Usai makan malam, Pricil membantu sang bibi membereskan meja makan. Hanya mengumpulkan piring kotor saja sih, karena bibinya melarang ia mencuci piring ketika malam. Biar bibinya saja besok pagi.
Paman dan bibi sedang menonton acara komedi di salah Satu stasiun Tv, sebentar-sebentar tertawa karena lucu. Sementara Pricil sedang membaca materi pelajaran untuk besok pagi di ruang depan.
Dari pintu depan, Chandra datang lalu masuk kedalam. Ia melihat Pricil yang sedang fokus pada bukunya hanya melirik sekilas.
"Hey," sapa Chandra sambil mendudukkan bokongnya di kursi dekat Pricil yang duduk melantai dengan buku di meja.
"Hmm, paman mau kemana?" tanya Pricil sambil menatap sekilas dan kembali pada bukunya.
"Mau main bola, kamu lagi baca apa?" tanya Chandra sambil menatap lembaran yang sedang dibaca keponakannya itu.
"Ini tentang Ilmu Pengetahuan Alam," jawabnya tanpa mengalihkan tatapan.
"Uuhh!! seriusnya yang sedang belajar." Chandra dengan gemas mengacak rambut Pricil yang halus dan lembut itu di bagian ubun-ubunnya.
"Iihh! kusut lah rambut ku ini paman!!" protes Pricil seraya kembali merapikan rambutnya.
Chandra hanya terkekeh karena berhasil mengusili keponakannya yang cantik ini.
"Udah sana, pergi aja main bola. Ganggu orang aja." Usir Pricil pada pamannya.
'Hemm, ternyata jutek sekali keponakanku ini' ungkap Chandra dalam hatinya.
"Eh, ngusir nih ceritanya?" berbicara sambil mendekatkan wajah ke sisi wajah Pricil. Dan yang di usili itu langsung memelototinya.
"Iihh, udah sana!! jan ngerusuh!!" geram Pricil sambil mendorong bahu sang paman.
"Sabar dong, kan aku lagi nunggu temen jemput kesini" ucap Chandra dengan senyum tertampannya serta menaik turunkan alisnya.
Pricil hanya menhembuskan nafas kasar melihat tingkah pamannya ini yang seperti anak ABG seumuran dirinya.
Paman Arya dan bibinya sesekali melirik kearah adik dan keponakannya itu yang terlihat sedang bergurau. Tak lama kemudian terdengar suara motor berhenti dihalaman depan rumah mereka, Chandra segera bangkit dari duduknya dan keluar untuk melihat siapa gerangan.
"Eh Ndi, langsung berangkat kita." Ucap Chandra saat mengetahui yang datang adalah temannya.
"Yuk lah," Andi berkata dengan masih stay di motornya. Chandra mengambil tasnya yang ia letakkan di kursi teras. Kemudian ia masuk sebentar kedalam, untuk berpamitan pada orang yang ada didalam.
"Kak, aku pergi dulu." Ucapnya pada kakaknya dan kemudian menghampiri Pricil.
"Bye Sil, jangan banyak-banyak belajarnya nanti penuh kepalanya!" ucapnya dengan kembali mengacak ramput keponakanannya itu. Setelahnya ia segera berangkat.
Pricil kembali merapikan rambutnya dan beranjak ke dalam kamarnya. Merapikan bukunya dan menyusun buku yang di pelajari esok pagi kedalam tasnya. Setelahnya Pricil merebahkan tubuhnya.
**
"Mana si Pricil Yan," tanya bu Yana yang baru bergabung dengan anak dan mantunya menonton Tv.
"Ada bu, baru saja masuk kedalam kamarnya" jawab Cahyani.
"Cepet tidurnya, padahal belum jam Sembilan," ucap bu Yani.
"Tadi habis belajar bu, dan baru masuk ke kamarnya," Arya menimpali.
Bu Yana beranjak dan melihat kedalam kamar Pricil yang tak tertutup rapat. Di longok sebentar, kemudian ditutup rapat.
"Anak gadis, tidur pintu kamar nggak di kunci!" ucap bu Yana dengan merapatkan pintu tersebut. Setelahnya ia menuju arah keluar.
"Mau kemana bu," tanya Cahyani.
"Pulanglah, mau nonton di rumah." Jawabnya singkat dan balik ke rumahnya sendiri.
Pricil yang hanya pura-pura tidur karena mendengar suara sang nenek, lalu ia duduk bersila di kasurnya.
'Ternyata nenek Yana cerewet ya. hmm, aku mau ngapain lagi. Bosen juga cuman didalam kamar. Hape nggak ada, mau nonton nggak enak' ucap Pricil dalam hatinya. Dan akhirnya Pricil mencari cari sesuatu di tumpukan buku-bukunya. Ia mengambil sebuah novel yang memang ia bawa dari rumahnya. Kemudian membaca novel untuk menghilangkan rasa bosannya.
…
Lapangan Dua
Saat sudah selesai bermain Bola, tubuh yang penuh keringat itu dibiarkan begitu saja, namun malah menambah kesan gantengnya.
Chandra dan Andi mendudukkan bokongnya di kursi yang tersedia di tempatnya bermain bola. Chandra meraih tasnya yang tergeletak dan mengambil sebotol minuman dari dalam tas, kemudian diteguknya hingga tandas.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Andi. Setelah berganti dengan pakaian yang bersih, Chandra dan Andi menuju motornya yang terparkir ditempat khusus, "langsung pulang kita Chand?" tanya Andi sambil meraih stop kontak dan memundurkan motornya untuk mempermudah keluar dari parkiran.
"Ngebakso dulu lah kita Ndi, di tempat buk Mumun," ajak Chandra sambil naik ke boncengan usai Andi mengeluarkan motornya.
"Oke," Andi melajukan motornya ke warung Bakso buk Mumun, walau sudah jam Sepuluh malam masih terlihat ramai oleh pembeli.
Andi dan Chandra memesan Dua porsi Bakso dan es teh manis.
"Buk, seperti biasa ya!" pesannya pada buk Mumun, "siap mas di tunggu sebentar" jawab buk Mumun sembari menyiapkan pesanan.
Nunggu sekitar Sepuluh menit, karena memang sedang ramai. Pesanan mereka diantarkan oleh anak buk Mumun yang cantik dan bahenol.
"Ini pesenannya mas, silahkan dinikmati" ucap Sarah sambil tersenyum manis sekali kearah Chandra dan Andi. Chandra biasa saja sikapnya dan hanya menanggapi dengan senyum tipis, lesung pipinya saja tak terlihat sangking titisnya mengulas senyum. Berbeda dengan Andi yang memang tertarik pada Sarah.
"Terimakasih dek Sarah, coba aja lagi nggak rame. Mas pengen makan ditemani oleh Bidadari didepan mas ini," goda Andi.
"Mas ini, bisa aja. Aku ini dilihat dari mana aja nggak ada mirip-miripnya sama bidadari mas," jawab Sarah yang tersipu malu.
"Beneran loh dek, nanti mas akan lamar dek Sarah kalau sudah selesai bangun rumah." Jawab Andi dan mulai menyuap Baksonya ke mulut.
"Sudah dulu ya mas, saya permisi mau bantu ibuk lagi." Sarah buru-buru pergi dari hadapan Dua pria tampan itu.
Sarah memang menyimpan rasa pada Andi semenjak mereka pertama kali bertemu. Pertemuannya di warung Baksonya sendiri, ditambah Andi suka sekali menggoda sarah ketika warung tidak ramai.
Buk Mumun yang mengetahuinya tidak merasa khawatir, karena memang pemuda yang sering menggoda anak gadisnya itu orang yang baik.
Selesai makan Bakso, Chandra dan Andi kembali pulang kerumah. Andi mengantarkan Chandra terlebih dahulu karena memang Chandra menebeng padanya.
"Makasi Ndi," ucap Chandra dan turun dari boncengan padahal motor belum benar-benar berhenti, hanya sudah melambat.
"Oke, siip!" Andi berlalu dan Chandra memasuki area rumahnya. Setelah mengetuk pintu dan dibukakan oleh ibunya, Chandra langsung menuju kamar mandi.
Usai mandi, Chandra duduk bersila di kasurnya. Ia teringat dengan keponakannya lagi. Tapi, setelah ia melihat jam dinding. Sudah jam setengah Dua belas.
Chandra merebahkan diri mencoba untuk tidur, namun matanya tak mau diajak untuk tidur. Ia mengubah posisi ke kiri dan kanan. Tapi, tetap saja rasa kantuknya tak mau datang. Hingga pukul setengah Satu dini hari.
Chandra keluar dari dalam kamarnya, suasana sangat sepi. Orang tuanya sudah tertidur nyenyak, ia berjalan mengendap-endap dan membuka pintu keluar pelan-pelan, agar tak menimbulkan suara.
Ia amati rumah kakaknya yang di dalamnya sudah temaram lampunya, lalu berjalan kearah sana. Chandra menuju jendela kamar Pricil dan lampunya masih menyala. Kamar tersebut tak memakai Gordyn, karena jendela kayu yang posisinya lumayan tinggi. Chandra mengambil batang kayu persegi yang ada dibawah batang ubi kayu samping kamar Pricil.
Chandra mengarahkan matanya kedalam kamar, terlihat Pricil tidur dengan celana pendek yang mengekspos pahaa mulusnya serta tanktop Putih yang memperlihatkan belahan da da nya.
Chandra menelan ludah dengan susah payah karena menyaksikan pemandangan yang sungguh menggugah selera. Kembali ia mengintip dan Pricil tidur mengubah posisi menjadi telentang.
'Aduuh, Aku udah nggak tahann!!' ucap Chandra dalam hati dan tangannya meraba sesuatu disana terasa sesak. Ia kembali menaruh kayu balok persegi itu kembali ketempat semula, dan ia kembali ke rumahnya dengan mengendap endap seperti semula.
Saat sudah berhasil membuka pintu rumahnya, "dari mana kamu?" ucap bu Yana secara tiba-tiba. Dan Chandra sangat terkejut melihat ibunya sudah berdiri didekat kulkas memperhatikan dirinya. Dengan cepat ia mengubah ekapresi wajahnya yang tegang menjadi santai, sambil mengibas kibaskan tangannya.
"Panas banget bu, aku habis cari angin didepan" kilah Chandra sambil menormalkan irama Jantungnya.
"Bukankah Kipas anginmu menyala di kamar?" selidik bu Yana. Chandra sedikit gelagapan.
"Ah, ee i itu tadi macet bu, kan kipas anginku sering macet" Chandra mencari alasan.
"Oh iya ya, hmm. Ya sudah sana tidur!" perintah bu Yana pada anaknya dan ia kembali lagi ke kamar sambil membawa botol minum.
'Ahh, selamet, selamet, untung selamet' Chandra sambil mengelus da da nya setelah mengunci pintu kamarnya.
Dasar ya, paman kok berani beraninya mengintip keponakannya. Nggak malu sama setatusmu ya Chan. Hahaha.
Hilang sudah rasa yang ditahannya sejak tadi, dan sekarang Chandra mencoba untuk tidur.
'Assh, masih kepikiran terus!'
Chandra mengambil gawaynya dan membuka aplikasi ngajinya. Scrol-scrol sebentar dan mulai terangsang kembali sambil membayangkan wajah Pricil dan akhirnya
'Aaahhhh....' tuntas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Duwi Hariani
keren lanjut #FN
2022-03-05
0
Leli Leli
parah lu Chan pake acara ngintip syukurin adik bungsu lu jadi ikutan ngintip 😆
2021-12-05
2
Anak Rantau
ingat umuur yah chan wkkwkw
2021-12-03
2