Bab 5 Sakit Hati

Bab 5 Sakit Hati

Kalila kembali memainkan ponselnya sambil menunggu jam pulang sekolah, setelah dia tidak lagi mendengar suara orang yang sedang bicara. Kalila kini asik memainkan ponselnya sampai dia tidak menyadari seseorang yang sejak tadi berdiri di depannya.

“Masih sakit?” tanya Akbar yang seketika Kalila menjatuhkan ponsel di atas dadanya.

“Aw ....!” ucap Kalila sambil memegangi dadanya. Ponsel yang jatuh di atas dadanya membuat dia merintih kesakitan.

Kalila cukup kaget saat melihat Akbar yang sudah berdiri dihadapannya sambil melipat kedua tangan dan memandangnya dengan serius. Kalila menunduk, memutar bola matanya mimikirkan apa yang harus dia katakan.

“Emmm ... sedikit,” ucapnya dengan terbata.

“Kamu sakit atau numpang main game? Sebagai hukumannya saya akan mengambil ponsel kamu dan kamu bisa ambil besok di ruangan saya.” Akbar meminta ponsel Kalila. Sambil mendegus kesal, Kalila memberikan ponselnya dan pergi meninggalkan Akbar tanpa pamit padanya. Akbar yang melihat Kalila tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

‘Ya Tuhan, kenapa dia harus menjadi semenyebalkan itu. Gue sumpahin lo tergila-gila sama gue nanti,’ gumam Kalila yang masih menyimpan sakit hati setelah dulu ditolak dan Akbar menghilang tanpa kabar.

Saat berjalan menuju kelas, bel pulang pun berbunyi. Kama dan Elina yang melihat Kalila sedang berjalan langsung berlari menghampiri dia. Tampak wajah yang sangat khawatir dari kedua saudaranya. Nampaknya Hesti memberitahu keduanya kalau dia sedang sakit. Lagi-lagi Kalila harus berbohong menghadapi dua orang yang ada di depannya.

“De, kamu sakit apa? Kenapa enggak bilang sama abang?” ucap Kama sambil memegang keningnya.

“Iya, kenapa lo enggak kabarin gue sih, La? Sakit bagian mana? Kita pulang sekolah langsung ke dokter aja ya?” Kini Elina yang mengecek suhu tubuhnya. Selagi keduanya sedang sibuk mengkhawatirkan keadaannya, Kalila hanya diam mematung dan memasang wajah yang memelas.

‘Apa lagi ini? Kapan hidupku akan tenang kalau seperti ini?’ kesal Kalila dalam hati.

“Aw ... sakit di sini!” ucap Kalila memegangi dadanya sambil merintih kesakitan. Jelas itu membuat kedua saudaranya tampak panik dan merangkul tubuh Kalila untuk duduk terlebih dahulu.

“Kita ke dokter sekarang ya!” ucap Elina. Melihat tampang serius dari keduanya membuat Kalila tertawa puas dan mencubit kedua pipi Elina juga Kama.

“Gue, enggak apa-apa. Sehat wal'afiat! Lagian siapa juga yang sakit,” ucap Kalila dengan wajah tanpa dosa. Kama dan Elina menatap sinis Kalila.

“Lila ....!” teriak Hesti sambil membawa tasnya, bersama Andri. Kalila membuang napas kasar melihat dua orang yang sedang berlari ke arahnya.

“Bagaimana keadaan lo? Masih enggak enak badan?” tanya Hesti sambil memutar tubuh Kalila.

Kalila hanya menggelengkan kepala pasrah dan langsung mengambil tas lalu berjalan duluan meninggalkan mereka semua. Saat berjalan ke arah parkiran, langkah Kalila seketika terhenti saat melihat pemandangan yang membuat hatinya sedikit sakit. Melihat Kalila berhenti, keempat orang yang ada di belakangnya pun ikut mengentikan langkah mereka.

“Kenapa, De?” tanya Kama. Kalila hanya diam dan dengan cepat melangkahkan kakinya ke arah mobil. Keempat orang yg berada di belakang Kalila saling memandang. Mereka heran hari ini Kalila bersikap sangat aneh. Elina dan Kama pun pamit pada Hesti dan Andri dan menyusul Kalila yang sudah duduk manis di dalam mobil.

‘Kenapa hati ini masih saja sakit saat melihat dia?'’ gumam Kalila sambil menatap keluar jendela.

“La, lo dari pagi aneh tahu. Kenapa sih? Cerita dong sama gue,” ucap Elina sambil merangkul lengannya.

“Enggak ada apa-apa Elin. Lagi mikirin ujian yang tidak terasa sebentar lagi,” ucap Kalila yang terpaksa berbohong. Entah hari ini berapa kebohongan yang sudah dia lakukan. Elina sangat yakin kalau yang dipikirkan saudaranya itu bukanlah ujian.

Selama perjalanan Elina maaih saja kepikiran tentang Akbar yang memakaikan helm pada Bu Sarah guru Sosiologi. Keduanya sama-sama guru magang di sekolah. Mengingat perlakuan Akbar yang cukup dekat dan mesra dengan Sarah, ingin rasanya Kalila menjerit. Ditambah dia tidak biaa memainkan ponselnya, karena ditahan oleh Akbar.

***

“Akbar, terima kasih ya!” ucap Sarah sambil mengembalikan helmnya. Akbar hanya tersenyum mengangguk.

“Aku langsung pulang ya, ibu menyuruhku beli makanan.” Sarah mengangguk sambil melambaikan tangannya.

“Kirim salamku untuk Ibu.” Akbar mengangguk dan langsung melajukan motor bebeknya.

Sedikit cerita tentang keluarga Akbar. Dia adalah anak pertama dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya meninggal karena serangan jantung, saat Akbar duduk di bangku kuliah. Saat itulah Akbar mencari kerja untuk membiayai kuliahnya dan juga adiknya yang saat itu masih berusia empat tahun. Memang jarak Akbar dan adiknya terpaut sangat jauh, karena ibunya yang sulit untuk mempunyai anak. Bisa mendapat Akbar pun harus menunggu 13 tahun lamanya. Oleh karena itu, orangtua Akbar sudah sangat tua sangat tua.

Penghasilan dari hasil menjahit nyatanya tidak bisa menghidupi dua orang anak. Itulah alasan kenapa Akbar kerja sambil kuliah. Beruntungnya Akbar saat lulus dari kuliah, dia langsung mendapatkan kerjaan di salah satu sekolah menegah pertama. Di sana dia hanya menjadi guru magang yang terikat kontrak. Setelah satu tahun mengajar di sana dan kontrak pun habis, kini dia diterima di SMA tempat Kalila menimpa ilmu dari rekomendasi Sarah.

Sarah sendiri adalah teman Akbar sejak keduanya duduk di bangku SD. Rumah mereka hanya beda gang saja, jadi wajar kalau Sarah menumpang padanya saat pergi dan pulang sekolah. Setelah mengantarkan Sarah, Akbar langsung pergi ke tempat sate langganannya, untuk membeli pesanan sang ibu.

“Bang, biasa ya 20 tusuk,” ucap Akbar pada penjual sate. Dengan sigap penjual sate itu mengerjakan pesanan darinya.

Sambil menunggu sate yang dipesannya matang, Akbar mengambil ponsel Kalila yang ada di dalam tasnya. Dia menatap foto Kalila yang menjadi wallpaper ponsel Kalila. Akbar tidak menyangka kalau penampilan gadis cantik yang selama ini dia kenal bisa berubah tomboy seperti ini. Di dalam foto itu, Kalila menggunakan pakaian serba hitan dengan jeket kulit hitam, sepatu boot dan juga lipstik yang berwana hitam.

‘Kenapa kamu jadi seperti ini?’ gumam Akbar yang menyayangkan penampilan Kalila sekarang.

~Bersambung~

Terpopuler

Comments

Tuti Dwie

Tuti Dwie

karna kamu lah akbar patah hati

2022-12-26

0

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Akbar..Kalila jadi tomboy gara - gara kamu pernah menolak cintanya...
Akbar,.Sadari itu

2021-10-08

1

Riyan toxico

Riyan toxico

lanjut

2021-10-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Prolog
2 Bab 2 Cinta Pertama
3 Bab 3 Benci
4 Bab 4 UKS
5 Bab 5 Sakit Hati
6 Bab 6 Hukuman
7 Bab 7 Merasa Bersalah
8 Bab 8 Tidak Berubah
9 Bab 9 PMS?
10 Bab 10 Mengambil Hati
11 Bab 11 Lesbi?
12 Bab 12 Lagi-lagi Kalila
13 Bab 13 Sadar diri
14 Bab 14 Sahabat
15 Bab 15 Berubah?
16 Bab 16 Risih
17 Bab 17 Bekal
18 Bab 18 Mall
19 Bab 19 Menunggu
20 Bab 20 Berharap
21 Bab 21 Memberanikan Diri
22 Bab 22 Status Sosial
23 Bab 23 Taman
24 Bab 24 Kota Tua Jakarta
25 Bab 25 Menyembunyikan Sementara
26 Bab 26 Miss You
27 Bab 27 Merasa Tidak Pantas
28 Bab 28 Tunggu Aku!
29 Bab 29 Calon Mantu?
30 Bab 30 Interogasi
31 Bab 31 Tidak Setuju!
32 Bab 32 Rencana Perpisahan
33 Bab 33 Terbuka
34 Bab 34 Pamit
35 Bab 35 Nampak Berubah
36 Bab 36 Pesan
37 Bab 37 Pegagum Rahasia
38 Bab 38 Orang Misterius
39 Bab 39 Panik
40 Bab 40 Mengintrogasi
41 Bab 41 Penasaran
42 Bab 42 Penasaran 2
43 Bab 43 Misterius
44 Bab 44 Hari Pertama
45 Bab 45 Percaya
46 Bab 46 Merasa Kesal
47 Bab 47 Minta Maaf
48 Bab 48 Tidak Mau Berharap
49 Bab 49 Posesif
50 Bab 50 Kamu Tidak Ingat?
51 Bab 51 Merasa Asing
52 Bab 52 Perasaan Takut
53 Bab 53 Rumah Sakit
54 Bab 54 Memohon
55 Bab 55 Khawatir
56 Bab 56 Operasi
57 Bab 57 Ruang VIP
58 Bab 58 Pertemuan
59 Bab 59 Tidak Tenang
60 Bab 60 Binggung
61 Bab 61 Cukup Tenang
62 Bab 62 Pertemuan Pertama
63 Bab 63 Sebuah Keputusan
64 Bab 64 Merestui
65 Bab 65 Aku Bersedia
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Prolog
2
Bab 2 Cinta Pertama
3
Bab 3 Benci
4
Bab 4 UKS
5
Bab 5 Sakit Hati
6
Bab 6 Hukuman
7
Bab 7 Merasa Bersalah
8
Bab 8 Tidak Berubah
9
Bab 9 PMS?
10
Bab 10 Mengambil Hati
11
Bab 11 Lesbi?
12
Bab 12 Lagi-lagi Kalila
13
Bab 13 Sadar diri
14
Bab 14 Sahabat
15
Bab 15 Berubah?
16
Bab 16 Risih
17
Bab 17 Bekal
18
Bab 18 Mall
19
Bab 19 Menunggu
20
Bab 20 Berharap
21
Bab 21 Memberanikan Diri
22
Bab 22 Status Sosial
23
Bab 23 Taman
24
Bab 24 Kota Tua Jakarta
25
Bab 25 Menyembunyikan Sementara
26
Bab 26 Miss You
27
Bab 27 Merasa Tidak Pantas
28
Bab 28 Tunggu Aku!
29
Bab 29 Calon Mantu?
30
Bab 30 Interogasi
31
Bab 31 Tidak Setuju!
32
Bab 32 Rencana Perpisahan
33
Bab 33 Terbuka
34
Bab 34 Pamit
35
Bab 35 Nampak Berubah
36
Bab 36 Pesan
37
Bab 37 Pegagum Rahasia
38
Bab 38 Orang Misterius
39
Bab 39 Panik
40
Bab 40 Mengintrogasi
41
Bab 41 Penasaran
42
Bab 42 Penasaran 2
43
Bab 43 Misterius
44
Bab 44 Hari Pertama
45
Bab 45 Percaya
46
Bab 46 Merasa Kesal
47
Bab 47 Minta Maaf
48
Bab 48 Tidak Mau Berharap
49
Bab 49 Posesif
50
Bab 50 Kamu Tidak Ingat?
51
Bab 51 Merasa Asing
52
Bab 52 Perasaan Takut
53
Bab 53 Rumah Sakit
54
Bab 54 Memohon
55
Bab 55 Khawatir
56
Bab 56 Operasi
57
Bab 57 Ruang VIP
58
Bab 58 Pertemuan
59
Bab 59 Tidak Tenang
60
Bab 60 Binggung
61
Bab 61 Cukup Tenang
62
Bab 62 Pertemuan Pertama
63
Bab 63 Sebuah Keputusan
64
Bab 64 Merestui
65
Bab 65 Aku Bersedia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!