bab 3

Ke duanya kini mencium putri kesayangannya itu. Di iringin dengan lambaian tangan Indah berjalan perlahan-perlahan menaiki pesawat yang akan membawanya ke Kota F.

Pesawat yang di tumpangi Indah kini lepas landas menujuh Kota F. Pesawat itu membutuhkan waktu kurang lebih empat jam agar bisa sampai di Kota tersebut. Kota F terkenal dengan penduduknya yang ramah, serta di juluki Kota alam karna Kota itu masih kental dengan keindahan alam yang alami. Tak heran jika orang yang datang ke Kota itu akan takjub dengan segala keindahan alam yang masih sangat terjaga.

Selain keindahan alam yang sangat terjaga, Kota F juga terkenal dengan ke unikan makanannya. Bahkan, sampai saat ini Kota F paling banyak di kunjungi Prawisata. Baik untuk berburu kuliner khas di Kota itu atau hanya sekedar untuk berlibur sambil menikmati berbagai tempat wisata yang akan memanjakan mata pengunjung.

Indah yang tengah tertidur di kursi penumpang, membuka matanya karna mendengar panggilan dari salah seorang Pramugari yang sedari tadi mencoba membangunkannya.

"Maaf, Nona! Kita hampir sampai silahkan menggunakan sabut pengaman Anda kembali demi keamanan dan kenyamanan. Beberapa menit lagi pesawat akan mendarat," ucap Pramugari tersebut mengingatkan Indah jika pesawat akan segera mendarat.

"Baiklah." Indah kini memasang sabut pengamannya kembali.

"Terima kasih, Nona!" Pramugari itu tersenyum ramah kemudian berlalu meninggalkan Indah.

>>>> area Bandara Kota F.

Seorang pria paruh baya tengah gelisah. Sudah beberapa kali ia mondar-mandir sambil sesekali menatap ke arah pintu luar Bandara. Pria tersebut sepertinya tengah menunggu seseorang, tak lama ia melambaikan tanganya setelah melihat seorang wanita berjalan santai, keluar dari area bandara dengan mendorong sebuah koper warna hitam.

"Nona, Indah!" panggil pria tersebut. Ia lalu berjalan menghampiri Indah.

Indah menoleh pada sumber suara yang tengah memanggilnya namanya. "Pak Wan, kok, Bapak ada di sini?" tanya Indah sedikit heran setelah melihat orang yang memanggilnya.

"Sementara saya ditugaskan di sini untuk mengurus keperluan Nona. Saya akan kembali ke Kota L jika segala keperluan Nona sudah selesai," jelas Pak Wan.

"Emm, iya yah, aku lupa. Mama juga sudah kasih tahu aku soal ini." Indah cengar-cengir.

Pak Wan hanya menggelengkan kepalanya melihat Indah cengar-cengir. "Sekarang mari ke kontrakan, lalu setelah itu. Saya akan mengantar Nona melihat Kampus dan mengenalkan lingkungan sekitar agar kelak Nona bisa mengingat daerah ini dengan baik," jelas Pak Wan.

"Antar ke kontrakan saja, Pak! kalau ke Kampus Indah bisa sendiri dan masalah lingkungan sekitar Bapak tidak perlu cemas IQ Indah memang tidak tinggi tapi jika mengingat daerah sekitar Indah ahlinya."

"Baiklah, Non." Pak wan mengerti.

Pak wan mengambil koper Indah dan memasukkan koper tersebut ke dalam bagasi mobil. Setelah selesai ia membuka pintu mobil dan mempersilahkan Indah masuk ke dalam mobil. Kini mobil itu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan area bandara.

Di dalam perjalanan Indah mengambil telponnya dan mencoba menghubungi Mamanya. "Halo, Mah," ucap Indah saat sambungan telpon sudah terjawab.

"Halo, sayang, apa kamu sudah sampai?"

"Udah, mah. Ini lagi sama pak Wan!"

"Syukurlah jika sudah sampai. Gimana kontrakan yang mama pilihkan? Apa sudah sesuai keinginan Indah atau kamu ingin cari kontrakan lain?" tanya Anitha menyelidik.

"Aku belum melihat kontrakannya, Mah. Aku masih dalam perjalanan menuju ke kontrakan," jawab Indah sedikit menjelaskan.

"Yah, udah. Nanti jika tidak cocok kamu telpon Mama, yah. Mama akan carikan kontrakan yang lain."

"Siap, Mah! Indah titip salam untuk papa."

"Nanti akan Mama sampaikan. Hati-hati di sana, yah sayang. Ingat pesan Mama kamu harus jaga diri. Oh, ya satu lagi. Mama akan kirim uang bulananmu besok."

"Baik, Mah, aku tutup telponnya."

(Panggilan pun berahkir)

Butuh lima belas menit dalam perjalanan dari bandara ke lokasi kontrakan. Mobil yang di kemudikan Pak Wan kini sampai di depan sebuah kawasan perumahan. Setiap Perumahan yang di sewakan itu tertata dengan rapi, terlihat sederhana tapi desainya cukup menarik. Warna bangunan tiap rumah pun sangat mirip. Jika di lihat sekilas, tidak bisa membedakan rumah yang satu dengan yang lain.

Pak Wan turun dari mobil berjalan ke arah bagasi belakang dan mengambil koper Indah. "Nomor rumah kontrakan Nona 05." Pak Wan lalu memberikan sebuah kunci pada Indah.

"Loh, Bapak tidak ikut masuk?" Indah lalu mengambil kunci yang di berikan Pak Wan kepadanya.

"Baiknya, saya mengantar Nona sampai di sini, jika Nona memerlukan sesuatu, Nona bisa menghubungi saya."

"Baiklah, makasih, Pak."

Indah menarik koper miliknya lalu berjalan memasuki kawasan perumahan. Ia melihat setiap nomor yang tertera di atas pintu rumah kontrakan. Indah terus berjalan mencari nomor rumahnya.

Beberapa orang yang berada di kawasan itu tengah memperhatikan Indah. Mereka sepertinya sudah tahu jika hari ini akan kedatangan warga baru. Ia mempercepat langkah kakinya saat melihat orang sekitar mulai melihat ke arahnya. Tak lama Indah sudah menemukan nomor rumah yang di carinya.

Indah cepat membuka pintu kontrakan, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah Indah mencari ruang kamar tidur. Kini Indah menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. "Uuuhhhh, akhirnya sampai," guman Indah.

"Hemmmm, cape juga dalam perjalanan ke sini." Indah menatap dinding kamar barunya yang tidak berukuran luas itu.

"Rumah kontrakan pilihan Mama cukup bagus. walaupun nggak mewah tapi setidaknya layak untuk di tempati, Mama pasti sudah memilihkan kontrakan yang bagus, mungkin ini yang terbaik menurut mama, lagian aku malas jika harus mencari kontrakan lain," batin Indah setuju dengan kontrakan pilihan Mamanya.

Indah perlahan-lahan memejamkan matanya, sejenak Indah ingin melepas sedikit rasa lelah selama dalam perjalanan.

Selang beberapa lama Indah pun bangun dan beranjak memindahkan pakaiannya ke dalam lemari yang telah disediakan di dalam kamar itu. Indah kini telah selesai mengatur semua pakaiannya dengan rapi. "baiknya aku cari makanan dulu sebelum keburu malam."

Indah pun bergegas mengambil dompet dan telponnya. Kemudian, berjalan keluar mencari supermarket terdekat. Ia terus berjalan menyusuri wilayah kontrakan tersebut, tak butuh waktu lama kini ia menemukan supermarket.

Indah melangkahkan kakinya masuk ke dalam supermarket. Indah kini sibuk mencari segala keperluan dan kebutuhannya. Seperti sabun, sampo, sikat gigi, daging, sosis, sayur dan berbagai kebutuhan lainnya. Namun di antara yang paling banyak yang Indah beli tak lain adalah pop mie dan mie instan. Karna menurut Indah itulah makanan praktis dan juga simpel. Cara masaknya pun mudah dan tidak repot.

Sejak dahulu Indah tidak pernah belajar cara memasak, bahkan ia jarang masuk ke ruang dapur. Jangankan memasak menyapu saja tidak pernah ia lakukan. Selama tinggal di Kota L segala pekerjaan rumah di kerjakan oleh pelayan. Indah tak pernah tahu dan tak mau tahu soal pekerjaan rumah. Begitulah ia tumbuh jadi gadis yang manja.

Namun, kehidupannya di Kota F akan sedikit berbeda dari kehidupannya di kota L. Di Kota F Indah harus belajar mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Ia harus beradaptasi dengan kehidupannya sekarang karna tidak akan ada lagi pelayan yang mengerjakan segala kebutuhannya.

Setelah memilih barang keperluannya Indah berjalan ke kasir untuk membayar. Pak kasir di supermarket itu kini sudah membungkus semua barang yang Indah beli ke dalam kantong plastik. Setelah membayar Indah pun pulang dengan membawa barang belanjaannya tersebut.

Sampai di rumah kontrakannya Indah ke ruang dapur untuk menyimpan belanjaannya itu.

Indah memperhatikan ruang dapur kontrakannya yang tidak begitu luas, hanya berukuran 3x3 meter, tidak sama seperti dapur rumahnya yang berbanding tiga kali lipat dengan ruang dapur tersebut. Matanya terus mencari sesuatu di ruangan itu. Namun, ia tidak menemukan benda yang dicarinya.

"Mana kulkasnya?" Indah mencari benda serba guna itu.

"Tahu gini, aku tadi tidak akan membeli banyak barang," batinnya setelah menyadari di rumah kontrakannya itu tidak memiliki kulkas.

Karna, tidak ada kulkas Indah terpaksa meletakkan barang belanjaannya di atas meja. Kemudian, ia memisahkan barang yang harus disimpan di dalam kulkas dengan barang yang tidak perlu disimpan di dalam kulkas.

"Baiknya aku kasih tetangga aja, dari pada di buang, kan sayang!" pikir Indah sejenak.

Indah pun keluar di depan teras kontrakannya, ia terus berdiri di teras tersebut sambil melihat kiri, kanan. Tak lama Indah melihat seorang anak yang sedang berlarian di area kontrakan. Ia pun memanggil anak tersebut. "Hay, sini?!"

Anak yang mendengar suara panggilan Indah menoleh dan berjalan ke arah Indah. "Ada apa yah, Kak?" tanya anak tersebut setelah sampai di depan Indah.

"Tunggu disini bentar!" pinta Indah pada anak tersebut. Indah lalu berjalan ke dalam rumah mengambil makanan yang di belinya tadi.

"Ini, ambillah berikan pada Mamamu!" Indah lalu memberikan belanjaan yang di belinya tadi kepada anak tersebut.

"Apa ini, Kak?" tanya anak itu penasaran dengan isi kantongan yang di berikan Indah.

"Ambil saja, tadi kakak beli banyak, kakak tidak bisa memasak semuanya," jawab Indah tidak ingin menjelaskan panjang lebar.

Anak itu pun mengambil barang yang di berikan Indah. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Indah dan anak itu kini bergegas pulang ke kontrakannya yang tak jauh dari rumah kontrakan Indah.

Terpopuler

Comments

Annisa Nurshabrina

Annisa Nurshabrina

wah Indah baik hati dan tidak sombong..

2022-01-20

0

Sarianti

Sarianti

semangattt

2021-12-31

0

Nyonya B

Nyonya B

#penaautoon hadir ku

2021-12-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!