Sore menjelang, Nana bersiap untuk kembali ke rumahnya. Nana berjalan cepat mencoba menghindar dari pacar barunya.
Pacar!
Dulu dia begitu menginginkan kata kata itu, tapi kini,
Nana memilih jadi jomblo seumur hidup daripada jadi pacar pura pura. Menyedihkan sekali nasibku, hikis hiks ... lirihnya dalam hati.
Nggak pernah punya pacar, sekali punya malah pacar bohongan.
Denting lift berbunyi, Nana segera melangkah keluar. Namun baru beberapa langkah dia berjalan ponselnya berdering, Sayangku, tertulis jelas disana.
Siapa ini, aku sepertinya tidak pernah menuliskan nama kontak ini! bathin nya.
Nana memutuskan mengangkatnya, dalam hati dia juga penasaran dengan si penelpon.
"Jangan coba kabur, tunggu aku didepan, ingat perusahaan sahabatmu ada di tanganku.' ancam Dimas
Saat Nana menekan tombol hijau, bahkan Nana belum sempat mengucapkan salam apalagi menjawab ucapannya.
Tut.....tut... Telepon langsung terputus, Nana menggeram kesal.
Lagi Nana harus mengelus dadanya dan. Menahan kekesalannya atas sikap Dimas selalu seenaknya. Untung ganteng, bathinnya
Nana lanjut melangkah keluar gedung.
Tak menunggu lama, mobil Dimas berada tepat di sampingnya, pintu langsung terbuka, "Cepat masuk," terdengar perintah dari dalam.
Dengan enggan akhirnya Nana masuk, duduk dan diam di samping pak bos galaknya.
Dimas tersenyum tipis.
"Kau tahu apa tugas seorang pacar bayaran?" Nana menggelengkan keras.
"Yakin?"
Tanya Dimas tersenyum miring.
Dengan polosnya Nana menggelengkan kepalanya. Dari mana aku tahu, pacaran yang sebenarnya aja aku nggak pernah, bathinnya.
Tak! Dimas menyentil kepala Nana. "Auw" jerit Nana mengusap kepalanya.
"Apa yang kau lamunkan? Kau teringat apa yang kau lakukan dengan mantan-mantan pacarmu?" Ejek Dimas
"Tidak pak." Jawab Nana cepat.
"Lalu apa? oh, aku tahu..." ucapnya dengan senyum licik.
"Jangan macam-macam pak?" Nana memperingatkan Dimas dan menyilang kan tangannya.
"Hahahaha... bukankah, itu hal yang biasa. Apalagi kau sering melakukannya. Nggak usah sok polos, Lagipula aku nggak mungkin melakukannya di mobil, jika kau mau kita bisa ke hotel dekat sini.
Bugh.... Nana refleks memukul bahu Dimas.
"Auw... apa kau ingin membunuhku?" teriak Dimas. Bukan karena sakit akibat pukulan Nana tapi karena mobilnya oleng dan mereka hampir tertabrak.
"Turun!" bentak Nana
Dimas menggeleng. Dia melirik sekilas, lalu fokus pada kemudinya.
"Apa kau sudah tahu tugasmu?"
Nana menoleh menatap tajam kearah Dimas yang sedang mengemudikan mobilnya, entah kemana Dimas akan membawanya Nana tak memikirkan itu. Dia masih takut Dimas akan macam-macam.
"Apa aku terlalu tampan?"
Pertanyaan Dimas membuat Nana mengakhiri pandangannya dan mendengus kesal.
"Atau jangan-jangan kau tak pernah pacaran?" Ejek Dimas
Nana menunduk malu, ucapan Dimas benar tapi Nana merasa Dimas sedang mentertawakan nya dan itu membuatnya merasa sangat sedih.
"Aku benar bukan?" Tanya Dimas yang tak disahuti oleh Nana.
"Aku akan mengajarimu, kita harus terlihat natural, mesra, saling cinta, agar nenek percaya jika kita benar pacaran dan akan segera menikah."
"Tapi pak, kita nggak nikah beneran kan?" Tanya Nana. Kali ini dia butuh kepastian, karena dia tak mau menikah dengan pria yang tidak dia cintai.
"Menurutmu!"
"Maaf pak, saya akui saya salah, dan saya minta maaf, tapi saya nggak mau menikah dengan bapak. Saya bersedia melakukan apapun selain itu." Ucap Nana memohon.
"Baiklah, kita menikah atau tidak itu urusan nanti, yang pasti kita akan menemui nenek malam ini. Jadi, kau bersiap lah."
"Anda tidak mengatakannya sejak tadi, saya belum siap, Pak." Ucap Nana bingung.
"Kau hanya perlu ikut dan menurut kepadaku."
Dimas terus melajukan mobilnya hingga mereka berhenti di sebuah butik ternama. "Ayo turun." Ucapnya
Nana mengikuti Dimas turun dan masuk ke dalam butik.
"Eh, pak Dimas, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pria tapi gemulai seperti wanita.
"Carikan baju yang cocok untuknya dan make over dia." Ucap Dimas
"Ayo cin, ikut aku." Ucap pria itu.
Dimas duduk dan menunggu, beberapa menit kemudian Nana keluar dengan sebuah gaun berwarna peach lengan pendek, sederhana tapi kelihatannya cocok untuk tubuh mungilnya.
Ternyata dia cantik juga, bathin Dimas.
"Aku ambil yang itu, Carikan sepatu dan tas yang cocok"
Kembali pelayan membawakan sepatu dan tas tangan untuk Nana. Nana sangat terkejut melihat nominal harga tas dan sepatu yang dibeli oleh Dimas. Nana ingin menolaknya namun kalimat yang Dimas lontarkan membungkam bibirnya rapat.
"Ini" ucapnya pada pelayan dan memberikan kartunya untuk membayar tagihan.
"Jangan membuatku malu dengan wajahmu itu " Nana hanya bisa mengepalkan tangannya menahan geram.
Dua jam kemudian mereka berangkat ke kediaman Dimas, Nana sudah memakai gaunnya dan wajahnya sudah dimake over. Nana terlihat begitu cantik, bahkan dia sendiri tidak percaya jika itu adalah dirinya.
Mobil mereka memasuki sebuah rumah mewah, bukan rumah bisa juga disebut istana. Nana terkagum kagum dengan kemewahan dan kemegahan rumah tersebut.
"Ayo turun." Ucapan Dimas membuyarkan semua hayalan Nana.
Dimas menggandeng tangan Nana masuk kedalam, "tugasmu dimulai, buat nenek percaya jika kita benar pacaran dan dia berhenti mengatur perjodohan untukku." Bisik Dimas, Nana hanya mengangguk lemah.
Nana terus melangkah dengan perasaan takut, cemas dan tertu saja gugup. Dia harus masuk kedalam dan mengaku menjadi pacar Dimas, seorang CEO dari perusahaan terkenal, jika ditanya dia siapa? Apa yang harus dijawab, bathinnya bergejolak.
Pintu rumah terbuka lebar, Dimas memeluk pinggang Nana dan membawanya masuk sambil tersenyum lebar. Nana terkesiap dengan sikap Dimas yang tanpa ijin memeluk erat pinggangnya, darahnya berdesir hebat, sikap Dimas ini sungguh diluar dugaan nya.
Nanq melirik Dimas, namun Dimas diam dan terus berjalan dengan santai. Jantung Nana berdetak tak karuan, sikap manis ini membuatnya baper, digandeng pria setampan Dimas, mana mungkin nggak baper.
Tenang Na, ini akting. Demi lima puluh juta. Jangan bapeer...oh jantung, please....jangan deq degan... tapi Dimas sweet banget...
"Halo nek?" Suara Dimas terdengar menyapa seseorang.
Nana mengalihkan pandangannya dan melihat kedepan, seorang wanita tua yang masih terlihat muda dan cantik. Tubuhnya bersih terawat, walaupun usianya sudah tua tapi dia terlihat sangat cantik.
"Nenek" Dimas melepaskan pelukannya dan merangkul neneknya, Nana hanya menonton pemandangan hangat didepan matanya. Dimas terlihat begitu menyayangi neneknya.
Tanpa diduga si nenek justru menjewer telinga Dimas membuat siempunya mengaduh kesakitan.
"Dasar anak nakal, kemana saja kamu selama ini, hah! Apa kau masih ingat jika aku nenekmu?" Ucap wanita tua itu
Nana tak dapat menahan senyum melihat Dimas disiksa oleh neneknya. Sungguh pemandangan langka, kapan lagi bisa melihat si tuan arogan dianiaya, hahaha Nana tertawa didalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kar Genjreng
hua hua 🤣🤣🤣🤣 jangan ketawa Nana nanti kena Prank.s sama Dimas Bos...Mu
2022-10-23
0
mamak"e wonk
jangan Baper..jangan baper...🤭
hati sapa yg tau neng...😍😍🥰🥰
2022-06-19
0
Tieny Roesmiasih
ikut senyam senyum sendiri nih... dah gitu celingukkan takut ada yg liat.. 🙈
2022-01-22
2