Cinta Tidak Selesai
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Alarm dari HP Bilandra berkumandang diseluruh ruangan kamar tidurnya yang tidak begitu luas. Bilandra memang lebih suka alarmnya menyanyikan lagu favoritnya daripada hanya sekedar bunyi "kriinggggggg kringgggggggggg kringgggggg" yang memekakkan telinga siapun yang mendengarnya. Dan itu tentunya hanya merusak mood dipagi hari yang harusnya cerah ceria dengan semangat membara mengawali aktifitas pagi hari. Berbeda dengan alarm lagu favorit pastinya saat membuka mata dipagi hari dengan senyum yang mengembang bak bunga mawar mama Udi, nama mamanya Bilandra, di taman depan rumah yang bermekaran dan semerbak mewangi. Alarm lagu yang setiap hari berkumandang tepat di jam enam pagi harus terjeda lima menit untuk membantu si empunya HP mengumpulkan nyawa yang masih berhamburan dari negeri mimpi. Sambil perlahan mengerjapkan mata belonya dan tangan yang meraih nakas disamping kasur empuk Bilandra yang setiap hari menjadi medianya terbang ke alam mimpi. Diambilnya HPnya sembari melihat jam di layar HP yang menunjukkan angka 06.05, sambil menguap alarm nya pun dimatikan.
"Hmm sudah jam enam lebih lima menit ternyata, ayo mata, tangan, kaki dan seluruh badan aku kita bangun dan semangat berjuang dihari akhir ujian tengah semester" gumam Bilandra sambil bangun dan mendudukkan dirinya ditepian kasur.
Sudah menjadi rutinitas Bilandra setiap pagi mensugesti diri sendiri untuk ready menjelajahi hari yang seru. Dengan semangat empat lima Bilandra mulai merapikan kasurnya dengan rapi sebelum keluar kamar menuju kamar mandi rumahnya yang hanya ada 2, salah satunya ada didalam kamar utama yang pastinya dipakai kedua orangtuanya.
"Selamat pagi cah ayu (panggilan hangat dari mama Udi untuk Bilandra)" sapa mama Udi saat melihat Bilandra dengan handuk melilit leher jenjangnya yang indah.
"Selamat pagi mama emesh aku" sapa balik Bilandra sambil ngeloyor aja masuk kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari dapur rumah minimalis keluarga Bilandra.
"Bocah kok geloyoran aja, peluk mamanya dulu kek atau apalah yang so sweet gitu, ini lho ngga pernah" omel mama Udi sambil tangannya beraksi menyiapkan sarapan sembari beberes rumah ditambah mesin cuci sudah start berputar-putar berisi seluruh kain- kain kotor yang bekas dipakai papanya, papa Iyo dan adiknya, si ragil Abhinaya. Ya tugas cuci mencuci khusus Bilandra sudah diserah terimakan dari sang mama ke Bilandra semenjak Bilandra sudah datang bulan saat Bilandra kelas satu SMP alias saat usia Bilandra tiga belas tahun.
Lima belas menit berlalu, Bilandra keluar dari kamar mandi. Kali ini bukan lehernya yang dililit handuk warna hijau sesuai dengan warna favoritnya tetapi kepalanya sudah terlilit handuk, tandanya dia tadi mandi keramas. Berjalan santai Bilandra mampir dulu ke meja makan sambil menenggak ludes susu putih murni yang artinya tidak begitu manis karena Bilandra memang tidak begitu suka susu manis tapi dia pun tidak akan mampu bersemangat tanpa asupan susu dipagi hari. Memang sudah dibiasakan sang mama untuk minum susu setiap pagi bagi kedua putri ayu nya. Apalagi Abhinaya, sang adik satu-satunya Bilandra yang masih lima tahun usianya.
“Nah kan kebiasaan tuh main clegak cleguk ngga pakai kulo nuwun, ada mama lho disini masak ngga kelihatan sih cah ayu” celoteh mama Udi yang masih sibuk mengoles roti tawar dengan selai coklat kesukaan warga negara keluarga kecilnya.
“Hehehe ehhh ada mama emesh aku, kelihatan kok mama, kan gede gini masak ngga kelihatan sih ” balas Bilandra sambil memeluk mamanya dengan penuh kasih sayang.
“Ya sudah sana ganti baju dulu, sudah jam setengah tujuh tuhh, nanti lanjut makan rotinya terus berangkat deh, mbak Bilandra hari ini terakhir ujian tengah semesternya kan ya?” tanya mama Udi.
“Iya mam, hari ini terakhir mbak ujian tengah semesternya. Mbak ke kamar dulu ya mam, ganti baju lanjut siap-siap, sarapan dan cusss berangkat deh” jawab Bilandra sambil berlari kemarnya.
“Mama” panggil suara kecil dari sang empunya suara yang juga mungil. Siapa lagi kalau bukan si ragil Abhinaya, yang sudah berdiri tegak sambil mengucek mata belonya juga, sama persis dengan mata sang kakak, Bilandra. Dan memang keturunan juga dari papa Iyo, papa dua gadis ayu.
“Ehh adik sudah bangun cah ayu, selamat pagi sayang, gimana boboknya nyenyak nak?” sapa mama Udi sambil berjalan ke arah Abhinaya berdiri dan dengan dua tangan lembutnya mengangkat si tubuh mungil sambil mencium seluruh wajahnya penuh kasih sayang.
“Mam sudah adik geli” suara Abhinaya membuat ciuman sang mama berhenti.
“Mam adik mau mandi” lanjut pinta Abhinaya dengan intonasi yang jelas, karena memang si ragil ini tidak cedal dalam berbicara dari usinya empat tahun.
“Adik mau mandi ya?” tanya mama Udi.
“Oke cusss kita mandi, mau di kamar mandi mama atau mau mamdi di kamar mandi dekat dapur” lanjut mama Udi bertanya panjang kali lebar ketemu luas.
“Adik mau mandi di kamar mama ya, boleh?” tanya Abhinaya dengan mimik muka unyu nya.
“Boleh dong, masak ngga boleh sih, ayo mandi terus siap-siap sekolah deh, kayak mbak Bilandra ya” jawab mama Udi sambil berjalan menggendong Abhinaya ke kamar untuk lanjut mandi paginya.
Jam tujuh kurang seperempat Bilandra selesai bersiap -siap. Keluar dari kamar dia tidak melihat siapapun ada di meja makan. Sudah dipastikan mamanya lagi menyiapkan sang adik untuk berangkat ke sekolah dan juga pastinya sang papa yang bersiap untuk ke kantor juga. Papa Iyo, papa dari Bilandra dan Abhinaya sekaligus suami tercinta dari mama Udi adalah seorang pekerja swasta di salah satu perusahaan property di kota yang istimewa bagi warga negara Indonesia, Yogyakarta. Iya betul, keluarga Bilandra memang berasal dan tinggal di Kota Gudeg ini. Makanya sang mama dan papa selalu memanggil putri-putrinya dengan sebutan “Cah Ayu” yang berarti anak cantik karena memang di kota tempat tinggal mereka hal itu wajar disebutkan.
Bilandra sudah duduk manis di meja makan sambil mulutnya penuh dengan roti tawar selai coklat yang sudah disiapkan sang mama.
Cekrek, suara pintu dibuka.
Bilandra menoleh kebelakang dimana suara itu berasal, dari kamar kedua orang tuanya, sosok papa Iyo sudah siap dengan kemeja kerjanya. Berjalan penuh wibawa, rahang yang keras tetapi hangat untuk keluarga kecilnya. Apalagi untuk kedua putri ayunya. Papa Iyo adalah papa yang luar biasa, tegas, disiplin tetapi penuh kasih sayang. Tidak pernah memaksakan kehendak, selalu enak diajak berdiskusi apalagi bagi si ABG Bilandra. Papa Iyo adalah arti cinta sejati yang tidak menyakiti, cinta dengan sayang dari hati yang penuh ketulusan. Ya iyalah tentu, lha kan emang papa kandung.
“Sudah siap cah ayu” sapa papa Iyo sambil menarik kursi disebelah kanan kursi yang diduduki Bilandra. Dan duduk manis juga sambil menikmati kopi hitam tanpa gula buatan sang istri teremeshh, kata putri-putri mereka. Tangan kanannya meletakkan cangkir kopi dan mengambil roti tawar selai coklat yang sudah tersaji. Mengunyah perlahan sampai habis sarapan yang sudah disiapkan.
“Sudah dong pap, selesai sarapan kita langsung berangkat ya pap, mbak takut terlambat nanti ujiannya” jawab Bilandra sambil mengelap mulutnya tanda sudah tuntas sarapan paginya.
“Mama masih ngurusin adik ya pap, didalam kamar ya” tanya Bilandra panjang tanpa jeda. Dan yang pasti dia sudah tahu jawabannya karena memang sudah rutinitas nya setiap pagi.
“Iya, mama didalam kamar masih ngurusin adik, yukk mbak kita berangkat nanti terlambat” ajak papa Iyo sambil senyum dan mengambil tisu dan mengelap mulutnya.
“Pamit sama mama dulu gih sana dikamar, ngga usah teriak samperin aja ya mbak” perintah papa Iyo lembut. Sembari papa berdiri dan berjalan menuju garasi mobil mereka.
“Mam” panggil Bilandra sambil membuka pintu kamar mama papanya. Terlihat mama Udi sedang menguncir rambut lurus Abhinaya.
“Iya mbak, hati-hati ya, sarapannya sudah dihabiskan mbak?" tanya mama Udi sambil menyambut tangan si mbarepnya untuk salim cium tangan pamit Bilandra jika akan keluar dari rumah.
“Sudah ludesss desss mama emesh sarapannya, matur nuwun mama sudah disiapkan sarapan yang nikmat” jawab Bilandra sembari membungkukkan badannya mencium tangan sang mama.
“Sukses ya mbak ujiannya, jangan lupa berdoa dulu sebelum berperang, jangan cuma ngitung kancing buat njawab soalnya ya” doa absurd seorang mama yang mendoakan putrinya dimudahkan dalam berperang melawan ujiannya sekaligus mengingatkan putrinya untuk tidak ngawur jawab soal-soal nanti dengan bahasa absurdnya. Mama Udi memang mama ter best untuk kedua putri ayunya. Sosok mengayomi dengan kelembutan dan kekonyolan yang membuat kedua putrinya tidak ada artinya tanpa sang mama. Pasangan yang klop deh pokoknya, papa Iyo dan mama Udi bagai cangkir dan lepeknya, saling melengkapi.
“Siap grak mama emesh aku” jawab Bilandra sambil berdiri tegak dan memberi hormat bak upacara bendera setiap hari senin atau hari besar Indonesia.
“Mbak sudah mau berangkat sekolah ya? Adik juga mau berangkat sekolah lho di antar mama tapi ngga ditungguin mama, adik kan berani” tanya Abhinaya sekaligus pernyataannya yang membanggakan diri karena berani sekolah sendiri.
"Iya, mbak mau berangkat sekolah, adik juga sekolah ya, adik mbak kan memang TOP" jawab Bilandra sambil memberi kedua jempolnya ke arah adik tercintanya. Jarak mereka memang cukup jauh, sebelas tahun perbedaan usianya. Justru semakin harmonis hubungan kakak adik itu.
“Yuk berangkat kita, tapi sebelumnya adik sarapan dulu ya, nanti selesai adik sarapan, mama ganti baju dan cuss mama antar adik kesekolah dan mbak buruan tuh udah ditungguin papa nanti kalian terlambat lagi” ajak mama keluar kamar untuk melanjutkan aktifitas masing-masing.
Dan benar dong papa sudah dibalik kemudi mobilnya siap buat injak gas dan meluncur deh ke tujuan. Dengan sedikit berlari Bilandra menyusul papa di garasi dan siap untuk berangkat sekolah. Seperti biasa mereka berdoa terlebih dahulu agar selamat sampai tujuan tidak kurang suatu apapun.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Pas buat berangkat ke sekolah ataupun ke kantor. Karena masih dalam rangka ujian tengah semester makanya sekolah Bilandra masuk jam setengah delapan dan kantor papa jam delapan. Memang tidak jauh dari rumah mereka ke sekolah ataupun kantor. Cukup lima belas menit untuk sampai ke sekolah Bilandra dan ditambah lima belas menit lagi sampai kantor papa.
Kota Yogyakarta di pagi hari memang hectic tapi bagi mereka yang kesiangan. Kota yang tenang dan perlahan akan menjadi kota yang besar layaknya ibu kota seiring jalannya waktu. Semoga bukan macetnya yang diadopsi deh ya, kalau sampai macet bisa- bisa berangkat dari rumah mau kesekolah atau kekantor subuh deh.
Dalam perjalanan yang singkat tidak banyak obrolan antara papa dan Bilandra. Papa Iyo saja yang memecah keheningan didalam mobil.
“Mbak jadi minggu depan backpackeran nih” tanya papa yang tetap fokus meyetir.
“Iya pap, sesuai rencana” jawab Bilandra sambil melihat hiruk pikuk kota pelajar ini.
"Hmm oke, baiklah, sekarang fokus dulu ke ujian mbak ya, liburannya kan masih minggu depan” sambung papa Iyo yang sudah memarkirkan mobil di depan sekolah sang putri.
“Siap boss” jawab tegas Bilandra sambil nyengir cantik.
“Ya sudah,mbak masuk sekolah dulu ya pap, terimakasih sudah mengantar mbak, papa hati- hati ya nyetir ke kantornya, sampai jumpa nanti sore di rumah kita tercinta” pamit ala kereta Bilandra sambil salim cium tangan papa Iyo.
“Siap anak boss, sukses ya ujiannya berdoa jangan lupa, uang saku sudah kan tadi sama mama” jawab papa yang tidak kalah panjang sambil mengacak rambut Bilandra.
“Hmm kalau mau nambah juga dengan senang hati mbak terima kok pap” celoteh Bilandra sambil merapikan lagi rambutnya yang acak kadut akibat ulah sang papa.
“Mau mbak itu, ya udah sana itu seperti nya Ita sudah nunggu mbak tuhh” balas papa sambil nunjuk seonggok anak perempuan cantik jelita yang menjadi sahabat Bilandra.
“Oh iya si Ita tuhh, dadah papa” pamit Bilandra sambil menutup pintu mobil dan melambaikan tangan sampai mobil papanya tidak terlihat lagi.
Ditempat lain tepatnya disekolah Abhinaya, mama sudah memarkirkan motor matic kesayangannya dan sedang merapikan Abhinaya sebelum meninggalkan disekolah PAUD nya.
“Oke sudah rapi, ayo nak kita siap menuntut ilmu” ajak mama Udi saat sudah selesai merapikan lagi Abhinaya karena angin sepoi-sepoi yang terhembus selama naik motor tadi. Jarak dari rumah ke sekolah Abhinaya tidak lebih lima menit, alias masih dalam komplek perumahan.
“Oke mama, adik sudah siap” jawab semangat Abhinaya sambil berjalan menggandeng tangan sang mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
HiaTus
halo kak, aku mampir,..😊😊
2021-10-06
4
Miss Montana
Haii kawan, salam kenal dari aku 😊
Dengan kerendahan hati dukung aku terus yaaa, biar aku semangat terus untuk berimajinasi 😉
Btw ini karya pertama aku lho 🥳
2021-10-01
2