Satu minggu telah berlalu.
Semua aktifitas keluarga Iyo Herlambang dari rutinitas Papa Iyo di kantor untuk minggu ini lancar jaya tanpa halangan apapun. Begitu juga rutinitas mama Udi yang jam kerjanya seolah dua puluh empat jam juga lancar jaya tanpa kendala yang berarti. Sekolah Bilandra dan Abhinaya pun sesuai plan, rutinitasnya tanpa troubel juga.
Hasil ujian Bilandra juga memuaskan seperti biasa. Bilandra memang termasuk anak yang cerdas dan pintar. Selama menjabat sebagai siswi sekolah, Bilandra selalu berprestasi. Padahal papa dan mama Bilandra tidak pernah memaksa putri-putri mereka dengan jam belajar yang over time. Papa mama hanya mengarahkan saja dalam memanfaatkan waktu secara efisien sehingga tidak perlu over time untuk sesuatu hal yang nantinya akan menyita pikiran dan buang tenaga percuma. Hasilnya belum tentu seperti yang diinginkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tiba saatnya Bilandra memulai petualangan backpacker nya. Sudah perjalanan yang kedua untuk Bilandra backpackeran seorang diri. Ini juga hasil dari didikan papa dan mama Bilandra. Kebetulan papa dan mama Bilandra memang hobby berpetualangan, mengunjungi tempat-tempat indah diseluruh Indonesia. Bagi papa Iyo dan mama Udi, Indonesia negara tercintanya adalah surga dunia. Banyak tempat-tempat yang bisa dieksplore dan sangat indah. Dan jiwa backpacker itu secara alamiah menurun ke putri mereka. Untuk sementara yang terlihat adalah didalam jiwa Bilandra, karena memang usianya sudah remaja menjelang dewasa. Kalau untuk si ragil, Abhinaya masih abu-abu karena memang masih kecil, jadi ya kalau Abhinaya masih sebagai pengikut setia hobby papa, mama dan juga mbaknya.
“Oke semua sudah siap, Bali i’m coming” semangat Bilandra untuk memulai petualangannya.
Tokk.. tokkk pintu kamar Bilandra diketuk.
“Iya, masuk saja pintunya ngga aku kunci” teriak Bilandra dari dalam kamar. Bilandra make sure lagi barangnya sudah tidak ada yang ketinggalan.
“Mbak, sudah siap” tanya mama Udi.
“Sudah mam, mbak sudah ready, sudah ngga sabar jadi orang Bali” Bilandra dengan nyengir khasnya menjawab pertanyaan mamanya.
“Oke lah kalau begitu, sekarang sarapan dulu terus papa,mama, adik antar ke stasiun” mama Udi memastikan putrinya yang ayu sudah siap memulai petualangannya.
“Yuk mam, sudah jam segini juga nanti mbak ketinggalan keretanya lagi” Bilandra berdiri sambil menggendong rangsel kesayangannya berjalan keluar kamar menuju meja makan yang sudah siap sarapan ala keluarga Iyo Herlambang.
Mama Udi mengikuti putrinya dari belakang dan sama-sama menuju meja makan. Disana sudah ada papa Iyo dan si ragil Abhinaya yang sudah siap juga untuk sarapan. Sengaja papa Iyo bangun pagi-pagi walaupun hari itu adalah weekend yang biasanya papa enggan untuk meninggalkan singgasananya.
“Selamat pagi cah ayu, sepertinya udah ngga sabar nih buat refreshing” sambut papa Iyo saat melihat Bilandra dengan menggendong rangselnya berjalan ke arah meja makan.
“Of course pap, sudah pengen berjemur, pengen mendaki, pengen belanja hehehe” khayal Bilandra sembari sarapan bersama keluarganya sebelum dia berangkat menikmati hidup.
Sarapan pagi yang tenang tanpa riuh hiruk pikuk ocehan Bilandra ataupun Abhinaya ataupun juga papa dan mama. Sudah menjadi kebiasaan jika saat makan harus hening.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai di stasiun kereta api, Stasiun Tugu Yogyakarta keluarga Iyo Herlambang mengantar putri kesayangannya untuk pergi sesaat menikmati masa mudanya, masa seru dalam hidup putrinya. Bukan tidak memperhatikan atau cuek dengan putrinya tapi ini cara papa Iyo untuk membentuk pribadi sang putri. Untuk berani mencoba, bertanggung jawab dengan pilihan, menjaga diri dan yang paling penting adalah menjaga kepercayaan papa mamanya karena sudah memberi kebebasan dengan batas moral yang tidak perlu papa dan mamanya jabarkan setiap waktu. Cara papa Iyo tentu diamini oleh mama Udi. Walau si putri ayu nya termasuk kriteria cewek kece, cantik, ayu, wangi, rajin menabung, pintar bergaul, patut di contoh tidak lantas membuat mama emesh ini mengekang sang putri.
“Bentar lagi keretanya berangkat mbak” papa Iyo mengingatkan dengan melihat smart watch couplenya sama mama Udi.
“Sudah tidak ada yang ketinggalan ya cah ayu, hati-hati bawa diri dan bawa barang, minggu depan mama, papa, adik susul mbak ya” lanjut mama Udi mengingatkan Bilandra.
“Siap mam pap, Bilandra masuk dulu ya, terimakasih mam pap sudah mengijinkan Bilandra dan mengantar Bilandra ya” pamit Bilandra sembari memeluk mama papa dan si ragil bergantian.
“See you next week” seru Bilandra sambil melambaikan tangannya masuk kedalam peron kereta.
Perjalanan kurang lebih dua belas jam akan ditempuh Bilandra dalam kereta Sri Tanjung. Nanti dia akan turun di stasiun terakhir Banyuwangi untuk selanjutnya pergi menyeberang memakai kapal feri ke Pulau Dewata.
“Ini dia tempat duduk aku” gumam Bilandra.
Setelah merapikan barang bawaannya yang hanya satu rangsel tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, ukuran yang pas untuk punggung mungil si empunya rangsel. Kebetulan Bilandra mendapat tempat duduk di samping jendela.
“Oke, im ready for adventure” seru Bilandra dalam hati.
Bilandra menikmati sekali perjalanannya kali ini. Pengalaman pertama yang dia nanti-nantikan akhirnya terlaksana juga. Dua belas jam perjalanan didalam kereta cukup membuat Bilandra lelah. Tetapi dia tidak mengeluh karena memang ini pilihannya untuk menikmati backpackerannya. Sebenarnya jika naik pesawat kurang lebih hanya satu jam sudah mendarat cantik di Pulau Dewata, Bali. Tetapi Bilandra tidak memilih itu karena baginya tidak seru kalau cuma naik pesawat. Lagian pulangnya besok juga bakalan naik pesawat juga.
Bilandra tidak memejamkan matanya walau hanya sebentar. Dia terlalu excited dengan pemandangan alam yang indah meski dilihat dari jendela kereta.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Akhirnya kurang dari lima belas menit kereta yang membawa Bilandra akan sampai pada tujuan akhir Stasiun Banyuwangi Ketapang. Dan tidak jauh dari stasiun Bilandra sudah reservasi penginapan untuk singgah satu malam sebelum besok pagi melanjutkan perjalanan untuk menyeberang.
Sampai di penginapan dan diantar oleh office boy di kamar yang sudah Bilandra reservasi, Bilandra menurunkan tas rangsel yang dia gendong.
“Arghhh akhirnya bisa nglempengin ini punggung sama kaki” gumam Bilandra sembari merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur penginapan.
Drrrtttt drrttttt drrtttttttt
HP Bilandra bergetar dalam kantong celana jeans panjangnya. Diambilnya HPnya dan dilihat mama emesh calling dilayar HPnya.
“Hallo mam, baru Bilandra mau telfon ehhhh sudah ditelfon sama mama” angkat Bilandra di sambungan telfonnya.
“Hallo cah ayu, iya pasti dong kan ikatan batin mama sama mbak itu tiada tanding, gimana barusan sampai penginapan ya mbak?” mama Udi menjawab telfon anak gadisnya.
“Iya mama emesh, mbak baru aja sampai kamar, baru aja nglempengin punggung sama kaki, belum juga lepas sepatu, cuci tangan, cuci kaki, cuci muka apalagi mandi ehhh mama udah telfon” panjang penjelesan Bilandra.
“Ya ya ya cah ayu, syukur kalau sudah sampai penginapan, bersih-bersih badan dulu gih nanti malah ketiduran lagi kalau ngga langsung bersih-bersih. Kalau udah jangan lupa makan malam, pesen di penginapan saja mbak ya, biar ngga rempong” mama Udi memberi titahnya kepada putri ayunya.
“Oke mam, ya sudah, mbak bersih-bersih dulu ya mam, lanjut makan malam terus istirahat ya mam, salam buat papa sama si adik ya mam, i love you all” tutup Bilandra.
Selesai mandi dan makan malam Bilandra merebahkan tubuh mungilnya di kasur. Perlahan tapi pasti mata belo Bilandra mulai memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments