula.

Krrieett.

Sekali lagi, seorang pria berjubah hitam memasuki bar. Kedua kakinya mengarah kepada kursi dari meja bar yang berada tidak jauh dari kursi Ares.

Tidak hanya Ares, bahkan para anggota Klan Cornwall di dalam serta di luar bangunan mempersiapkan diri, berada dalam kewaspadaan tinggi. Karena mereka tahu, orang tersebut bukanlah seseorang yang dapat dikatakan "biasa saja."

"Appraisal." Ares berkata lirih, menargetkan pria bertudung hitam yang berjalan mendekat.

......................

...[Status]...

Nama : Olfrey

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Afiliasi : Ksatria Ratu, Kerajaan Gardom

Gelar :

+ Mata Ratu Kerajaan Gardom

+ Kepala Departemen Intelejen

+ Ketua Regu Pembunuh Ksatria Ratu

Statistik

Keahlian Senjata : 89 (+0)

Kelincahan : 87 (+0)

Kepandaian : 49 (+0)

Tubuh : 89 (+0)

Kepemimpinan : 37 (+0)

Loyalitas : 95

Moral : 82

Pelatihan : 95

......................

Aku telah menunggumu, Eye's of The Queen.

...----------------...

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

tamu yang telah ditunggu Ares telah datang

2022-04-28

0

John Singgih

John Singgih

tamu yang telah ditunggu oleh Ares

2022-04-28

0

Kagebhunshin

Kagebhunshin

jejak tiga

2022-04-04

0

lihat semua
Episodes
1 Recap : Ares, The Tutorial Character Boss Game
2 Prologue : The Arestia Empire
3 Chapter 1 : Bar
4 Chapter 2 : Utusan
5 Chapter 3 : Tujuan Pertama, Forbrenne
6 Chapter 4 : Budak Penguasa
7 Chapter 5 : Menabur Benih
8 Chapter 6 : Kontrol
9 Chapter 7 : Implikasi Mematikan
10 Chapter 8 : Forced
11 Chapter 9 : Sebelum Pertempuran
12 Chapter 10 : Awal Peperangan
13 Chapter 11 : Perang Saudara
14 Chapter 12 : Anticipation
15 Chapter 13 : Gale's Scam
16 Chapter 14 : Artileri
17 Chapter 15 : Rasionalitas Ruon
18 Chapter 16 : Perwakilan Gardom
19 Chapter 17 : Bendera Putih
20 Chapter 18 : Exploitation
21 Chapter 19 : Hangat
22 Chapter 20 : Merasakan Pengalaman Pertama
23 Chapter 21 : Interaksi Luar Negeri
24 Chapter 22 : Masa Lalu
25 Chapter 23 : Cupid
26 Alternation 1 : Misi Lean
27 Chapter 24 : Tambang
28 Chapter 25 : Ketidakmatangan Rencana
29 Chapter 26 : Rumah
30 Chapter 27 : Untuk Masa Depan
31 Alternation 2 : Hari Istirahat
32 Chapter 28 : Kekhawatiran, part 1
33 Chapter 28 : Kekhawatiran, part 2
34 Chapter 29 : Kedatangan Loic
35 Chapter 30 : Harapan
36 Chapter 31 : Pendekatan Baru
37 Chapter 32 : Air untuk Anakku, part 1
38 Chapter 32 : Air untuk Anakku, part 2
39 Chapter 33 : Kebenaran Dunia, part 1
40 Chapter 33 : Kebenaran Dunia, part 2
41 Chapter 34 : Peresmian Guild Pedagang
42 Chapter 35 : Investigasi Awal
43 Chapter 36 : Anggapan Ancaman
44 Chapter 37 : Darah Ecasia
45 Chapter 38 : Agen
46 Chapter 39 : Saudara Jauh
47 Alternation 3 : Kekuatan Excel
48 Chapter 40 : Pemenuhan Janji
49 Chapter 41 : Gerakan Renacles, part 1
50 Chapter 41 : Gerakan Renacles, part 2
51 Chapter 42 : Menyamar
52 Chapter 43 : As dan Joker
53 Chapter 44 : Ajakan
54 Chapter 45 : Di Luar Perhitungan
55 Chapter 46 : Malam Berdarah, part 1
56 Chapter 46 : Malam Berdarah, part 2
57 Chapter 46 : Malam Berdarah, part 3
58 Chapter 46 : Malam Berdarah, part 4
59 Chapter 47 : Awal Bencana, part 1
60 Chapter 47 : Awal Bencana, part 2
61 Chapter 47 : Awal Bencana, part 3
62 Chapter 48 : Rage – Arc 3 <End>
63 Interlude : Awal
64 Extra : The Commoner's Diary
65 Intermission : Jeanne, Pawn of The Church Authority
66 Chapter 49 : Permulaan, part 1
67 Chapter 49 : Permulaan, part 2
68 Chapter 50 : Penggandaan
69 Chapter 51 : Pijakan
70 Chapter 52 : Misteri Istana Kekaisaran
71 Chapter 53 : Unglorious Emperor
72 Chapter 54 : Rehat
73 Chapter 55 : Tidak Sesuai Dengan Apa yang Diharapkan
74 Announcement
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Recap : Ares, The Tutorial Character Boss Game
2
Prologue : The Arestia Empire
3
Chapter 1 : Bar
4
Chapter 2 : Utusan
5
Chapter 3 : Tujuan Pertama, Forbrenne
6
Chapter 4 : Budak Penguasa
7
Chapter 5 : Menabur Benih
8
Chapter 6 : Kontrol
9
Chapter 7 : Implikasi Mematikan
10
Chapter 8 : Forced
11
Chapter 9 : Sebelum Pertempuran
12
Chapter 10 : Awal Peperangan
13
Chapter 11 : Perang Saudara
14
Chapter 12 : Anticipation
15
Chapter 13 : Gale's Scam
16
Chapter 14 : Artileri
17
Chapter 15 : Rasionalitas Ruon
18
Chapter 16 : Perwakilan Gardom
19
Chapter 17 : Bendera Putih
20
Chapter 18 : Exploitation
21
Chapter 19 : Hangat
22
Chapter 20 : Merasakan Pengalaman Pertama
23
Chapter 21 : Interaksi Luar Negeri
24
Chapter 22 : Masa Lalu
25
Chapter 23 : Cupid
26
Alternation 1 : Misi Lean
27
Chapter 24 : Tambang
28
Chapter 25 : Ketidakmatangan Rencana
29
Chapter 26 : Rumah
30
Chapter 27 : Untuk Masa Depan
31
Alternation 2 : Hari Istirahat
32
Chapter 28 : Kekhawatiran, part 1
33
Chapter 28 : Kekhawatiran, part 2
34
Chapter 29 : Kedatangan Loic
35
Chapter 30 : Harapan
36
Chapter 31 : Pendekatan Baru
37
Chapter 32 : Air untuk Anakku, part 1
38
Chapter 32 : Air untuk Anakku, part 2
39
Chapter 33 : Kebenaran Dunia, part 1
40
Chapter 33 : Kebenaran Dunia, part 2
41
Chapter 34 : Peresmian Guild Pedagang
42
Chapter 35 : Investigasi Awal
43
Chapter 36 : Anggapan Ancaman
44
Chapter 37 : Darah Ecasia
45
Chapter 38 : Agen
46
Chapter 39 : Saudara Jauh
47
Alternation 3 : Kekuatan Excel
48
Chapter 40 : Pemenuhan Janji
49
Chapter 41 : Gerakan Renacles, part 1
50
Chapter 41 : Gerakan Renacles, part 2
51
Chapter 42 : Menyamar
52
Chapter 43 : As dan Joker
53
Chapter 44 : Ajakan
54
Chapter 45 : Di Luar Perhitungan
55
Chapter 46 : Malam Berdarah, part 1
56
Chapter 46 : Malam Berdarah, part 2
57
Chapter 46 : Malam Berdarah, part 3
58
Chapter 46 : Malam Berdarah, part 4
59
Chapter 47 : Awal Bencana, part 1
60
Chapter 47 : Awal Bencana, part 2
61
Chapter 47 : Awal Bencana, part 3
62
Chapter 48 : Rage – Arc 3 <End>
63
Interlude : Awal
64
Extra : The Commoner's Diary
65
Intermission : Jeanne, Pawn of The Church Authority
66
Chapter 49 : Permulaan, part 1
67
Chapter 49 : Permulaan, part 2
68
Chapter 50 : Penggandaan
69
Chapter 51 : Pijakan
70
Chapter 52 : Misteri Istana Kekaisaran
71
Chapter 53 : Unglorious Emperor
72
Chapter 54 : Rehat
73
Chapter 55 : Tidak Sesuai Dengan Apa yang Diharapkan
74
Announcement

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!