Kini Alina berusaha bangkit dari keterpurukannya sebelumnya. Selama sebulan in ia habiskan waktu luangnya dengan berbagai kesibukkan, salah satunya merevisi skripsinya dan menjadi Asisten Dosen, atau hanya sekedar mengikuti proyek Dosen sebagai tenaga bantu, semua ia lakukakan agar dapat melupakan kejadian tersebut.
Alina hanya ingin menjalani hidupnya seperti biasa. Saat ini ia hanya tinggal menunggu wisudanya bulan depan dan segera mencari pekerjaan agar tidak terlalu terbebani pikirannya.
Pagi ini Alina merasa tubuhnnya sangat lemah dan tidak bersemangat. Ia hanya ingin terus tidur memeluk bantal gulingnya. Ia merasa jika membuka matanya seperti dunia ini akan terbalik dan merasa sangat mual, tetapi jika ia tidur justru sebaliknya Alina justru merasa sangat nyaman dan tidak merasa mual sama sekali.
Siangnya Alina terbangun sambil menelan ludah ketika mencium aroma mie instan rasa soto yang ada di warung milik bu Ani yang berada di sebelah kostnya. Tiba-tiba saja rasa laparnya muncul seketika mencium aroma mie tersebut.
Segera ia menuju warung Bu Ani untuk menyalurkan hasratnya tersebut.
" Bu, mie instan 1." Ucapnya pada Bu Ani.
" Yang biasa ya Neng." Ucap Bu Ani yang sudah hafal betul apa yang sangat disukai pelanggan tetapnya itu.
" Bukan bu, Alin mau yang rasa soto aja. " Kata Alin cecengesan.
"Tumben seleranya berubah neng?" Kata Bu Ani yang sedang masak mie pesanan Alina.
"Iya nih bu, tiba-tiba pengen makan yang rasa soto, aromanya sampe kecium dikamar Alin." ucap Alina tersenyum.
" Hmmm." Gumam ibu tersenyum menggelengkan kepalanya sambil menyerahkan semangkuk mie yang masih sangat panas..
"Makasih bu. " Tersenyum penuh bahagia.
Bu Ani bingung melihat Alina yang memeras jeruk yang kalau dihitung sdh 2 biji ke mangkuk mienya.
"Emang gak kecut neng?" Tanya ibu yang ekspresinya juga berubah kecut.
"Enggak bu, justru pas ranya. "Merasa puas dengan makanannya hari ini yang sesuai dengan seleranya.
Bu Ani hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Alina yang memakan mienya dengan sangat lahap dan penuh ekspresi kepuasan.
" Lin kapan wisudamu? " Tanya Bu Ani.
"Bulan depan bu." Kawab Alina sambil menyeruput mie yang masih panas itu.
" Ada keluarga yang datang?" Tanya ibu penasaran.
Bu Ani tahu betul kalau Alina itu yatim piatu. Ia hanya berharap ada salah satu keluarga dekat ataupun keluaga jauh Alina yang bisa hadir pada momen bersejarah Alina.
Alina tertunduk sedih berkata "Nggak ada bu." Jawabnya. "Alina gak punya keluarga yang lainnya lagi." Ucapnya lagi.
"Kasihan kamu nak. " Kata ibu prihatin.
"Bagaimana kalau ibu saja yang mendampingi Alin? " Ucap Alina.
"Emang boleh ya neng? " tanya bu Ani ragu.
"Boleh dong bu. Kan Bu Ani pernah bilang kalau Alin sudah ibu anggap sebagai anak sendiri. " Jelas Alina tersenyum sumringah.
"Baguslah kalau begitu." Ucap Ibu Ani merasa tenang dan bahagia sekaligus terharu karena Alina memintanya.
Alina merasa sangat bahagia ia terus tersenyum saat kembali ke kostnya. Ini awal yang baik menurutnya.
Sementara di sebuah kawasan apartemen mewah di kota Jakarta seorang sedang menunggu hasil penyelidikan mengenai informasi yang di perintahkannya.
Revan sangat marah atas kinerja orang orang kepercayaannya yang sangat lamban.
"Benar-benar payah, mencari informasi seorang gadis kecil saja kalian membutuhkan waktu yang lama!" Bentak Revan pada semua pengawalnya. "Apa saja kerja kalian selama ini!" Bentaknya lagi. "Bahkan informasi seorang gadis kecil saja sulit kalian temukan, mengecewakan!" Emosinya kini sudah mencapai level komplit.
"Maaf Tuan Muda kami tidak mendapatkan petunjuk apapun. " Kata salah satu dari orang-orang berjas hitam itu memberanikan diri. "Tetapi kami sudah mendapatkan informasi untuk pelaku yang menjebak anda di hotel bulan lalu." Lanjutnya lagi sambil menyerahkan dokumen dan sebuah amplop yang berisikan rekaman CCTV hotel miliknya.
"Bagus, paling tidak kalian sudah menemukan penyebab dari kejadian ini." Ucap Revan sambil melihat dokumennya. "Aku akan menghabisi kalian semua!" Ucap Revan sambil tertawa menakutkan. Saat melihat rekaman CCTV orang yang sudah menjebaknya. "Kali ini akan ku beri bonus pada kalian." Sambil memberi isyarat agar mereka keluar. "Panggilkan william." Menyuruh salah satu orang kepercayaannya.
"Baik tuan." Sambil meninggalkan ruangan tersebut.
Senyum licik mengembang di wajah Revan, ia sangat senang membayangkan bagaimana iya akan menyiksa orang yang menjebaknya, yang telah membuatnya tersiksa berjam-jam di hotelnya sendiri. Tak lama munculah William.
"Bos anda memanggil saya? " Kata Will memastikan.
"Ya Will. Bagaimana dengan investigasimu, orang-orangmu sangat lamban!" Ucap Revan sedikit kecewa.
"Maafkan atas kelalaian saya bos. Saya akan menghukum mereka setelah ini." Ucap Will.
"Tidak perlu, mereka sudah membayar kesalahan mereka, dan itu jauh lebih bagus." ucap Revan lagi dengan senyumnya yang menakutkan.
Will tahu betul senyum itu hanya untuk orang-orang yang sudah dipastikan setelah bertemu Sang Iblis tidak akan hidup lagi. William sendiri terkadang ngeri dengan cara Revan menghabisi orang-orang yang mencari masalah dengannya.
"Bacakan informasinya. " Kata Revan.
"Baik tuan. Namum informasi yang saya dapatkan masih sedikit." Ucap William, disertai dengan anggukan bosnya itu. "Namanya Alina Ghisya Ardhana anak angkat dari Arissyah Ardhana dan Lina Gunadi. Di adopsi sejak berusia 2 tahun dari Panti Asuhan Kasih Pelita. Ketika berusia 15 tahun orangtua angkatnya meninggal karena kecelakaan, dan mulai hidup sendiri dengan mengandalkan beasiswa dan kerja paruh waktu menjadi Pengasuh Anak di rumah salah satu tetangganya. " Jelas Will dan menyerahkan beberapa data tambahan Alina.
"Rupanya itik buruk rupa yang ingin menjadi seekor angsa ya. " Ucap Revan dengan wajah dinginnya. "Hebat juga, nyalinya besar. Apa dia tidak tahu akibat dari mengusik Revandra Davian Adiguna. " Ucapnya sombong sambil merobek data tambahan tersebut. "Gadis jal*ng itu pasti komplotan dari mereka. Bukankah sebentar lagi dia akan mencariku dan meminta pertanggung jawaban dariku." Ucap Revan menghina. "Saat ini gadis itu seharusnya sudah hamil, aku bahkan meninggalkan benih berkali kali di rahimnya. " Ucapnya lagi tanpa rasa bersalah.
William merasa kasihan pada gadis itu ia tahu betul bahwa gadis yang ia selidiki adalah gadis baik-baik. Tapi dasar bosnya saja yang songong, tidak melihat semua data ataupun bertanya lagi malah menilai karakter seseorang dari pemikirannya sendiri. "Haaiihh, orang kaya benar-benar sesuka hati." Batin William.
" Haaatchiiu....." Suara bersin Revan. "Sepertinya aku flu. Will beri tahu Bi Sum buatkan teh jahe untukku, dan satu lagi aku sendiri yang akan memberikan perhitungan pada jal*ng itu. Aiishh aku sudah merobek datanya dan belum melihat foto gadis itu." Ucap Revan.
"Ini fotonya bos." Sambil menyerahkan foto itu.
"Bagus. Aku ingin sekali melihat wajah jeleknya. Haaiiishh aku saja tidak menyangka sudah tidur dengan itik buruk rupa." Timpalnya. Dug dug suara jantung Revan. "Rupanya aku salah gadis ini sangat cantik dia imut sekali tanpa riasan seperti ini berapa sebenarnya usianya kenapa masih terlihat seperti ABG. Gadis yang polos bahkan senyumnya terlihat seperti bidadari." Batin Revan.
William tersenyum penuh arti melihat bosnya "Ehhmmm.." William mendeham menyadarkan Revan. Sambil menepuk pundak Will dan berkata, "Jangan terlalu tegang, aku tidak suka melihatmu terlalu formal seperti ini padaku. Kau ini masih sahabatku Will." Ucap Revan
William menyadari kalau Revan sampai salah tingkah dibuatnya, ia terkekeh geli tidak menyangka seorang Revandra juga bisa seperti itu.
Revan terus memperhatikan tingkah William tapi ia tahu salahnya juga karena berkomentar sebelum melihat foto. "Untung saja cantik." Batin Revan. "Besok atur jadwal untukku aku ingin bertemu dengan gadis bernama Alina ini." Ucap Revan disertai dengan anggukan William Sang Asisten Handal yang paham maksud dari bosnya itu. "Pergilah, aku ingin menyelesaikan pekerjaanku. Jangan lupa Bi Sum, dan teh jahe untukku." Ucap Revan.
"Baik bos. " Kata William patuh keluar dari ruang kerja bosnya itu.
Ditempat berbeda Alina seakan menyadari ada yang berbeda dari dirinya saat ini sejak di warung makan Bu Ani tadi. Selera makannya mulai berubah, Alina bahkan suka makanan yang rasanya masam. Ia merasakan hal yang tidak biasa pusing dan mual yang datang tiba-tiba bahkan sampai malas bangun pagi. Apalagi jika menatap matahari pagi yang mulai tidak disukainya dan langsung muntah-muntah.
Alina mengambil Smartphone miliknya dan mulai mencari tahu dari gejala-gejala yang di alaminya. Betapa terkejutnya ia melihat hasil pencariannya, tubuhnya bergetar Smartphone miliknya terlepas dari genggamannya ia kembali menangis. "Ak, aku hamil!" Ucapnya tidak percaya yang kini sudah terkulai lemas di lantai kamarnya. Rasanya kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya. "Bagaimana ini! Apa yang harus ku lakukan?" Gumam Alina terasa semakin sesak di dadanya, ia kembali menangis dalam diamnya. Belum juga sembuh luka yang sebelumnya, sekarang dia malah harus menerima kenyataan bahwa dia telah hamil.
Dikuatkannya hatinya dan cepat-cepat keluar naik ojek menuju apotik yang agak jauh dari tempat kostnya. Alina tidak ingin ada yang tahu barang apa yang ia beli sebab apotik yang ada di dekat kostnya adalah apotik milik Ibu Kost . Meskipun takut Alina tetap saja penasaran dengan hasilnya nanti.
"Permisi mba?"..
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Penjaga Apotik itu.
"Mmm, ada tespeknya mba? " Tanya Alina dengan suara agak rendah sambil celingak-celinguk tidak jelas.
"Iya mba, disni ada dua pilihan yang strip sama yang digital." Kata Penjaga Apotik yang sudah paham dengan gelagat Si Pembeli.
"Saya ambil yang paling murah aja mba, tapi akuratkan?" Tanya Alina lagi.
"Semuanya akurat kok mba. " Kata Penjaga Apotik.
"Makasih mba." Sambil mengambil kembalian uang yang di serahkan Penjaga Apotik itu dan pergi.
Sesampainya di kost Alina langsung ke kamar mandi, tidak lama kemudian ia keluar. Sambil memantapkan hati Alina perlahan-lahan membuka matanya melihat hasilnya ia masih sangat berharap kalau hasilnya negatif.
Kembali ia merasa lemas, tubuhnya kini terasa menggigil melihat alat yang menunjukan dua garis merah yang artinya ia positif hamil.
"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Kembali pertanyaan yang sama keluar dari bibir mungilnya yang bengkak akibat terus menangis.
Ia tidak sanggup membayangkan hidupnya nanti jika semua orang tahu ia hamil, tidak akan ada lagi yang mau berteman dengannya, dan orang-orang pasti menghujat dirinya. Ia sudah membayangkan mulut orang-orang yang mengatainya pel***r dan jal*ng.
"Apa aku gugurkan saja. " Ucapnya sambil meraba perutnya yang masih rata.
Ada rasa bersalah dalam mimik wajah Alina rasa sayang pada janin di dalam perutnya begitu saja muncul. Dia ingin mempertahankan tapi takut akan dihujat orang tapi juga tidak ingin menambah dosa. Ia tidak ingin membunuh nyawa yang ada dirahimnya tapi bagaimana dengan pandangan orang tentang dirinya nanti.
Dengan berusaha sekuat hati Alina memutuskan untuk ke Dokter besok pagi. Ia berusaha memantapkan hatinya untuk keputusannya kali ini.
"Maaf kan aku yang tidak layak menjadi ibumu." Kata Alina lirih sambil terus mengelus perutnya. "Rasanya berat memutuskan ini, ya Tuhan apa yang harus Alin lakukan.. Ibu.. Ayah.. Alin bingung harus bagamana..?!"
Terasa remuk hati Alina, dia terus menangis meringkuk di tempat tidurnya. Hatinya yang sakit sejak awal semakin sakit sekarang rasanya sulit baginya untuk bernafas. Dia menangis sejadi-jadinya.." ibu, ayah." Panggil Alina lirih dan terus memegang perut ratanya itu.
Alina tahu ia tidak rela kehilangan janin diperutnya. Mengetahui ia hamil juga ada sedikit rasa bahagia yang terselip dihatinya. Bahkan ia merasa sangat menyayangi janin tak berdosa itu. Namun ia juga tidak sanggup jika harus di kucilkan dari masyarakat. Alina bukanlah wanita dewasa yang bisa memutuskan sesuai keinginannya tanpa rasa takut.
Sepanjang malam Alina gelisah dan tidak bisa memejamkan matanya ia terus memikirkan hari esok yang berat baginya. Alina memikirkan hal-hal kecil misalnya apa yang akan dia katakan pada Dokter, atau alasan apa yang akan dia berikan untuk melakukan aborsi, yang sebenarnya menakutkan bagi Alina.
.
.
.
^bersambung_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🏁BLU⭕
Semangat selalu 🤗🤗👍👍👍👍👍
2021-12-10
0
Alya Yuni
Alina jngn tmbah dosa
2021-12-03
0
lucia kim
semangat
2021-11-28
0