NovelToon NovelToon

Cinta Tidak Selesai

Chapter 1

Nothing's gonna change my love for you

You oughta know by now how much I love you

One thing you can be sure of

I'll never ask for more than your love

 

Nothing's gonna change my love for you

You oughta know by now how much I love you

The world may change my whole life through

But nothing's gonna change my love for you

 

Alarm dari HP Bilandra berkumandang diseluruh ruangan kamar tidurnya yang tidak begitu luas. Bilandra memang lebih suka alarmnya  menyanyikan lagu favoritnya daripada hanya sekedar bunyi "kriinggggggg kringgggggggggg kringgggggg" yang memekakkan telinga siapun yang mendengarnya. Dan itu tentunya hanya merusak mood dipagi hari yang harusnya cerah ceria dengan semangat membara mengawali aktifitas pagi hari. Berbeda dengan alarm lagu favorit pastinya saat membuka mata dipagi hari dengan senyum yang mengembang bak bunga mawar mama Udi, nama mamanya Bilandra,  di taman depan rumah yang bermekaran dan semerbak mewangi. Alarm lagu yang setiap hari berkumandang tepat di jam enam pagi harus terjeda lima menit untuk membantu si empunya HP mengumpulkan nyawa yang masih berhamburan dari negeri mimpi. Sambil perlahan mengerjapkan mata belonya dan tangan yang meraih nakas disamping kasur empuk Bilandra yang setiap hari menjadi medianya terbang ke alam mimpi. Diambilnya HPnya sembari melihat jam di layar HP yang menunjukkan angka 06.05, sambil menguap alarm nya pun dimatikan.

 

"Hmm sudah jam enam lebih lima menit ternyata, ayo mata, tangan, kaki dan seluruh badan aku kita bangun dan semangat berjuang dihari akhir ujian tengah semester" gumam Bilandra sambil bangun dan mendudukkan dirinya ditepian kasur.

 

Sudah menjadi rutinitas Bilandra setiap pagi mensugesti diri sendiri untuk ready menjelajahi hari yang seru. Dengan semangat empat lima Bilandra mulai merapikan kasurnya dengan rapi sebelum keluar kamar menuju kamar mandi rumahnya yang hanya ada 2, salah satunya ada didalam kamar utama yang pastinya dipakai kedua orangtuanya.

 

 

"Selamat pagi cah ayu (panggilan hangat dari mama Udi untuk Bilandra)" sapa mama Udi saat melihat Bilandra dengan handuk melilit leher jenjangnya yang indah.

 

"Selamat pagi mama emesh aku" sapa balik Bilandra sambil ngeloyor aja masuk kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari dapur rumah minimalis keluarga Bilandra.

 

"Bocah kok geloyoran aja, peluk mamanya dulu kek atau apalah yang so sweet gitu, ini lho ngga pernah" omel mama Udi sambil tangannya beraksi menyiapkan sarapan sembari beberes rumah ditambah mesin cuci sudah start berputar-putar berisi seluruh kain- kain kotor yang bekas dipakai papanya, papa Iyo dan adiknya, si ragil Abhinaya. Ya tugas cuci mencuci khusus Bilandra sudah diserah terimakan dari sang mama ke Bilandra semenjak Bilandra sudah datang bulan saat Bilandra kelas satu SMP alias saat usia Bilandra tiga belas tahun.

 

Lima belas menit berlalu, Bilandra keluar dari kamar mandi. Kali ini bukan lehernya yang dililit handuk warna hijau sesuai dengan warna favoritnya tetapi kepalanya sudah terlilit handuk, tandanya dia tadi mandi keramas. Berjalan santai Bilandra mampir dulu ke meja makan sambil menenggak ludes susu putih murni yang artinya tidak begitu manis karena Bilandra memang tidak begitu suka susu manis tapi dia pun tidak akan mampu bersemangat tanpa asupan susu dipagi hari. Memang sudah dibiasakan sang mama untuk minum susu setiap pagi bagi kedua putri ayu nya. Apalagi Abhinaya, sang adik satu-satunya Bilandra yang masih lima tahun usianya.

 

“Nah kan kebiasaan tuh main clegak cleguk ngga pakai kulo nuwun, ada mama lho disini masak ngga kelihatan sih cah ayu” celoteh mama Udi yang masih sibuk mengoles roti tawar dengan selai coklat kesukaan warga negara keluarga kecilnya.

 

“Hehehe ehhh ada mama emesh aku, kelihatan kok mama, kan gede gini masak ngga kelihatan sih ” balas Bilandra sambil memeluk mamanya dengan penuh kasih sayang.

 

“Ya sudah sana ganti baju dulu, sudah jam setengah tujuh tuhh, nanti lanjut makan rotinya terus berangkat deh, mbak Bilandra hari ini terakhir ujian tengah semesternya kan ya?” tanya mama Udi.

 

“Iya mam, hari ini terakhir mbak ujian tengah semesternya. Mbak ke kamar dulu ya mam, ganti baju lanjut siap-siap, sarapan dan cusss berangkat deh” jawab Bilandra sambil berlari kemarnya.

 

“Mama” panggil suara kecil dari sang empunya suara yang juga mungil. Siapa lagi kalau bukan si ragil Abhinaya, yang sudah berdiri tegak sambil mengucek mata belonya juga, sama persis dengan mata sang kakak, Bilandra. Dan memang keturunan juga dari papa Iyo, papa dua gadis ayu.

 

“Ehh adik sudah bangun cah ayu, selamat pagi sayang, gimana boboknya nyenyak nak?” sapa mama Udi sambil berjalan ke arah Abhinaya berdiri dan dengan dua tangan lembutnya mengangkat si tubuh mungil sambil mencium seluruh wajahnya penuh kasih sayang.

 

“Mam sudah adik geli” suara Abhinaya membuat ciuman sang mama berhenti.

“Mam adik mau mandi” lanjut pinta Abhinaya dengan intonasi yang jelas, karena memang si ragil ini tidak cedal dalam berbicara dari usinya empat tahun.

 

“Adik mau mandi ya?” tanya mama Udi.

“Oke cusss kita mandi, mau di kamar mandi mama atau mau mamdi di kamar mandi dekat dapur” lanjut mama Udi bertanya panjang kali lebar ketemu luas.

 

“Adik mau mandi di kamar mama ya, boleh?” tanya Abhinaya dengan mimik muka unyu nya.

 

“Boleh dong, masak ngga boleh sih, ayo mandi terus siap-siap sekolah deh, kayak mbak Bilandra ya” jawab mama Udi sambil berjalan menggendong Abhinaya ke kamar untuk lanjut mandi paginya.

 

Jam tujuh kurang seperempat Bilandra selesai bersiap -siap. Keluar dari kamar dia tidak melihat siapapun ada di meja makan. Sudah dipastikan mamanya lagi menyiapkan sang adik untuk berangkat ke sekolah dan juga pastinya sang papa yang bersiap untuk ke kantor juga. Papa Iyo, papa dari Bilandra dan Abhinaya sekaligus suami tercinta dari mama Udi adalah seorang pekerja swasta di salah satu perusahaan property di kota yang istimewa bagi warga negara Indonesia, Yogyakarta. Iya betul, keluarga Bilandra memang berasal dan tinggal di Kota Gudeg ini. Makanya sang mama dan papa selalu memanggil putri-putrinya dengan sebutan “Cah Ayu” yang berarti anak cantik karena memang di kota tempat tinggal mereka hal itu wajar disebutkan.

 

Bilandra sudah duduk manis di meja makan sambil mulutnya penuh dengan roti tawar selai coklat yang sudah disiapkan sang mama.

Cekrek, suara pintu dibuka.

Bilandra menoleh kebelakang dimana suara itu berasal, dari kamar kedua orang tuanya, sosok papa Iyo sudah siap dengan kemeja kerjanya. Berjalan penuh wibawa, rahang yang keras tetapi hangat untuk keluarga kecilnya. Apalagi untuk kedua putri ayunya. Papa Iyo adalah papa yang luar biasa, tegas, disiplin tetapi penuh kasih sayang. Tidak pernah memaksakan kehendak, selalu enak diajak berdiskusi apalagi bagi si ABG Bilandra. Papa Iyo adalah arti cinta sejati yang tidak menyakiti, cinta dengan sayang dari hati yang penuh ketulusan. Ya iyalah tentu, lha kan emang papa kandung.

 

“Sudah siap cah ayu” sapa papa Iyo sambil menarik kursi disebelah kanan kursi yang diduduki Bilandra. Dan duduk manis juga sambil menikmati kopi hitam tanpa gula buatan sang istri teremeshh, kata putri-putri mereka. Tangan kanannya meletakkan cangkir kopi dan mengambil roti tawar selai coklat yang sudah tersaji. Mengunyah perlahan sampai habis sarapan yang sudah disiapkan.

 

“Sudah dong pap, selesai sarapan kita langsung berangkat ya pap, mbak takut terlambat nanti ujiannya” jawab Bilandra sambil mengelap mulutnya tanda sudah tuntas sarapan paginya.

“Mama masih ngurusin adik ya pap, didalam kamar ya” tanya Bilandra panjang tanpa jeda. Dan yang pasti dia sudah tahu jawabannya karena memang sudah rutinitas nya setiap pagi.

 

“Iya, mama didalam kamar masih ngurusin adik, yukk mbak kita berangkat nanti terlambat” ajak papa Iyo sambil senyum dan mengambil tisu dan mengelap mulutnya.

“Pamit sama mama dulu gih sana dikamar, ngga usah teriak samperin aja ya mbak” perintah papa Iyo lembut. Sembari papa berdiri dan berjalan menuju garasi mobil mereka.

 

“Mam” panggil Bilandra sambil membuka pintu kamar mama papanya. Terlihat mama Udi sedang menguncir rambut lurus Abhinaya.

 

“Iya mbak, hati-hati ya, sarapannya sudah dihabiskan mbak?" tanya mama Udi sambil menyambut tangan si mbarepnya untuk salim cium tangan pamit Bilandra jika akan keluar dari rumah.

 

“Sudah ludesss desss mama emesh sarapannya, matur nuwun mama sudah disiapkan sarapan yang nikmat” jawab Bilandra sembari membungkukkan badannya mencium tangan sang mama.

 

“Sukses ya mbak ujiannya, jangan lupa berdoa dulu sebelum berperang, jangan cuma ngitung kancing buat njawab soalnya ya” doa absurd seorang mama yang mendoakan putrinya dimudahkan dalam berperang melawan ujiannya sekaligus mengingatkan putrinya untuk tidak ngawur jawab soal-soal nanti dengan bahasa absurdnya. Mama Udi memang mama ter best untuk kedua putri ayunya. Sosok mengayomi dengan kelembutan dan kekonyolan yang membuat kedua putrinya tidak ada artinya tanpa sang mama. Pasangan yang klop deh pokoknya, papa Iyo dan mama Udi bagai cangkir dan lepeknya, saling melengkapi.

 

“Siap grak mama emesh aku” jawab Bilandra sambil berdiri tegak dan memberi hormat bak upacara bendera setiap hari senin atau hari besar Indonesia.

 

“Mbak sudah mau berangkat sekolah ya? Adik juga mau berangkat sekolah lho di antar mama tapi ngga ditungguin mama, adik kan berani” tanya Abhinaya sekaligus pernyataannya yang membanggakan diri karena berani sekolah sendiri.

 

"Iya, mbak mau berangkat sekolah, adik juga sekolah ya, adik mbak kan memang TOP" jawab Bilandra sambil memberi kedua jempolnya ke arah adik tercintanya. Jarak mereka memang cukup jauh, sebelas tahun perbedaan usianya. Justru semakin harmonis hubungan kakak adik itu.

“Yuk berangkat kita, tapi sebelumnya adik sarapan dulu ya, nanti selesai adik sarapan, mama ganti baju dan cuss mama antar adik kesekolah dan mbak buruan tuh udah ditungguin papa nanti kalian terlambat lagi” ajak mama keluar kamar untuk melanjutkan aktifitas masing-masing.

 

Dan benar dong papa sudah dibalik kemudi mobilnya siap buat injak gas dan meluncur deh ke tujuan. Dengan sedikit berlari Bilandra menyusul papa di garasi dan siap untuk berangkat sekolah. Seperti biasa mereka berdoa terlebih dahulu agar selamat sampai tujuan tidak kurang suatu apapun.

 

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Pas buat berangkat ke sekolah ataupun ke kantor. Karena masih dalam rangka ujian tengah semester makanya sekolah Bilandra masuk jam setengah delapan dan kantor papa jam delapan. Memang tidak jauh dari rumah mereka ke sekolah ataupun kantor. Cukup lima belas menit untuk sampai ke sekolah Bilandra dan ditambah lima belas menit lagi sampai kantor papa.

Kota Yogyakarta di pagi hari memang hectic tapi bagi mereka yang kesiangan. Kota yang tenang dan perlahan akan menjadi kota yang besar layaknya ibu kota seiring jalannya waktu. Semoga bukan macetnya yang diadopsi deh ya, kalau sampai macet bisa- bisa berangkat dari rumah mau kesekolah atau kekantor subuh deh.

 

Dalam perjalanan yang singkat tidak banyak obrolan antara papa dan Bilandra. Papa Iyo saja yang memecah keheningan didalam mobil.

“Mbak jadi minggu depan backpackeran nih” tanya papa yang tetap fokus meyetir.

“Iya pap, sesuai rencana” jawab Bilandra sambil melihat hiruk pikuk kota pelajar ini.

"Hmm oke, baiklah, sekarang fokus dulu ke ujian mbak ya, liburannya kan masih minggu depan” sambung papa Iyo yang sudah memarkirkan mobil di depan sekolah sang putri.

“Siap boss” jawab tegas Bilandra sambil nyengir cantik.

“Ya sudah,mbak masuk sekolah dulu ya pap, terimakasih sudah mengantar mbak, papa hati- hati ya nyetir ke kantornya, sampai jumpa nanti sore di rumah kita tercinta” pamit ala kereta Bilandra sambil salim cium tangan papa Iyo.

“Siap anak boss, sukses ya ujiannya berdoa jangan lupa, uang saku sudah kan tadi sama mama” jawab papa yang tidak kalah panjang sambil mengacak rambut Bilandra.

“Hmm kalau mau nambah juga dengan senang hati mbak terima kok pap” celoteh Bilandra sambil merapikan lagi rambutnya yang acak kadut akibat ulah sang papa.

“Mau mbak itu, ya udah sana itu seperti nya Ita sudah nunggu mbak tuhh” balas papa sambil nunjuk seonggok anak perempuan cantik jelita yang menjadi sahabat Bilandra.

“Oh iya si Ita tuhh, dadah papa” pamit Bilandra sambil menutup pintu mobil dan melambaikan tangan sampai mobil papanya tidak terlihat lagi.

Ditempat lain tepatnya disekolah Abhinaya, mama sudah memarkirkan motor matic kesayangannya dan sedang merapikan Abhinaya sebelum meninggalkan disekolah PAUD nya.

 

“Oke sudah rapi, ayo nak kita siap menuntut ilmu” ajak mama Udi saat sudah selesai merapikan lagi Abhinaya karena angin sepoi-sepoi yang terhembus selama naik motor tadi. Jarak dari rumah ke sekolah Abhinaya tidak lebih lima menit, alias masih dalam komplek perumahan.

 

“Oke mama, adik sudah siap” jawab semangat Abhinaya sambil berjalan menggandeng tangan sang mama.

chapter 2

Disaat Abhinaya dengan cerah ceria berjalan beriringan dengan sang mama, Bilandra berjalan santai menuju sahabatnya yang sudah berdiri bak patung selamat datang didepan gerbang sekolah mereka.

 

“Hai cantik, selamat pagi, macam patung selamat datang saja kamu berdiri tegak disitu” sapa Bilandra dengan tawa khasnya dan merangkul mesra sahabat suka dukanya itu.

 

“Enak aja pakai ngatain patung selamat datang, aku tuh menyambutmu dengan senyum ramah tamah bahagia supaya hari ini kita sukses menjawab semua pertanyaan- pertanyaan yang pasti bikin enek nanti” jawab Ita dengan mulut manyun dan panjang sekali sampai mendengar jawabannya mengantarkan mereka tepat di depan kelas mereka.

 

Ita dan Bilandra adalah sahabat dari kecil hanya saja baru SMA ini mereka bisa satu sekolah dan sempat duduk bersebelahan saat kelas dua SMA. Semenjak kelas tiga SMA mereka terpisah hanya saja kelas mereka bersebelahan. Mereka adalah soulmate kalau ada Ita ya disitu ada Bilandra. Bahkan disaat Ita jalan bareng sang pacar Aer. Yang kebetulan si Aer ini adek kelas mereka berdua. Berondong lah istilahnya. Jadi obat nyamuk juga ngga apa-apalah saking sayangnya Bilandra kepada Ita. 

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan tanda masuk kelas masing-masing. Murid-murid lain sudah rapi di tempat duduk masing- masing. Sembari mempersiapkan peralatan tempurnya, ada segala macam alat tulis dan kartu ujian tentunya. Guru yang dijadwalkan sesuai kelas masing-masing membagikan lembar demi lembar kertas soal dan jawaban. Ujian hari terakhir ini nanti ada dua mata pelajaran. Karena Bilandra sudah kelas tiga SMA dan memilih jurusan IPS maka ujian terakhir hari ini adalah Sosiologi dan Antropologi di jam kedua nanti. Tidak lupa berdoa sebelum berkutat dengan soal – soal ujian supaya diberi kemudahan dalam menjawab.

 

Diwaktu yang bersamaan Abhinaya juga sudah duduk manis di ruangan kelas yang seperti ruang bermain lebih tepatnya karena memang masih PAUD, sekolah Abhinaya adalah bermain dan belajar sesuai dengan tumbuh kembang usianya. Setelah memastikan Abhinaya kepada para Miss pengajar mama Udi tenang meninggalkan si ragil untuk mengeksplore apapun tentunya dengan dengan pengawasan Miss pengajar yang berkompeten dibidangnya tentunya.

 

“Si adik sudah aman, aku lanjut ke pasar dulu lah kalau begitu sekalian belanja mingguan keperluan rumah, list sudah ready juga” batin mama Udi sembari berjalan ke parkiran motor matic nya yang setia menemani kemanapun mama ingin pergi.

 

Tepat di jam sembilan pagi, sembilan puluh menit sudah berlalu, bunyi bel tanda berakhirnya ujian babak pertama selesai. Dengan menarik nafas panjang Bilandra merapikan soal jawabannya di ujung meja siap untuk diambil guru penjaganya.

“Akhirnya selesai sudah babak pertama pertempuran, semoga hasilnya memuaskan jadi aku bisa backpacker dengan damai bahagia sentosa” gumam Bilandra sambil duduk merentangkan kedua tangannya yang sedikit pegal.

 

“Haiii cewek, buruan keluar, emang ngga laper ya setelah otak ini diperas habis-habisan” teriak Ita dari pintu kelas Bilandra.

Bilandra yang masih duduk manis di kursi tempatnya menimba ilmu menyambut teriakan sahabatnya dengan nyengir kuda yang memperlihatkan semua gigi putih bersihnya.

”Iya cewek, sabar ngapa, lagian laper banget emang, sekeras apa sih otak ini bekerja” jawab Bilandra dengan pertanyaan yang banyak untuk Ita, sembari tangannya lembut mengelus kepala sahabatnya.

"Hmm sekeras-kerasnya pokoknya sampai aku ngga ngerti lagi tadi jawaban yang aku tulis sebagian syair lagu dalam dan luar negeri, sampai semua nama museum juga tertulis rapi deh dilembar jawaban” curhat Ita sampai membuat Bilandra terharu mendengar jawaban absurd sahabatnya itu.

Dengan langkah pasti dan memburu mereka berjalan ke kantin sekolah Bu Mur yang menunya mewah bagi kalangan pelajar yang uang sakunya segitu-gitunya. Walaupun Bilandra berasal dari keluarga mampu bahkan sedikit berlebih tetapi mama papa Bilandra tidak menghujani materi yang berlebih. Mereka akan memenuhi kebutuhan pokok Bilandra saja untuk keperluan sekunder apalagi tersier tergantung bagaimana Bilandra mampu menyisihkan uang sakunya. Begitu juga dengan Ita, jadi ya klop dech mereka kalau membahas masalah asal muasal keluarganya.

Menu yang sama setiap harinya tapi tidak membuat murid-murid bosan adalah nasi soto ayam, yang ayamnya hanya guratan guratan macam kerutan didekat mata dan aneka gorengan mini, ada snack-snack lain juga yang dikemas ekonomis. Kantin begitu ramai karena memang pas istirahat, kantin disekolah ada tiga tempat tapi tetap saja berasa sesak kalau pas ramai begini. Dengan extra tenaga akhirnya nasi soto beserta ubyo rampe dan segelas es teh manis tersaji didepan dua sahabat sejati dan siap untuk dilahap tanpa ampun.

“Berdoa dulu main asal sruput aja nih anak” tegur Ita saat melihat Bilandra dengan kalap melahap.

“Perasaan tadi ngatain orang lain, ehh dianya yang ternyata kelaparan, kamu habis ngerjain soal ujian atau habis angkat beras lima puluh kilo sih saii” tambah Ita yang sibuk mengkomentari Bilandra.

“Sssttt ... udah diem, buruan makan keburu nasi sotonya jadi steak beef nanti” jawab Bilandra sambil jari telunjuknya tempelkan didepan mulut.

“Berisik amat deh, si amat aja lagi makan kamu malah berisik amat” lanjut celoteh Bilandra yang tanpa sadar juga ngga kalah riweh dari sahabatnya.

Setelah berargumen yang tidak penting akhirnya dua sahabat itu tenang menikmati makan pagi menjelang siangnya dengan lahap. Semua yang dipesan sudah berpindah tempat dalam perut mereka masing-masing untuk di proses selanjutnya.

Mereka pun duduk dibawah pohon rindang yang dibawahnya disediakan kursi panjang yang dikhususkan untuk siapa saja duduk sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

“Bentar lagi masuk lanjut perang lagi dan selesai deh perang untuk semester awal” celoteh Ita sembari bersandar dipunggung kursi dan mengelus perutnya yang berasa akan meledak karena khilaf makan dikantin.

“Heem bener kurang dikit lagi untuk pertempuran awal, karena ngga sampai tiga bulan kita sudah ujian nasional deh” jawab Bilandra dengan posisi duduk yang sama persis dengan Ita.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam pasar mama Udi sibuk memilih-milih sayur mayur, ikan, daging ayam, bumbu dapur, kerupuk, dll pokoknya paket lengkap untuk memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna personil di dalam keluarga kecil bahagianya. Setelah selesai dengan semua list belanjanya mama Udi melihat jam dipergelangan tangannya, smart watch melingkar sporty di pergelangan tangan mama Udi. Memang mama Udi modis habis stylenya. Meski sudah punya anak gadis hampir tujuh belas tahun dan si adik yang masih lima tahun.

“Sudah hampir jam sepuluh aja nih, cepet banget sih ini waktu” gerutu si mama.

“Sekalian aku jemput Abhinaya saja kalau begini” lanjut mama yang masih berdialog dengan dirinya sendiri dengan kaki yang melangkah ke parkiran pasar. Beruntung sepeda motor matic mama yang bagasinya besar jadi tidak merepotkan jika harus membawa belanja banyak seperti sekarang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara di sekolah Bilandra sudah siap dengan lembar soal dan jawaban mata pelajaran terakhir.

“Yeee akhirnya sudah di mapel terakhir aja nih, be lucky for me” batin Bilandra menyemangati dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Diwaktu yang hampir bersamaan mama Udi juga sudah sampai didepan sekolah Abhinaya. Segera mama memarkirkan motor matic besarnya dan berjalan menuju kelas si ragil. Dengan ramah dan tersenyum manis mama Udi menyapa para orang tua teman-teman Abhinaya yang bersiap untuk menjemput putra putrinya juga karena memang sudah waktunya anak-anak membubarkan diri dan kembali pada habitatnya yaitu rumah masing-masing.

Tidak berselang lama kelas-kelas PAUD Abhinaya ramai berhamburan anak-anak dari usia tiga sampai lima tahun berlari ke arah masing-masing tujuan mereka. Terlihat tidak jauh dari mama Udi berdiri Abhinaya berlari dengan menggendong rangsel rabbit warna pink dengan bulu-bulu lembut, menghambur dipelukan mama Udi.

“Hallo cah ayu, kencang sekali larinya nak kalau jatuh bagaimana tadi?” sambut mama sambil memeluk putri kecilnya.

“Tenang mam, adik kan kuat jadi ngga mungkin jatuh” jawab Abhinaya dengan congkak anak kecil yang bangga bisa berlari kencang dan beruntung tidak tersandung lalu terjatuh.

“Hmmm hebatnya anak kuat mama, anak pintar mama, anak sholehah mama” jawab mama Udi sembari mencium pipi si anak ragil.

“Yuk mari kita pulang, mama belum selesai beres-beres rumah dan cucian mama masih didalam mesin cuci” curhat mama Udi dan si adik cuma angguk-angguk saja entah apa yang ada dipikirannya.

 

Sampai dirumah, mama mengeluarkan semua belanjaan dari dalam bagasi motor matic besarnya.

“Mama belanja, kok ngga ajak adik, adik kan mau ikut” omel Abhinaya melihat kantong-kantong belanjaan sang mama.

“Iya tadi setelah antar adik kesekolah mama sekalian belanja, besok lagi ya ikut mama belanjanya, mama janji deh” jawab mama bijak menanggapi putri kecilnya yang ngambek karena ngga ikut belanja dan ngga bisa narik pajak jajan dari mamanya.

“Oke mam, next time adik ikut ya” pinta Abhinaya penuh harap.

"Pastinya cah ayu, udah sekarang ganti baju, cuci tangan, cuci kaki ya nak” ajak mama Udi.

Mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah dan segera melaksanakan ritual pulang sekolah si ragil. Dan mama tentunya lanjut dengan tugasnya dirumah. Mama memang tidak punya ART dengan alasan mama bisa menyelesaikan semua walau dengan santai. Apalagi Bilandra sudah besar jadi bisa bantu-bantu sang mama, setidaknya Bilandra bertanggung jawab dengan diri dan printilan dirinya sendiri. Mama papa memang berhasil menanamkan mandiri, tanggung jawab didalam jiwa Bilandra.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Akhirnya ujian terakhir usai sudah. Tinggal nunggu hasilnya, semoga memuaskan. Seperti biasa Ita sudah berdiri melongok kedalam kelas Bilandra, tanpa dia sadari Bilandra sudah berdiri dibelakang pintu kelas yg tertutup setengahnya.

“Hayoooo cari siapa” gertak Bilandra membuat Ita terlonjak kaget.

“Ya ampun kaget aku, bisa ngga ngagetinnya yang sopan” marah Ita karena kaget dengan ulah Bilandra.

“Hahahaha lagian suruh siapa clingak clinguk ngga jelas, ayo pulang capek aku” ajak Bilandra sambil berjalan merangkul sahabatnya.

Seperti biasa mereka berdua pulang dengan babang online ijo-ijo yang setia menjemput mereka.

“Ngomong-ngomong Aer ngga nganter pulang kan?” tanya Bilandra kepada sahabatnya.

“Ngga kok, kan aku mau pulang bareng kamu, kalau aku sama Aer pulang bareng kan kasihan kamu mblo” kelakar Ita berhasil buat Bilandra sewot.

“Hmmm tuch si Aer panas, pamit dulu sana, aku jalan kedepan dulu, nasib jomblo” jawab Bilandra sambil berlalu meninggalkan pasangan legend di sekolah mereka.

Selang beberapa menit si babang online ijo-ijo sudah siap sedia menjemput mereka berdua.

“Jemput atas nama Bilandra ya pak?” tanya Bilandra pada salah satu si babang online ijo-ijo. Karena ada dua babang online ijo-ijo yang berhenti berjejer.

“Iya mbak, saya jemput mbak Bilandra” jawab babang online ijo-ijo.

“Oh berarti bapak ini jemput atas nama Ita ya pak?” tanya Bilandra lagi.

“Iya mbak, saya jemput atas nama Ita” jawab babang online ijo-ijo yang ditanya Bilandra.

Tidak lama Ita sudah ada didepan gerbang sekolah.

“Ayo pak kita jalan” sahut Ita dengan lantang dan percaya diri. Mereka pun pulang dengan babang online ijo-ijo masing-masing dengan tujuan komplek yang sama hanya berbeda cluster saja.

Salam Kenal

Hallo kawan, salam kenal dari author yang masih belajar menulis.

Sudah 2 bab aku uploud dan baru sekarang say hello ke kawan-kawan sekalian. Semoga kalian semua suka ya sama ketikan keybord author sesuai daya khayal dan imajinasi author. Yaaa walo ada dikit pengalaman pribadi sehhh 😃🥳

Peluk Online dari author untuk semuaa kawan-kawan readers dimanapun kalian berada 🤗🤗

Dukung author terus yaaa, biar author semangatttt terus untuk menulis dan bisa menyuguhkan karya yang indah untuk kawan-kawan semua 😍🥰😘

Yuukkk lanjut Chapter 3, stay reading guys 😘

Sambil ngopi syahdu dechhh ☕

Salam sehat selalu 💪

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!