bab 4

Anak itu mengambil barang yang di berikan Indah, tak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Indah dan anak itu kini bergegas pulang ke kontrakannya yang tak jauh dari rumah kontrakan Indah.

>>>> Di kediaman Ardi Prnata

"Apa katamu dia wanita m..r..h..n,!?" Ardi Prnata melayangkan sebuah tamparan pada wajah putranya. Ini pertama kalinya ia memainkan tangannya kepada sang anak.

"Tutup mulutmu, jangan sampai aku mendengar kamu mengatakannya kembali!" bentak Ardi Prnata pada Radit, sebab Radit terus mengatakan jika calon menantu pilihan Papanya itu wanita m..r..h..n.

"Itu memang benar, Pah! Aku sudah menyuruh orang untuk mengawasinya dan aku mempunyai buktinya," dalih Radit terus mencoba meyakinkan Papanya.

"Diam! aku tidak ingin mendengar ucapanmu dan aku tidak ingin mendengar alasan apapun darimu!" hardik Ardi Prnata sebab putranya itu terus gigih pada keyakinannya..

"Pah! jangan emosi gitu, nanti tekanan darah Papa naik," sela Airin. Ia begitu khawatir pada kondisi kesehatan suaminya. Ia terus meningatkan sang suami untuk bisa mengontrol emosinya dengan baik.

Sejenak ruangan itu sunyi, tidak ada yang berani berkata-kata. Melihat emosi sang suami kini sudah mereda, perlahan-lahan Airin pun angkat bicara.

"Mama sebenarnya juga sering mendengar rumor soal Indah. Teman-teman arisan Mama sering membicarakan hal-hal buruk tentang anak itu. Tapi Mama tidak meresponnya meski sebenarnya Mama sendiri juga risi dengan rumor tersebut" ucapnya lirih.

"Itu, hanya rumor, Mah! Jangan dengarkan rumor tak berguna itu. Kita kenal keluarganya dari keluarga baik-baik, pokoknya keputusan Papa sudah bulat Radit harus menikahinya. Jika Radit tidak ingin menikahinya jangan menganggap Papa sebagai Papanya. Ingat, keluarga kita berhutang satu nyawah dengan putrinya itu." Ardi Prnata kembali menegaskan keputusannya.

"Itu bukan rumor, Pah, aku punya buktinya." Radit lalu mengeluarkan beberapa foto dalam dompetnya dan memberikan foto tersebut kepada Papanya.

Ardi Prnata meraih foto yang di berikan oleh Radit. Ia lalu melihat foto-foto tersebut dengan saksama. Emosi Ardi Prnata yang tadi mereda kini kembali meluap saat melihat foto-foto Indah yang sedang berada di sebuah klub. Terlihat jelas di berbagai lembar foto Indah duduk bersama dengan laki-laki yang berbeda. Rasa percaya yang tadi ia teguhkan perlahan-lahan tergantikan dengan keraguan yang mulai tersemat di benaknya.

"Apakah rumor itu benar, tapi mana mungkin Adnan membiarkan putrinya tumbuh seperti itu, selama ini dia tidak pernah kekurangan apa pun dan dia pun dari keluarga baik-baik." batinnya yang sudah di liputi ke bimbangan.

Ardi Prnata kini mengerutkan dahinya, ia mencoba memikirkan semuanya dengan kepala dingin. "Aku akan meminta penjelasan kepada keluarga Adnan tentang hal ini," ucapnya sambil memijit alis.

"Pah, kita tidak boleh menilai orang dari luarnya saja. Mungkin, saja Adnan tahu kelakuan putrinya seperti itu, karna yang Mama dengar dia sangat memanjakan putrinya itu,” ujar Airin yang juga tengah melihat foto-foto Indah.

Suasana kembali sunyi tidak terdengar sepatah kata pun, masing-masing larut dalam pemikiran mereka sendiri. Tak lama kesunyian terpecah karna asisten Radit datang untuk melaporkan sesuatu pada atasannya.

"Tuan, sepertinya Nona Indah sudah di kirim ke kota F, untuk melanjutkan kuliahnya," ucap Pak Lim memberi tahu Radit.

"Benarkah, kapan dia pergi?" tanya Ardi Prnata pada asisten anaknya itu dengan raut wajah muram.

"Ke_marin, tu_an," jawab asisten radit gugup.

"Apa aku datang di waktu yang tidak tepat mengapa wajah Tuan Besar sepertinya sangat mendominasi," batin Pak Lim tertekan.

"Mungkin Dia ingin mengirim anaknya pergi agar keburukan anaknya bisa di sembunyikan dengan baik," sinis Radit mencoba menebak-nebak alasan Indah di kirim ke kota F.

Ardi Prnata menghela nafas panjang. "Tidak, mungkin!" bantah Ardi Prnata masih ragu.

"Jika tidak, mengapa mengirim anaknya kuliah di kota kecil itu, fakultas di kota inikan jauh lebih terkenal dari pada di kota F," tambah Radit mencoba membuka pemikiran Papanya.

"Benar juga," pikir Ardi Prnata sejenak.

Ardi Prnata perlahan-lahan mulai percaya ucapan Radit karna memang apa yang di ucapkan oleh putranya masuk di akal pemikirannya. Meski, masih di seliputi keraguan ia juga tidak boleh terus membela Indah setelah melihat fofo-foto kelakuan Indah secara langsung. Di tambah lagi Adnan mengirim anaknya kuliah di kota F di waktu yang hampir bersamaan, sangat jelas terlihat ke ganjilannya.

Saat ini Ardi Prnata sudah tidak bisa berfikir tenang. Rasa tidak percaya, emosi, bimbang dan kecewa sudah bercampur jadi satu.

"Ayo, temui keluarga Adnan, aku ingin janji sepuluh tahun yang lalu dia batalkan dan aku akan menarik segala bentuk kerja sama dengan perusahaannya."

Keluarga Ardi Prnata pun bergegas menuju kediaman Adnan. Tiba di sana mereka langsung masuk dan di sambut hangat oleh keluarga Adnan. Namun, raut wajah marah dan kecewa dari Ardi Prnata benar-benar tidak bisa di sembunyikan.

Adnan dan Anitha mempersilahkan keluarga Ardi Prnata untuk duduk di kursi tamu. Setelah keluarga Ardi Prnata duduk. Adnan pun menayakan maksud kedatangan mereka yang secara mendadak itu.

"Ada keperluan apa malam-malam ke sini? mengapa tidak menelpon terlebih dahulu, biar kami bisa menyambut dengan lebih baik," ucap Adnan seramah mungkin.

"Aku tidak perlu sambutan, aku ke sini ingin anda membatalkan janji yang kita buat sepuluh tahun yang lalu. Aku selaku Direktur ICD Group menarik segala bentuk kerja sama dengan Desainer Coleksi perusahaanmu."

"Kalau, Anda tidak ingin bekerja sama dengan perusahaan kami, tidak mengapa. Akan tetapi kenapa janji pernikahan yang sudah terjalin sepuluh tahun yang lalu itu, ingin dibatalkan? Bukankah janji pernikahan tersebut dilaksanakan setelah Indah selesai kuliah, masih ada satu tahun lagi untuk Indah menyelesaikan kuliahnya tapi mengapa tiba-tiba ingin dibatalkan? Apa alasannya!?" tanya Adnan ingin mendapat penjelasan.

"Ini, alasannya," Ardi prnata melemparkan foto-foto Indah di atas meja.

Adnan pun terkejut melihat foto-foto tersebut bahkan ia sendiri sedikit tidak percaya dengan foto yang dilihatnya itu. Namun, walau begitu ia tetap percaya pada putrinya, bahwa Indah bisa menjaga diri dan kehormatannya meski sering keluyuran.

"Begini, mungkin ini ada kesalah pahaman aku kenal putriku, walau pun, Indah sering ke klub tapi Indah akan tetap menjaga dirinya dengan baik." Adnan mencoba membela Indah.

"Menjaga diri apanya? Jika sudah m..bok mana mungkin dia bisa berfikir jernih, bahkan Anda sendiri tidak akan bisa menghitung, sudah berapa banyak pria lain y.....g t..d..r dengannya," ucap Ardi Prnata semakin merendahkan Indah.

"Cukup?!" teriak Anitha. "Saya tidak keberatan jika janji pernikahan itu dibatalkan. Akan tetapi saya mohon jangan menghina putri saya lagi. Saya yang membesarkannya saya tahu luar dalam dari dirinya dan saya tidak akan membiarkan orang lain menghina putri saya di depan saya sendiri," tambah Anitha dengan penuh penekanan.

"Mah, tenanglah, Mah," Adnan mencoba menenangkan sang istri.

Namun Anitha yang sudah tidak bisa mengontrol perasaannya. Ia melanjutkan kembali ucapannya tanpa memperdulikan kata sang suami. "Bapak Ardi Prnata, yang terhormat. Jika janji pernikahan itu dibatalkan, bahkan jika di dunia ini tidak ada yang ingin menikahinya, tak mengapa! Aku rela anakku menjadi perawan tua. Akan tetapi jangan menghina dirinya seperti itu."

"Mah, Mama tenang dulu!" Adnan kembali menenangkan sang istri. Namun, Anitha tidak bisa mengendalikan emosinya lagi.

"Bapak boleh menilainya, Bapak boleh membencinya, bahkan, semua orang boleh menjauhinya, tapi di dunia ini. Tidak akan pernah ada seorang Ibu yang rela anaknya dihina, apa lagi depan matanya sendiri. Seburuk apa pun Indah, iya tetap anakku," ucap Anitha, terdengar serak karna ia berusaha menahan kepedihan yang menusuk ke dalam hatinya.

"Mohon maaf, sebaiknya Bapak Ardi dan keluarga kembali saja. Kondisi Istri saya masih shock, apa lagi kami baru saja berpisah dengan putri kami dan untuk menyelesaikan hal ini, memang baiknya janji pernikahan itu di akhiri sampai di sini. Saya meminta maaf atas kelakuan putri saya, Ini sepenuhnya bukan salah Indah ini kesalahan saya sebagai orang tua yang belum bisa mendidik Indah jadi anak yang lebih baik lagi, dan untuk nak, Radit! " Adnan menghentikan ucapannya.

Adnan berdiri dan melangkah mendekati Radit yang duduk di samping mamanya, ia lalu menepuk-nepuk pundak Radit seraya melanjutkan kembali ucapannya yang tadi terhenti. "Perlu nak Radit ketahui, sejak om mengenal nak Radit ....

(Hay para pembaca yang penulis hormati kira-kira apa lanjutan ucapan Adnan untuk Radit, yuuk tetap nantikan bab selanjutnya. Nah, penulis ingatkan kembali, yah, cerita ini hanya imajinasi penulis mohon bijak dalam membaca.)

Terpopuler

Comments

Annisa Nurshabrina

Annisa Nurshabrina

yg sabar ya Mama Anitha..
orang memang kadang selalu melihat dari luarnya saja..

2022-01-20

1

Sarianti

Sarianti

hadir membawakan like dan komen untukmu

2021-12-31

0

Sarianti

Sarianti

hadir membawa like dan komen

2021-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!