chapter 2

Disaat Abhinaya dengan cerah ceria berjalan beriringan dengan sang mama, Bilandra berjalan santai menuju sahabatnya yang sudah berdiri bak patung selamat datang didepan gerbang sekolah mereka.

 

“Hai cantik, selamat pagi, macam patung selamat datang saja kamu berdiri tegak disitu” sapa Bilandra dengan tawa khasnya dan merangkul mesra sahabat suka dukanya itu.

 

“Enak aja pakai ngatain patung selamat datang, aku tuh menyambutmu dengan senyum ramah tamah bahagia supaya hari ini kita sukses menjawab semua pertanyaan- pertanyaan yang pasti bikin enek nanti” jawab Ita dengan mulut manyun dan panjang sekali sampai mendengar jawabannya mengantarkan mereka tepat di depan kelas mereka.

 

Ita dan Bilandra adalah sahabat dari kecil hanya saja baru SMA ini mereka bisa satu sekolah dan sempat duduk bersebelahan saat kelas dua SMA. Semenjak kelas tiga SMA mereka terpisah hanya saja kelas mereka bersebelahan. Mereka adalah soulmate kalau ada Ita ya disitu ada Bilandra. Bahkan disaat Ita jalan bareng sang pacar Aer. Yang kebetulan si Aer ini adek kelas mereka berdua. Berondong lah istilahnya. Jadi obat nyamuk juga ngga apa-apalah saking sayangnya Bilandra kepada Ita. 

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan tanda masuk kelas masing-masing. Murid-murid lain sudah rapi di tempat duduk masing- masing. Sembari mempersiapkan peralatan tempurnya, ada segala macam alat tulis dan kartu ujian tentunya. Guru yang dijadwalkan sesuai kelas masing-masing membagikan lembar demi lembar kertas soal dan jawaban. Ujian hari terakhir ini nanti ada dua mata pelajaran. Karena Bilandra sudah kelas tiga SMA dan memilih jurusan IPS maka ujian terakhir hari ini adalah Sosiologi dan Antropologi di jam kedua nanti. Tidak lupa berdoa sebelum berkutat dengan soal – soal ujian supaya diberi kemudahan dalam menjawab.

 

Diwaktu yang bersamaan Abhinaya juga sudah duduk manis di ruangan kelas yang seperti ruang bermain lebih tepatnya karena memang masih PAUD, sekolah Abhinaya adalah bermain dan belajar sesuai dengan tumbuh kembang usianya. Setelah memastikan Abhinaya kepada para Miss pengajar mama Udi tenang meninggalkan si ragil untuk mengeksplore apapun tentunya dengan dengan pengawasan Miss pengajar yang berkompeten dibidangnya tentunya.

 

“Si adik sudah aman, aku lanjut ke pasar dulu lah kalau begitu sekalian belanja mingguan keperluan rumah, list sudah ready juga” batin mama Udi sembari berjalan ke parkiran motor matic nya yang setia menemani kemanapun mama ingin pergi.

 

Tepat di jam sembilan pagi, sembilan puluh menit sudah berlalu, bunyi bel tanda berakhirnya ujian babak pertama selesai. Dengan menarik nafas panjang Bilandra merapikan soal jawabannya di ujung meja siap untuk diambil guru penjaganya.

“Akhirnya selesai sudah babak pertama pertempuran, semoga hasilnya memuaskan jadi aku bisa backpacker dengan damai bahagia sentosa” gumam Bilandra sambil duduk merentangkan kedua tangannya yang sedikit pegal.

 

“Haiii cewek, buruan keluar, emang ngga laper ya setelah otak ini diperas habis-habisan” teriak Ita dari pintu kelas Bilandra.

Bilandra yang masih duduk manis di kursi tempatnya menimba ilmu menyambut teriakan sahabatnya dengan nyengir kuda yang memperlihatkan semua gigi putih bersihnya.

”Iya cewek, sabar ngapa, lagian laper banget emang, sekeras apa sih otak ini bekerja” jawab Bilandra dengan pertanyaan yang banyak untuk Ita, sembari tangannya lembut mengelus kepala sahabatnya.

"Hmm sekeras-kerasnya pokoknya sampai aku ngga ngerti lagi tadi jawaban yang aku tulis sebagian syair lagu dalam dan luar negeri, sampai semua nama museum juga tertulis rapi deh dilembar jawaban” curhat Ita sampai membuat Bilandra terharu mendengar jawaban absurd sahabatnya itu.

Dengan langkah pasti dan memburu mereka berjalan ke kantin sekolah Bu Mur yang menunya mewah bagi kalangan pelajar yang uang sakunya segitu-gitunya. Walaupun Bilandra berasal dari keluarga mampu bahkan sedikit berlebih tetapi mama papa Bilandra tidak menghujani materi yang berlebih. Mereka akan memenuhi kebutuhan pokok Bilandra saja untuk keperluan sekunder apalagi tersier tergantung bagaimana Bilandra mampu menyisihkan uang sakunya. Begitu juga dengan Ita, jadi ya klop dech mereka kalau membahas masalah asal muasal keluarganya.

Menu yang sama setiap harinya tapi tidak membuat murid-murid bosan adalah nasi soto ayam, yang ayamnya hanya guratan guratan macam kerutan didekat mata dan aneka gorengan mini, ada snack-snack lain juga yang dikemas ekonomis. Kantin begitu ramai karena memang pas istirahat, kantin disekolah ada tiga tempat tapi tetap saja berasa sesak kalau pas ramai begini. Dengan extra tenaga akhirnya nasi soto beserta ubyo rampe dan segelas es teh manis tersaji didepan dua sahabat sejati dan siap untuk dilahap tanpa ampun.

“Berdoa dulu main asal sruput aja nih anak” tegur Ita saat melihat Bilandra dengan kalap melahap.

“Perasaan tadi ngatain orang lain, ehh dianya yang ternyata kelaparan, kamu habis ngerjain soal ujian atau habis angkat beras lima puluh kilo sih saii” tambah Ita yang sibuk mengkomentari Bilandra.

“Sssttt ... udah diem, buruan makan keburu nasi sotonya jadi steak beef nanti” jawab Bilandra sambil jari telunjuknya tempelkan didepan mulut.

“Berisik amat deh, si amat aja lagi makan kamu malah berisik amat” lanjut celoteh Bilandra yang tanpa sadar juga ngga kalah riweh dari sahabatnya.

Setelah berargumen yang tidak penting akhirnya dua sahabat itu tenang menikmati makan pagi menjelang siangnya dengan lahap. Semua yang dipesan sudah berpindah tempat dalam perut mereka masing-masing untuk di proses selanjutnya.

Mereka pun duduk dibawah pohon rindang yang dibawahnya disediakan kursi panjang yang dikhususkan untuk siapa saja duduk sambil menikmati angin sepoi-sepoi.

“Bentar lagi masuk lanjut perang lagi dan selesai deh perang untuk semester awal” celoteh Ita sembari bersandar dipunggung kursi dan mengelus perutnya yang berasa akan meledak karena khilaf makan dikantin.

“Heem bener kurang dikit lagi untuk pertempuran awal, karena ngga sampai tiga bulan kita sudah ujian nasional deh” jawab Bilandra dengan posisi duduk yang sama persis dengan Ita.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di dalam pasar mama Udi sibuk memilih-milih sayur mayur, ikan, daging ayam, bumbu dapur, kerupuk, dll pokoknya paket lengkap untuk memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna personil di dalam keluarga kecil bahagianya. Setelah selesai dengan semua list belanjanya mama Udi melihat jam dipergelangan tangannya, smart watch melingkar sporty di pergelangan tangan mama Udi. Memang mama Udi modis habis stylenya. Meski sudah punya anak gadis hampir tujuh belas tahun dan si adik yang masih lima tahun.

“Sudah hampir jam sepuluh aja nih, cepet banget sih ini waktu” gerutu si mama.

“Sekalian aku jemput Abhinaya saja kalau begini” lanjut mama yang masih berdialog dengan dirinya sendiri dengan kaki yang melangkah ke parkiran pasar. Beruntung sepeda motor matic mama yang bagasinya besar jadi tidak merepotkan jika harus membawa belanja banyak seperti sekarang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara di sekolah Bilandra sudah siap dengan lembar soal dan jawaban mata pelajaran terakhir.

“Yeee akhirnya sudah di mapel terakhir aja nih, be lucky for me” batin Bilandra menyemangati dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Diwaktu yang hampir bersamaan mama Udi juga sudah sampai didepan sekolah Abhinaya. Segera mama memarkirkan motor matic besarnya dan berjalan menuju kelas si ragil. Dengan ramah dan tersenyum manis mama Udi menyapa para orang tua teman-teman Abhinaya yang bersiap untuk menjemput putra putrinya juga karena memang sudah waktunya anak-anak membubarkan diri dan kembali pada habitatnya yaitu rumah masing-masing.

Tidak berselang lama kelas-kelas PAUD Abhinaya ramai berhamburan anak-anak dari usia tiga sampai lima tahun berlari ke arah masing-masing tujuan mereka. Terlihat tidak jauh dari mama Udi berdiri Abhinaya berlari dengan menggendong rangsel rabbit warna pink dengan bulu-bulu lembut, menghambur dipelukan mama Udi.

“Hallo cah ayu, kencang sekali larinya nak kalau jatuh bagaimana tadi?” sambut mama sambil memeluk putri kecilnya.

“Tenang mam, adik kan kuat jadi ngga mungkin jatuh” jawab Abhinaya dengan congkak anak kecil yang bangga bisa berlari kencang dan beruntung tidak tersandung lalu terjatuh.

“Hmmm hebatnya anak kuat mama, anak pintar mama, anak sholehah mama” jawab mama Udi sembari mencium pipi si anak ragil.

“Yuk mari kita pulang, mama belum selesai beres-beres rumah dan cucian mama masih didalam mesin cuci” curhat mama Udi dan si adik cuma angguk-angguk saja entah apa yang ada dipikirannya.

 

Sampai dirumah, mama mengeluarkan semua belanjaan dari dalam bagasi motor matic besarnya.

“Mama belanja, kok ngga ajak adik, adik kan mau ikut” omel Abhinaya melihat kantong-kantong belanjaan sang mama.

“Iya tadi setelah antar adik kesekolah mama sekalian belanja, besok lagi ya ikut mama belanjanya, mama janji deh” jawab mama bijak menanggapi putri kecilnya yang ngambek karena ngga ikut belanja dan ngga bisa narik pajak jajan dari mamanya.

“Oke mam, next time adik ikut ya” pinta Abhinaya penuh harap.

"Pastinya cah ayu, udah sekarang ganti baju, cuci tangan, cuci kaki ya nak” ajak mama Udi.

Mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah dan segera melaksanakan ritual pulang sekolah si ragil. Dan mama tentunya lanjut dengan tugasnya dirumah. Mama memang tidak punya ART dengan alasan mama bisa menyelesaikan semua walau dengan santai. Apalagi Bilandra sudah besar jadi bisa bantu-bantu sang mama, setidaknya Bilandra bertanggung jawab dengan diri dan printilan dirinya sendiri. Mama papa memang berhasil menanamkan mandiri, tanggung jawab didalam jiwa Bilandra.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Akhirnya ujian terakhir usai sudah. Tinggal nunggu hasilnya, semoga memuaskan. Seperti biasa Ita sudah berdiri melongok kedalam kelas Bilandra, tanpa dia sadari Bilandra sudah berdiri dibelakang pintu kelas yg tertutup setengahnya.

“Hayoooo cari siapa” gertak Bilandra membuat Ita terlonjak kaget.

“Ya ampun kaget aku, bisa ngga ngagetinnya yang sopan” marah Ita karena kaget dengan ulah Bilandra.

“Hahahaha lagian suruh siapa clingak clinguk ngga jelas, ayo pulang capek aku” ajak Bilandra sambil berjalan merangkul sahabatnya.

Seperti biasa mereka berdua pulang dengan babang online ijo-ijo yang setia menjemput mereka.

“Ngomong-ngomong Aer ngga nganter pulang kan?” tanya Bilandra kepada sahabatnya.

“Ngga kok, kan aku mau pulang bareng kamu, kalau aku sama Aer pulang bareng kan kasihan kamu mblo” kelakar Ita berhasil buat Bilandra sewot.

“Hmmm tuch si Aer panas, pamit dulu sana, aku jalan kedepan dulu, nasib jomblo” jawab Bilandra sambil berlalu meninggalkan pasangan legend di sekolah mereka.

Selang beberapa menit si babang online ijo-ijo sudah siap sedia menjemput mereka berdua.

“Jemput atas nama Bilandra ya pak?” tanya Bilandra pada salah satu si babang online ijo-ijo. Karena ada dua babang online ijo-ijo yang berhenti berjejer.

“Iya mbak, saya jemput mbak Bilandra” jawab babang online ijo-ijo.

“Oh berarti bapak ini jemput atas nama Ita ya pak?” tanya Bilandra lagi.

“Iya mbak, saya jemput atas nama Ita” jawab babang online ijo-ijo yang ditanya Bilandra.

Tidak lama Ita sudah ada didepan gerbang sekolah.

“Ayo pak kita jalan” sahut Ita dengan lantang dan percaya diri. Mereka pun pulang dengan babang online ijo-ijo masing-masing dengan tujuan komplek yang sama hanya berbeda cluster saja.

Terpopuler

Comments

HiaTus

HiaTus

hadir kak, semngat!!

2021-10-07

2

Miss Montana

Miss Montana

ramaiin lapak aku yukkk 😘 beri author bunga walau 1 tangkai atau secangkir kopi biar semakin semangaddddd terus berkarya ❤

monggo monggo yang mau ninggal jejak author ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya 🥳🥳🙏

2021-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!