Kota metropolitan

Siang harinya. Sheril dan neneknya sedang duduk di ruang keluarganya sambil menonton acara kesukaan mereka.

Tok-tok-tok ....

Suara pintu rumahnya di ketuk dari luar. "Siapa ya, Nek?" Tanya Sheril menerka tamunya yang datang pada saat siang begini.

"Biar nenek lihat," ucap nenek Mala bergegas keruang tamu dimana pintu utamanya berada.

"Assalamualaikum Nenek," ujar orang itu membuat nenek Mala mengernyitkan keningnya.

"Kami dari pihak sekolah, apakah Sheril Mehrunnisa ada, Nek?" Tanya perempuan yang memakai pakaian dinas.

"Oh, gurunya Sheril. Ayo silahkan masuk," ujar nenek Mala mempersilahkan mereka masuk keruang tamu.

"Silahkan duduk, nenek akan panggilkan Sheril sebentar," ujar nenek Mala mempersilakan tamunya duduk.

"Sheril, ada gurumu datang. Ayo buatkan minuman untuk mereka, jangan lupa hidangkan kue juga ya," titah neneknya.

Sheril merasa ada sesuatu dari sekolah. Karena tidak biasanya gurunya mendatangi kediamannya.

Sambil meletakkan teh dan beberapa potong kue kedalam nampan, hati Sheril masih bertanya tanya. Lalu ia pun pergi keruang tamu menyajikan teh dan cemilan buat tamunya.

"Silahkan di minum Buk, Pak," ujar Sheril tersenyum ramah. Kemudian ia ingin beranjak mengembalikan nampan.

"Sheril, duduk di sini, Nak," ujar salah satu gurunya yang bernama Yusri. Ia wali kelas Sheril di kelas 12 A.

Sheril pun menuruti titah ibu Yusri.

"Kalau boleh tau, ada apa ya Ibu dan Pak guru datang kemari?" Ucap nenek Mala membuka percakapan.

"Maaf sebelumnya, Nek. Kakeknya ada?" Tanya ibu Yusri lagi.

"Oh, ada di belakang, biar saya panggilkan," ujar nenek Mala ingin beranjak dari duduknya.

"Biar Sheril saja yang memanggilnya, Nek," ujar Sheril.

"Iya, panggilah, Nak, agar keluarga tau apa tujuan kami datang kemari," ujar ibu Yusri lagi.

Sheril makin penasaran dengan apa yang di ucapkan ibu Yusri.

......................

Setelah kakek Samit ikut duduk bersama mereka. Nenek Mala kembali bertanya.

"Katakan Bu guru, kesalahan apa yang sudah cucu saya buat," ujar nenek Mala sedikit cemas.

Ketiga guru itu pun tersenyum mendengar ucapan neneknya Sheril.

"Cucu kalian tidak membuat kesalahan, hanya kami datang kemari ingin memberikan kabar gembira pada Sheril," ujar ibu Yusri tersenyum lebar.

"Iya Nek, Kakek. Kami perwakilan dari sekolah, kami sangat bangga memiliki siswa seperti Sheril ini. Sheril mendapatkan kejuaraan tingkat internasional, yang sudah diakui oleh kementerian lembaga pemerintah, yang ditetapkan sebagai agenda internasional resmi yang relevan dengan prestasi," ujar ibu Yusri menjelaskan.

"Iya, maka dari itu, Sheril berhak mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di universitas yang sudah di tentukan dan sudah di pasilitasi lengkap dengan tempat tinggal berupa apartemen," ujar salah satu guru laki-laki paru baya itu.

Mereka berbincang-bincang panjang dan lebar.

"Sangat di sayangkan jika kamu tidak meneruskan pendidikan mu, Nak, prestasimu sangat tinggi, kapan lagi kamu akan memanfaatkan kesempatan emas ini," ujar ibu Yusri meyakinkan Sheril, karena sudah mendapatkan penolakan langsung dari Sheril.

"Bu, Sheril tidak punya siapa-siapa di sana, Sheril takut. lagi pula tidak mungkin saya meninggalkan kakek dan nenek saya, mereka sudah tua," ujar Sheril menundukkan wajahnya.

"Sayang, ini demi masa depanmu, kamu tidak perlu menghawatirkan nenek dan kakek di sini, kamu tau, kan, kami sudah menua, jadi ini kesempatan mu untuk meraih cita-cita mu," ujar kakek Sheril.

"Sheril. Ini masih dalam satu negara, bukan luar negeri yang sudah kamu tolak tempo hari, lembaga prestasi masih memberikan satu kesempatan pada mu," ujar bapak guru menimpali ucapan ibu Yusri.

"Tapi, Kek ... "

"Nak, ini saatnya kamu membahagiakan kakek dan nenekmu, di sisa umur nenek dan kakek mu ini, kami ingin melihat cucu nenek sukses," ujar nenek Mala memotong pembicaraan Sheril, ia menitikkan air matanya.

"Nenek," Sheril memeluk neneknya dengan erat.

"Baiklah, Sheril mau, Nek," ujar Sheril lirih.

Ibu Yusri dan yang lainnya, memberikan penjelasan dan pengarahan pada Sheril. Setelah sedikit berbincang-bincang, mereka pamit undur diri.

......................

Sheril tidak kuasa menahan air matanya saat berpamitan pada kakek dan neneknya. Ia memeluk erat tubuh yang sudah menua itu. Sheril sangat sedih meninggalkan kedua orang yang dia cintai setelah kedua orang tuanya.

"Nenek dan kakek jaga kesehatan ya, hiks-hiks-hiks ... " Sheril menangis tersedu di pelukan kedua orang tua itu.

Nenek Mala menghapus air mata cucunya. "Sudah. Nenek dan kakek akan selalu mendoakan yang terbaik buat mu, jaga dirimu ya, Nak," ujar nenek dan kakek itu serta mencium keningnya.

Sheril sudah berada di dalam pesawat. Untuk pertama kalinya Sheril akan terbang dengan Burung raksasa berbaju besi.

Ada perasaan cemas dan gelisah. Isak tangisnya masih terdengar samar. Iya, Sheril akan meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu setinggi langit, sama seperti burung raksasa yang di tumpanginya, yang sebentar lagi akan melebarkan sayapnya menuju angkasa langit, menuju tujuan utamanya.

Sheril menatap sedih saat burung raksasa itu mulai melebarkan sayapnya di udara. Air matanya sudah membanjiri pipi mulusnya. Untuk pertama kalinya juga, Sheril berpisah dengan dua orang yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih dan sayang.

Sheril tidak peduli dengan orang di sekitarnya yang terus saja memandanginya menangis. Ia hanya menumpahkan kesedihannya.

"Hapus air mata mu," ujar seorang penumpang pesawat yang duduk tepat sampingnya, ia memberikan sebuah sapu tangan miliknya.

Tanpa menoleh, Sheril menolaknya dengan halus.

"Terimakasih tuan, nanti sapu tanganmu kotor,"

"Tidak perlu sungkan, ambil saja untuk mu," ujarnya menawarkan.

Sheril melirik laki-laki itu dengan tersenyum ramah, kemudian mengambil sapu tangan yang di berikan untuknya.

"Terimakasih tuan, saya akan mengembalikannya, setelah saya mencucinya," ujar Sheril tanpa pikir panjang.

"Tidak perlu, buat kamu saja," ujar laki-laki itu dengan suara dinginnya.

Sheril tidak pikir panjang, bagaimana ia akan mengembalikannya? Sementara kenal saja tidak, alamatnya pun Sheril tidak tau. Tapi itu sama sekali tidak terpikir oleh Sheril karena di dalam dadanya masih terasa sesak saat berpisah dengan kedua kakek dan neneknya.

Kini Sheril sudah menginjakkan kakinya di kota metropolitan tanpa seorang pun yang dia kenal.

Sinar tenggelam malam pun tiba. Seorang gadis cantik menyetop taksi menuju ke sebuah apartemen yang di pasilitasi oleh pihak keluarga universitas.

Di perjalanan menuju apartemennya. Seulas senyum Sheril tampilkan, untuk pertama kalinya setelah menangis berpisah dengan orang yang sangat dia sayangi.

Dengan hati yang takjub, Sheril menatap keluar kaca mobil. Ia memandangi Kota metropolitan ini penuh dengan gemerlapan, yang seakan tidak ada habisnya. Gedung-gedung pencakar langit membuat kota Jakarta terlihat berwarna-warni ketika malam tiba.

"Kota yang sangat indah, sekarang aku melihatnya langsung, bukan hanya di dalam layar," gumam Sheril dalam hatinya. Ia tersenyum bangga melihat suasana kota Jakarta.

Tanpa Sheril sadari kalau mobil taksi yang di tumpanginya sudah berhenti tepat di alamat apartemen yang ada di dalam kartu nama itu.

Sheril segera membayar ongkos taksi. Setelah itu, ia pun langsung mecari nomer apartemen yang sudah tertera lengkap di kartu miliknya.

Tidak susah bagi Sheril untuk menemukan apartemennya. Setelah mencocokkan nomor apartemen, tanpa ragu Sheril menekan tombol password dan pintu pun langsung terbuka.

Sheril pun langsung masuk dan mengedarkan pandangannya di seluruh apartemen. Sheril memeriksa di berbagai sudut mulai dari kamar mandi, tempat masak, tempat jemuran dan terakhir adalah kamar.

Melihat kasur yang begitu empuk menurut Sheril, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur itu. Matanya memandang langit-langit kamarnya yang bernuansa keabuan, desain kamar pun di sukai oleh Sheril.

Saking lelahnya, Sheril langsung saja tertidur.

ayo, berikan Author secangkir kopi dong, biar author tidak sakit kepala lagi.

jangan lupa vote dan like ya.

komen dan dukung terus karya author.

Terpopuler

Comments

YuLie YoeLieta

YuLie YoeLieta

awal mula perjuangan sheril dimulai

2021-12-08

0

Ipeh Nurfitria

Ipeh Nurfitria

q blm bsa coment paa2...like dulu aj thor

2021-11-28

1

꧁🦂⃟ΔᷤтᷤιᷫκαнŞʏαяιғʜ֟͜͡ᴠ꧂✔️

꧁🦂⃟ΔᷤтᷤιᷫκαнŞʏαяιғʜ֟͜͡ᴠ꧂✔️

next Thor....
jd penasaran sama kelanjutan nya

2021-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Aktifitas pagi hari
3 Kota metropolitan
4 Pertama masuk kampus
5 kembali ke apartemen.
6 Alzian
7 Lounge
8 Mencari tahu
9 pertengkaran
10 air mata Sheril
11 di rumah sahabat
12 Ketahuan hamil
13 ide rujak
14 penguntit
15 rencana kerja
16 pertama kerja
17 Relaks coffee
18 penculikan Sheril
19 Aku adalah suamimu
20 Kehilangan sahabat
21 Orang yang sama
22 Bukan siapa-siapa
23 Tekanan batin
24 Mulai membaik
25 Nona cantik
26 Taman yang indah
27 Masih di taman
28 Mertua yang menyebalkan
29 Pulang
30 Mencari bibi
31 panik
32 Dari klinik
33 Tidak suka penolakan
34 Kemana?
35 Pusing
36 mulai merasakan
37 Sebuah syarat
38 Memeluk Zian
39 SAH
40 tidak punya otak
41 merasa risih
42 keluar VillaZa
43 suami atau orang lain
44 perasaan
45 Sebelum pergi
46 kampung halaman
47 Gelisah
48 Ketegangan
49 kampung part 2
50 ranjang yang sempit
51 Kusut
52 Mama mertua
53 Tidak ingin bercerai
54 merubah sikap
55 Sarapan pagi
56 Rasa takut
57 Menunda keinginan istri
58 senyuman Sheril
59 kamu itu istriku
60 ungkapan Sheril
61 pengakuan
62 merasa aneh
63 kekacauan di meja makan
64 mengingat masa lalu
65 terhipnotis
66 ngk enak hati
67 kesal
68 meminta maaf
69 mall
70 siapa dia
71 mimpi
72 minta di temani
73 sabun mandi
74 tidur di sofa
75 finishing
76 Belanja
77 melihat rumah baru
78 ingin membuktikan
79 Emosi Ririn
80 Kedatangan sahabat
81 Ririn
82 90
83 100
84 101
85 102
86 103
87 104
88 105
89 106
90 107
91 108
92 109
93 110
94 111
95 112
96 113
97 114
98 115
99 116
100 117
101 118
102 119
103 120
104 121
105 122
106 123
107 124
108 125
109 126
110 127
111 128
112 129
113 120
114 121
115 122
116 123
117 124
118 125
119 126
120 127
121 128
122 129
123 123
124 Menyesali
125 124
126 Draft
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Prolog
2
Aktifitas pagi hari
3
Kota metropolitan
4
Pertama masuk kampus
5
kembali ke apartemen.
6
Alzian
7
Lounge
8
Mencari tahu
9
pertengkaran
10
air mata Sheril
11
di rumah sahabat
12
Ketahuan hamil
13
ide rujak
14
penguntit
15
rencana kerja
16
pertama kerja
17
Relaks coffee
18
penculikan Sheril
19
Aku adalah suamimu
20
Kehilangan sahabat
21
Orang yang sama
22
Bukan siapa-siapa
23
Tekanan batin
24
Mulai membaik
25
Nona cantik
26
Taman yang indah
27
Masih di taman
28
Mertua yang menyebalkan
29
Pulang
30
Mencari bibi
31
panik
32
Dari klinik
33
Tidak suka penolakan
34
Kemana?
35
Pusing
36
mulai merasakan
37
Sebuah syarat
38
Memeluk Zian
39
SAH
40
tidak punya otak
41
merasa risih
42
keluar VillaZa
43
suami atau orang lain
44
perasaan
45
Sebelum pergi
46
kampung halaman
47
Gelisah
48
Ketegangan
49
kampung part 2
50
ranjang yang sempit
51
Kusut
52
Mama mertua
53
Tidak ingin bercerai
54
merubah sikap
55
Sarapan pagi
56
Rasa takut
57
Menunda keinginan istri
58
senyuman Sheril
59
kamu itu istriku
60
ungkapan Sheril
61
pengakuan
62
merasa aneh
63
kekacauan di meja makan
64
mengingat masa lalu
65
terhipnotis
66
ngk enak hati
67
kesal
68
meminta maaf
69
mall
70
siapa dia
71
mimpi
72
minta di temani
73
sabun mandi
74
tidur di sofa
75
finishing
76
Belanja
77
melihat rumah baru
78
ingin membuktikan
79
Emosi Ririn
80
Kedatangan sahabat
81
Ririn
82
90
83
100
84
101
85
102
86
103
87
104
88
105
89
106
90
107
91
108
92
109
93
110
94
111
95
112
96
113
97
114
98
115
99
116
100
117
101
118
102
119
103
120
104
121
105
122
106
123
107
124
108
125
109
126
110
127
111
128
112
129
113
120
114
121
115
122
116
123
117
124
118
125
119
126
120
127
121
128
122
129
123
123
124
Menyesali
125
124
126
Draft

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!