Chandra
Sore itu, aku melihat rumah kak Cahyani ramai. Aku memperhatikan tamu tersebut dengan saksama, ternyata itu kakak sepupu ku yang dari desa datang berkunjung. Tapi kenapa membawa barang berupa tas berukuran besar. Dan aku melihat seorang gadis bersamanya. Wajahnya seperti tidak asing menurutku. Ternyata itu Pricilia, gadis yang kulihat dulu tinggal bersama uwak ku. Ternyata ia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Apa yang mereka bawa itu, aku tak bisa menerka nerka. Setelah mereka pamit, ternyata keponakan ku itu tak ikut pulang. Aku mengulas senyum tipis mengetahui bahwa Pricilia akan tinggal disini saat ku tanya pada kakak iparku.
"Itu kan Sisil kak," tanyaku pada kak Arya.
"Ia, mau tinggal disini biar kesekolahnya dekat."
"Ohh," aku tersenyum saat mengetahui gadis itu akan tinggal disini. Aku jadi merasa senang. Entah karena apa, aku merasa senang. Yang jelas aku dapat teman baru.
Ku lihat ia sedang merapikan tempat tidur. "Hei, sudah rapi kamarnya," sapaku dengan lembut. Ia pun menoleh dan menyebutkan namaku. "Paman Chandra," tanya nya memastikan. Aku mengangguk seraya tersenyum, ia keluar dari kamar menuju ruang tamu. Aku mengekorinya dan kemudian duduk bersebelahan dengannya.
Kami pun mengobrol sejenak, "udah besar ya Sisil sekarang, udah kelas berapa sekarang?" tanyaku. ia pun menjawab seperti rada rada malu. "Kelas XI mau naik kelas XII paman" jawabnya pelan, namun masih terdengar dengan jelas.
"Oh.... Udah makan belum tadi, kok lemes jawabnya," ucap ku sambil sedikit menggoda.
"Udah kok." Jawabnya dengan singkat, saat kakak ipar ku datang dan bergabung bersama kami, Sisil merasa tidak nyaman dan ia berkata sudah mengantuk. Aku mengerti kenapa ia segera kembali ke kamar. Pasti belum nyaman tinggal ditempat baru walaupun itu bersama orang yang masih ada hubungan persaudaraan.
Mungkin jika aku di posisinya akan melakukan hal yang sama. lagi pula besok ia harus Sekolah. Kami pun mengobrol sebentar.
"Jadi, besok setelah kakak pulang dari Pasar harus nganter Sisil ke Sekolah dong," ucapku memastikan.
"Ia lah, kakak tidak mungkin membiarkan ia berangkat sendiri. Sementara ia baru di sini, sekalian biar dia beradaptasi sama lingkungan sekitar" terang kak Arya.
"Ia kak, bener."
Aku pun kembali ke rumah saat usai berbincang bincang dengan kakak ipar. Rumah kami ini bersebelahan, jadi tinggal melangkah sekitar Sepuluh langkah udah sampai di rumahku. Eh, rumah orang tuaku maksudnya.
…
Keesokan harinya, setelah aku melihat kakak iparku mengantarkan Sisil berangkat ke Sekolahnya, aku baru melangkahkan kaki untuk pergi ke Sekolah.
Setelah jam pelajaran usai, anak-anak berhamburan keluar untuk beristirahat. Aku pun keluar menuju ruang guru sambil membawa buku materi dan di letakkan di atas meja kerja ku.
Aku pergi ke Kantin dan memesan Nasi Kuning beserta Es teh hangat. Setelah pesananku tersaji di hadapanku, aku mulai menikmati suapan demi suapan kedalam mulutku. Tiba-tiba aku teringat tentang kejadian pagi tadi.
Flash back on
Seperti biasa, aku baru selesai berolahraga keliling memutari rumah yang tak terlalu luas ini. Aku tak sengaja memandang ke arah pintu belakang rumah kakakku, aku melihat Sisil sedang menjemur benda segitiga bermuda warna Ungu di jemuran belakang rumah kakak.
Rambutnya yang basah menetes membasahi handuk yang dililitkan di tubuhnya, aku memperhatikan lekuk tubuhnya yang..., tak terlalu menul-menul. Tapi, cukup membangkitkan hawa panas dalam tubuhku. Karena jemuran itu berada di sekitaran pohon Jambu dan pohon Jeruk, jadi ia tak menyadari bahwa ada yang memperhatikannya.
Saat ia kembali masuk ke dalam rumah, aku pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan setelahnya bersiap siap berangkat tugas.
Flash back off
"Woii!!... ngelamun aja kamu, nasi mu itu udah kosong di piring. Coba di lihat baik-baik." Seseorang datang membuyarkan lamunanku.
"Eh, kamu Sat. Ngerusak lamunanku saja." Aku menatap temanku itu yang telah duduk menghadap kearahku. Lalu aku menyeruput teh yang masih penuh itu.
"Buk, kok es tehnya nggak hangat lagi." Protesku pada buk Mimi penjaga kantin.
"Gimana mau hangat mas, kan udah di kasih es batu." Cibir buk Mimi yang sedang mengelap meja.
"Hehehe, iya ya buk. Bukannya Aku tadi pesan yang dingin."
"Ibuk udah buatkan teh hangat tadi. Karena mas Chan minta es, ya ibuk cemplungin batu dingin yang berair ke gelasnya," terang buk Mimi.
"Eh, Chan! seriusan deh. Kamu itu, tadi sedang membayangkan apa?" tanya Satria guru olahraga di Sekolah ini. Karena matanya melihat dengan jelas, bahwa Chandra meramas-ramas batang sendok yang sedang digunakan untuk menyuap makanannya yang telah tandas.
"Kepo!!" jawabku sambil memajukan wajah ke dekat wajahnya. Dan aku segera berdiri membayar makanan tadi.
Satria yang tak terima aku tinggalkan ketika sedang penasaran, segera menyusul langkahku menuju ruangan.
"Huh dasar. Jomblo ngenez!!" ucapnya tepat di telingaku. Segera aku menggosok daun telinga yang terasa pengang karena Satria berbicara dengan suara yang keras mengejek.
Buk Mimi yang setiap harinya melihat tingkah kami hanya geleng-geleng.
"Kamu itu suara udah mirip Toak Masjid malah sengaja di kerasin." Sindirku, sambil duduk di kursi saat tiba di ruang guru.
Satria pun duduk di meja kerjanya. "Pasti kamu ngelamunin cewek lagi. Makanya buruan kawin, biar ada lawan main." Ejeknya dengan senyum mencemo'oh.
"Halah, nggak usah sok menasehati kamu. Coba ngaca sana!" ucapku tak mau kalah.
"Eh, kebetulan dong. Saya sudah tidak menduda lagi," jawab Satria dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Serius kamu!" tanyaku dengan menatapnya heran.
"Serius dong mamen.."
"Syukurlah kalau begitu. Di tunggu undangannya!" sanggahku.
Tettt
Tettt
Bel tanda istirahat usai telah berbunyi. Para siswa kembali memasuki ruang kelas masing masing. Chandra kembali mengajar murid-muridnya dengan sabar dan telaten memberi penjelasan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para murid di kelas itu.
Hingga tak terasa waktu sudah siang, bel tanda jam belajar selesai pun telah menggema. Para siswa dan siswi berhamburan keluar dari kelas masing-masing dengan riang. Karena mereka akhirnya bisa pulang ke rumah masing-masing sambil membawa bekal PR.
Author
Chandra berjalan memasuki rumahnya, lalu berganti pakaian dengan pakaian santai. Usai makan siang, ia duduk-duduk didepan teras rumahnya sambil memainkan ponselnya.
Terlihat di pinggir jalan Pricilia turun dari motor tukang ojek yang mengantarnya menerima uang ongkos yang diberikan Pricilia. Lalu gadis itu masuk ke dalam rumah.
Usai berganti pakaian, Pricilia keluar dari kamar dan paman Arya menawarkannya untuk makan siang.
"Sisil, makan siang dulu gih, paman sama bibi tadi sudah." Perintah Arya padanya.
"Iya paman, aku ke belakang dulu." Jawab Pricil dengan malu-malu.
Pricilia membuka Tudung saji dan meletakkannya di gantungan khusus yang telah tersedia. Lalu menyedok nasi serta lauk sambal Udang campur Pete. Dengan lalapan kerupuk yang menambah kenikmatan makannya.
Saat hampir habis isi piringnya, Arya muncul di dekatnya. "Nambah Sil, jangan malu-malu. Enak nggak masakan bibi?" ucap Arya sambil melirik piring serta lauk di hadapan Pricil.
"Udah kenyang paman, enak banget masakannya bibi" ucap Pricil tanpa ragu.
"Kalau mau bikin teh atau minuman bikin aja ya, nggak usah malu-malu" sebut Arya sambil berlalu dari dapur.
Pricilia hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Setelahnya ia mencuci piring bekas makannya dan merapikan kembali isi Tudung saji tersebut.
Setelah berada dalam kamar, Pricilia mulai membuka buku PR nya dan mulai mengerjakan beberapa tugas dari sekolahnya tadi dengan serius.
Usai menyelesaikan tugas sekolah, Pricilia merebahkan tubuhnya untuk tidur siang.
Arya dan Cahyani pergi karena ada urusan, saat di lihatnya keponakan mereka telah tertidur dengan buku yang terbuka masih tergeletak di kasurnya. Arya hanya menutup pintu, tak jadi untuk berpamitan. Sang bibi menghampiri Chandra yang sedang bersantai.
"Chan, kakak mau pergi sebentar ada urusan, titip Pricil ya. Dia sedang tidur" ucap Cahyani pada adiknya.
"Kakak, sama kak Arya perginya," tanya Chandra.
"Ia, nggak lama. Paling sore sudah pulang." Jawab Cahyani seraya meninggalkan rumah.
Setelah kakaknya pergi, Chandra mengecek rumah kakaknya itu yang tidak di kunci. Ia masuk dan menutup kembali pintu tersebut, ia menuju ruang depan dekat ruang tamu. Ia lihat pintu kamar Pricil tertutup dengan rapat. Lalu ia menempelkan telinganya ke papan pintu. Tak terdengar suara apa apa.
Lalu ia kembali keluar dan merapatkan pintu rumah kakaknya itu. Kemudian ia masuk kerumahnya dan mendapati sang ibu sedang menonton sinetron azab.
Chandra bergabung dengan ibunya untuk menonton. Di raihnya kaleng biscuit yang isinya rengginang itu dan mengunyahnya. Dilihatnya ibu nya meraba-raba meja yang tadi ada kaleng di sana, tapi matanya awas ke layar lebar di depannya.
Chandra yang melihat itu, langsung meletakkan kaleng tersebut di posisi semula. Dan kemudian di raih sang ibu. Mereka akhirnya fokus dengan adegan yang sedang menayangkan bahwa pemeran wanita itu berteriak 'panas.., panas.., tolong aku toloongg!'
"Syukurin kamu, rasain tuh azab" celetuk Yana ibu nya Chandra dan juga Cahyani.
Chandra hanya geleng-geleng kepala melihat ibunya yang sangat baper jika menonton tayangan tersebut. Padahal itu hanya sinetron, tapi memang sudah biasa kalau para emak-emak menonton tayangan seperti itu. Pasti baper dan kadang-kadang sampai melempar Televisinya dengan cemilan yang menemaninya menonton.
Serta lagu yang menjadi Soundtrack tayangan tersebut selalu terngiyang-ngiyang di kepala. Bahkan Chandra sampai hafal dengan lirik lagu tersebut.
Usai menonton, Chandra pergi ke kamarnya merebahkan tubuh dan membuka kembali gaway nya. Ia mengirim pesan pada Andi untuk menanyakan jadwal main footsal nanti malam.
'Ndi, nanti malam latihan di mana?' send Andi.
'Di lapangan Dua' balasan dari Andi langsung di baca.
Setelah itu, ia menyimpan gawaynya ke Nakas. Sejenak ia memejamkan mata. Ternyata jadi terlelap, yang niatnya cuma mau merem doang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Untaian Fiksi(Hiatus)
bunga dulu buat penyemangat 🌹🌹😘😘
2022-03-19
1
Duwi Hariani
👍👍
2022-03-05
1
Nonny
wahh otaknya ngeres itu ya ka,cuma lihat jemuran segitiga gkgkgkgk
2021-12-19
1