Musuh Lama

“Shin, bagaimana dengan tugas yang aku berikan? Apa sudah ada berita tentang mereka?” tanya Kei pada asisten

setianya.

“Tuan Muda, maafkan kami, kejadiannya sudah lama. Kami butuh waktu lebih banyak untuk menyelidiki. Kami sedang mengecek nama-nama penyewa kamar hotel di lantai tersebut. Akan kami–”

Kei berdiri dan menggebrak meja kerjanya. Membuat Shin berhenti bicara dan membatu. Hawa dingin mendadak menyelimuti tubuh Shin, membuatnya ingin menggigil. Laki-laki muda yang sudah tujuh tahun menjadi asisten Kei itu tahu dengan benar, saat ini sang bos sedang marah besar.

“Aku tidak mau tahu! Kerahkan semua anak buahmu! Aku ingin wanita dan anak itu segera ditemukan. Periksa semua taman kanak-kanak di kota ini dan temukan anak itu dalam waktu 24 jam!” perintah Kei penuh emosi.

“Baik, Tuan Muda. Saya mengerti.”

Shin sedikit membungkukkan badannya sebelum beranjak meninggalkan ruang kerja Kei. Kei yang masih diselimuti emosi menjatuhkan dirinya di kursi presiden direktur dengan kasar, terduduk dan melonggarkan dasinya. Tubuhnya tiba-tiba terasa gerah dan panas meski AC di ruangan tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.

Belum mereda amarah yang dirasakan Kei, tiba-tiba pintu ruangan Kei diketuk. Kei memicingkan mata melihat ke arah daun pintu. Rasa hatinya tidak ingin diganggu oleh siapa pun, tidak ingin ada orang lain yang masuk ke ruangannya.

Sayangnya, orang yang mengetuk pintu langsung masuk meski Kei belum memberi izin. Hal itu membuat suasana hati Kei semakin buruk.

“Aku boleh masuk, kan?” tanya Angelin basa-basi. Nyataannya pertanyaan itu memang hanya pemanis belaka. Meski belum diizinkan masuk, gadis itu sudah menerobos lalu berdiri di hadapan Kei.

Kei hanya membisu dan membuang pandangan. Hatinya semakin dongkol saat mengetahui yang datang adalah Angelin. Wanita yang ingin dijodohkan dengan dirinya oleh sang ayah.

Angelin tidak peduli meski Kei bersikap acuh tak acuh. Dia tetap berusaha bersikap manis dan penuh perhatian. Gadis itu telah bertekad untuk menaklukkan hati Kei.

 “Aku membawakanmu makan siang. Aku sendiri yang memasaknya. Aku ambilkan untukmu, ya?” tawar Angelin sambil meletakkan kotak makan siang di meja Kei.

Kei memandang wanita cantik di depannya dengan risih. Tatapannya semakin tajam penuh rasa tidak suka. “Tinggalkan aku sendiri!” tegas Kei.

Sejenak Angelin terdiam. Namun, tiba-tiba wanita itu tersenyum begitu manis. Dia tetap berusaha tenang seakan tidak mendengar perintah Kei.

“Bagaimana jika kamu mencoba yang ini duluan? Pasti enak,” tawar Angelin sambil menyodorkan makanan dengan supit ke dekat mulut Kei. Wanita itu bermaksud menyuapi laki-laki yang disukainya.

“Apa kau tidak mendengar kata-kataku? Jangan membuatku mengulang apa yang aku katakan! Kau tahu apa yang bisa aku lakukan jika telah kehilangan kendali, bukan?” ancam Kei dengan mata nyalang.

Nyali Angelin mendadak ciut. Gadis itu segera berdiri dan dengan berat hati berjalan menuju pintu. Menuruti perintah Kei untuk pergi. Setelah Angelin menghilang dari pandangan Kei, laki-laki itu langsung meluapkan amarah. Dijatuhkannya semua barang yang ada di meja kerjanya, termasuk bekal makan siang yang tadi dibawakan Angelin.

...***...

Hari menjelang sore. Pekerjaan Yuri membuat pesanan kue telah selesai. Dia pun bergegas menuju sekolah Lucas untuk menjemput si buah hati. Langkah kaki jenjang Yuri semakin cepat menuju tepi jalan besar untuk mencari taksi. Dia tidak ingin terlambat menjemput Lucas.

Yuri tidak memperhatikan jalan dengan baik. Dia berjalan sambil membalas pesan dari Hana. Secara tidak sengaja, Yuri menabrak seseorang. Spontan Yuri meminta maaf meski belum melihat siapa yang ditabraknya.

“Nona, maafkan aku. Anda baik-baik saja?” tanya Yuri.

Namun, Yuri langsung terperangah saat menyadari siapa yang ditabraknya. Begitu pula dengan wanita dan laki-laki yang kini berdiri di hadapannya. Mereka sama terkejutnya dengan Yuri.

“Apa aku tidak salah lihat? Sayang, apa kita sedang bermimpi?” kata Satomi pada Yuki sambil berlagak sok romantis. Dia ingin memamerkan kemesraannya di depan Yuri.

“Yu-ri?” ucap Yuki terbata. Ada raut yang sulit dijelaskan tergambar di wajah Yuki.

“Maaf, aku tidak sengaja karena sedang terburu-buru.” Yuri mengulang permohonan maafnya. Dia juga berusaha tetap tenang menghadapi dua orang yang sangat dibencinya tersebut.

Satomi tampak angkuh. Dia tak berniat memaafkan Yuri bahkan ingin mempersulit sepupunya tersebut. Senyum licik dan mencibir pun mengembang di sudut bibir Satomi. Wanita itu benar-benar menunjukkan rasa tidak sukanya.

“Maaf? Orang kotor sepertimu telah menyentuh baju mahalku. Rasanya ini tidak akan bisa aku kenakan lagi. Jadi, bagaimana seharusnya kau memberikan kompensasi terhadap hal ini?” cemooh Satomi.

Yuri hanya terdiam. Tangannya mengepal menahan amarah. Sebah di dada wanita itu sebenarnya juga telah membuncah. Ada rasa muak yang membuat Yuri ingin muntah saat mendengar kata-kata Satomi.

“Oh, tapi lihatlah … penampilanmu seperti ini. Kau terlihat kusut dan kumal. Mungkin selama ini kau telah hidup menderita di jalanan. Kau pasti tidak memiliki banyak uang untuk memberiku ganti rugi,” ejek Satomi lagi.

“Berapa aku harus membayar?” geram Yuri.

“Hahaha … ternyata kau masih bisa sombong juga, ya?” ledek Satomi diiringi tawa yang semakin keras.

“Satomi, sudahlah! Jangan seperti itu!” Yuki berusaha menetralkan suasana. Sebenarnya mantan pacar Yuri ini merasa cukup canggung.

“Yuri, bagaimana kabarmu?” tanya Yuki. “Lalu –”

“Aku baik. Sangat baik,” potong Yuri dengan nada dingin.

Satomi merasa kesal mendengar percakapan antara Yuki dan Yuri. Dia merasa cemburu dan seketika merasa bahwa Yuki yang kini menjadi kekasihnya masih mencintai Yuri. Rasa dongkol di hati Satomi pun semakin menggunung terhadap Yuri.

“Kami akan segera menikah dalam waktu dekat. Hidup kami sangat bahagia, tidak menyedihkan sepertimu. Wanita kotor yang tidur dengan lelaki tidak dikenal.”

Satomi mulai pamer kemesraan dengan Yuki dan memprovokasi Yuri. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dari Yuri. Selain itu, dia juga sengaja menyinggung hal sensitif tentang masa lalu Yuri untuk merendahkan.

Susah payah Yuri menahan amarahnya. Bukan karena dia takut terhadap Satomi, tetapi dia tidak ingin berdebat di tempat umum dan menjadi tontonan banyak orang. Yuri lebih memilih membiarkan sepupunya itu bicara sesuka hati dan dia tidak ingin menanggapi.

“Selamat untuk rencana pernikahan kalian,” ucap Yuri sambil menghentikan taksi. “Semoga pernikahan kalian tidak

gagal,” sambungnya seraya masuk ke dalam taksi dan segera meminta sopir untuk menjalankan mobil.

“Kau!!” teriak Satomi penuh amarah.

Orang-orang yang lalu-lalang pun spontan melihat ke arah Satomi dengan tatapan aneh. Hal itu tentu membuat Yuki merasa sangat malu. Laki-laki itu kemudian menarik tangan Satomi dengan kasar, meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak ingin menjadi bahan tontonan di tempat umum.

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

baru tahu klo di jepang sekolah tk sampai sore????

2023-01-23

2

Alya Yuni

Alya Yuni

Lalu sebutan ap buat si Satomi

2021-12-21

0

Cika🎀

Cika🎀

tak bosan bosan kau menggangguku😑

2021-11-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!