Gerbang Hitam

Gerbang Hitam

Kontak pertama

Tet .... tet... tet...

Terdengar rentetan suara klakson kendaraan yang terjebak kemacetan pada jam jam sibuk silih berganti. Terutama untuk kendaraan angkot yang sibuk mencari para penumpangnya, berhenti sesuka hati karena pada dasarnya jalanan adalah ruang kerjanya, ruang kantornya dan asap hasil pembakaran kenalpot kendaraan bercampur baur dengan debu debu yang berterbangan ditambah dengan panasnya sinar matahari berbaur menjadi satu, menambah suasana semakin tidak menyenangkan apalagi ini sudah tengah hari.

Terlihat kesibukan disalah satu sekolah menengah yang ada dikota Medan, murid muridnya berhamburan keluar sepertinya mereka semua sibuk menuju ke angkotnya masing-masing, terdengar sebuah teriakan memanggil salah satu murid yang baru keluar dari pintu gerbang sekolah.

“Rangga...Rangga...tunggu.”

Seorang laki laki remaja yang merasa dirinya dipanggil menoleh ke belakang, terlihat olehnya seorang murid perempuan berlari kecil menghampirinya.

“Shinta nebeng ya.”

“Sori lah Shin, motor aku lagi rusak nih lagi nunggu jemputan, lagian apa kamu nggak salah nih, salah satu dari sepuluh bidadari teratas minta nebeng sama aku.”

“Kok ngomongnya gitu sih kamu, nggak da hubungannya lagi dengan sistem ranking kalian para cowok, Shinta memang mau cepat pulang ja, soalnya supir rumah Shinta lagi sakit jadi nggak bisa jemput, aduh bakal kepanasan ini...” terlihat seperti ada nada kekecewaan pada diri Shinta.

“Kalau motor aku ada, kamunya bakal kepanasan juga jadi sama ja bohong Shin.”

“Memang kamu nunggu jemputan sapa Ga?“ tanya Shinta mengalihkan pembicaraan dan sepertinya Shinta pingin tahu Rangga dijemput dengan siapa.

“Pengen tahu banget kamu Shin...”

“Kan nggak apa loh Ga, mana tahu bisa nebeng juga, hehehe.”

“Dijemput sama kakek aku, soalnya aku mau pulang ke kampung tempat tinggal kakekku, kan besok uda liburan kita.” terlihat Rangga berbicara pada Shinta sambil melihat jalanan sepertinya mencari tahu kalau kakeknya sudah tiba atau belum.

“Lah... Kakek kamu datang ke Medan Ga, kok nggak kabari nih... “

“Emang mau apa kamunya Shin kalau ku kabari datang ke Medan? lagian kakek ku uda satu minggu di Medan kok.”

“Ya pendekatan dululah sama kakeknya sebelum sama cucunya...” pandangan Shinta tertuju pada Rangga.

“Bagus ya Shinta ada kemajuan, sana minum obat...” sambil telunjuk Rangga menyentuh dan mendorong sedikit kening Shinta.

“Hmm... kebal juga kamu ya Ga, nggak sia sia mendapat predikat cowok mati rasa.”

“Predikat dari mana tu ...?”

“Yee memang kalian saja yang ada penilaian, kami juga ada penilaian kaum hawa untuk para kaum Adam dan kamu Rangga mendapat julukan Cowok mati rasa, mantap kan...” sambil jempol Shinta menunjuk ke arah atas.

“Mantaps...” sambut Rangga

“Jadi kamu ikut nebeng Shin, tu kakek aku sudah datang.“ dan tangan Rangga melambai keatas dan memberi tanda untuk seseorang yang menuju ke arah sekolah.

“Nggak ah, Shinta bareng sama Dewi udah janjian kok tadi pulangnya.”

“Trus kenapa tadi minta nebeng sama aku?”

“Ya nggak apa, iseng aja lagian Shinta tahu kok kamu tadi datang ke sekolah naik angkot.”

“Bagus... bagus...”

“Dah Rangga...” sambil jari jari Shinta melambai ke Rangga.

“Yuk Wi Kita pulang...” sambil Shinta duduk di belakang sepeda motor yang berhenti disana, yang dikendarai oleh salah seorang murid cewek yang bernama Dewi.

“Da Rangga kami pulang dulu ya...” teriak Dewi juga.

“Hmm... “ terdengar gumaman kecil dari mulut Rangga.

“Kakek nggak kesasar tadi kan?” Tanya Rangga kepada seseorang yang sudah berumur tapi masih terlihat segar bugar yang ternyata adalah kakeknya.

“Nggak lah, kakek masih hapal jalanan kota Medan.”

“Jadi kek, kita langsung ke kampung apa balik pulang dulu nih?”

“Langsung aja ke kampung, lagi pula ayah dan ibu kamu sudah berangkat duluan.”

“Okelah kek.”

..........

Matahari pun tergelincir dari singgasananya, berganti dengan sinaran cahaya bulan yang cukup terang, terlihat sebuah mobil memasuki perkarangan suatu rumah yang cukup luas dan rumah itu cukup sederhana dan bergaya tradisional, seperti terlihat gaya gaya dari rumah adat Jawa terlihat ada pendoponya,

Rangga pun keluar dari mobil beserta kakeknya, terlihat sepasang suami istri menyambut mereka.

“Gimana perjalanannya Rangga, apa kakek cerewet?” Tanya seorang perempuan yang menyambut kedatangan Rangga dan Kakeknya.

“Nggak loh Bu, kakek nggak cerewet tapi dongeng terus.“ kata Rangga pada perempuan tersebut yang ternyata ibunya Rangga.

“Ya sudah bersih bersih sana...”

Rangga pun segera masuk kedalam rumah dan berlalu dari sana.

“Jangan terlalu memanjakan anakmu Ratih, nanti dia nggak bisa menghadapi kehidupan masa depannya” sepertinya orang tua dari Ratih yang juga merupakan kakeknya Rangga memberi nasehat pada ibunya Rangga sambil berjalan menuju pintu rumah.

Wuzzzz...

Terdengar suara angin kencang yang tiba tiba muncul entah dari mana, terlihat pohon pohon, tanaman yang ada disana bergoyang goyang cukup kencang terbawa hembusan angin, malam yang tadi dihiasi dengan sinar rembulan yang cukup terang tiba tiba menjadi gelap, sepertinya bakal turun hujan dengan derasnya tapi yang anehnya walau cuaca bertambah gelap ditambah dengan hembusan angin yang cukup kencang, tapi tidak disertai dengan petir, dan itu berlangsung hampir satu menitan, kedua orang tua Rangga beserta kakeknya memperhatikan suasa disekitarnya.

Tak berapa lama muncul satu titik hitam berada tepat didepan mereka kira Kira berjarak kurang lebih dua puluh meteran, titik hitam itu mula mula hanya sekecil kelereng tapi lama kelamaan membesar, membesar dan terus membesar hingga mencapai lingkaran berdiameter kurang lebih tiga meter dan lingkaran tersebut berwarna hitam pekat, dan lingkaran hitam tersebut sepertinya berputar dititik tengahnya dan mulai berhenti membesar, angin tiba tiba lenyap menimbulkan suasan keheningan total, seperti waktu seakan akan berhenti.

Tiba tiba sesuatu keluar dari lingkaran hitam tersebut, sesuatu yang keluar seperti bentuk ujung suatu ekor reptil mamalia, Seperti bentuk ekor kadal tapi ukurannya besar dan berwarna putih bersih, dan ekor tersebut semakin panjang keluar diikuti dengan sebuah langkah kaki yang keluar dari lingkaran hitam tersebut, dan ketika keluar sepenuhanya terlihat sesosok bentuk yang menyerupai manusia, Mahkluk yang memiliki ekor, dan dikepalanya sendiri terdapat satu tanduk berwarna merah menyala tepat dikeningnya, sepertinya tanduk tersebut tersulut dengan api yang berkobar kobar kecil tapi tidak padam tertiup oleh angin, dan tanduk itu terus menyala dengan api kecilnya.

Tanpa basa basi di berteriak dan menyerang tiga orang yang ada didepanya, dia menyerang dengan cepatnya hingga tak terlihat oleh pandangan mata.

Crasshh...

Tak sampai sampai dalam hitungan satu detik kedua orang tua Rangga rubuh ke tanah, terlihat sebuah lubang bersarang didada mereka berdua, terlihat sepasang tangan yang juga berwarna putih milik sesosok yang baru keluar dari lingkaran tersebut ternoda oleh darah, sambil menjilat jari jari tangannya seperti dia suka akan rasanya.

Kakek Rangga yang terkejut dibuatnya yang tidak siap siaga berteriak.

“RATIH... SETO...”

Segera saja kakeknya Rangga mengalihkan perhatiannya pada sesosok yang menyerupai manusia didepannya, dan makhluk tersebut juga mengalihkan pandangannya kepada kakeknya Rangga, sambil menunjuk jarinya yang ada kuku kuku tajam dan makhluk itu pun tersenyum, dan secepat kilat dia menyerang kakeknya Rangga.

Dduuuuaaaarrrrr...

https://rairinproject.blogspot.com/p/gerbang\-hitam

Terpopuler

Comments

Koh Bang

Koh Bang

Menarik

2021-10-19

2

Radiah Ayarin

Radiah Ayarin

Dilihat dulu

2021-10-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!