Hingga tengah malam Alina masih bertahan, meskipun lelah ia tetap tidak bergeming dari acara tersebut.
Kelelahan membuat kepalanya tiba-tiba pusing, ingin mencari keberadaan Putri. Hingga beberapa jam berlalu ia bahkan tidak menemukan keberadaan Putri. Dengan sedikit sempoyongan ia terus berjalan rasa sakitnya seakan membuat kepalanya terasa pecah.
Seorang pelayan mendekatinya memberikan kartu akses kamar hotel dan menunjuk ke arah kerumunan. Tapi Alina tidak melihat keberadaan Putri disana. Perasaan aneh yang membuatnya tidak nyaman menghentikan aktifitasnya tersebut dan pergi ke ke tempat yang sudah disediakan untuknya.
Alina merebahkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur yang sangat empuk itu luas ruangan itu bahkan 10x lipat dari kost milik Alina. Benar-benar nikmat menjadi orang kaya pikirnya.
"Ruangan bahkan memiliki ruang tamu dan ruang kerja dan dapur pribadi. " Ucap Alina sembari mengingat kembali sebelum ia masuk ke kamar hotel itu.
"Sepertinya suiteroom ini di sediakan untukku. Putri memang sahabat terbaik." Ucapnya lagi bahagia.
Kembali Alina merasakan hal aneh yang membuatnya berkeringat banyak, nafasnya memburu "Ada apa denganku. " Gumam Alina dia merasa sangat gerah tapi tubuhnya tidak mampu untuk bangun dari tempatnya sekarang.
Sementara di koridor yang tidak jauh dari kamar Alina seorang pria bertubuh tegap memakai setelan lengkap tuksedo berjalan tergesah-gesah, seperti sedang diburu tubuhnya basah penuh peluh dan wajahnya terlihat memerah padam, dengan cepat melangkahkan kakinya memasuki privateroom miliknya.
Dia adalah Revandra Davian Adiguna pengusaha sukses pemilik hotel berkelas tersebut. Dialah yang orang menyebutnya Dewa Bisnis semua bisnis dan usaha di bawah kendalinya. Tidak ada yang bisa menolak perintahnya dialah Sang Penguasa. Banyak yang takut padanya karena sikap kejam dan arogannya. Sifat mendominasi sangat tinggi, dan sikap dingin yang ditunjukkannya membuat orang takut padanya bagaikan gunung es yang bisa membekukan orang-orang yang berhadapan dengannya. Tatapan tajam bagai mata elang membuat orang lain tak berani bergeming.
Tak satupun wanita mampu menggoyahkan hatinya yang sedingin es dan sekeras baja. Beberapa yang nekad menggoda mendekatinya akan di bereskan segera oleh pengawal pribadinya, bagi Revan perempuan seperti itu tidak layak untuknya.
Saat ini Revan dalam keadaan kacau, rasa tidak nyaman dan hampir kehilangan kontrol diri itu yang dirasakannya sekarang tubuhnya terasa panas ada hasrat yang muncul dalam dirinya yang perlu dilakukan dan dituntaskan.
"Sepertinya ada yang sengaja menaruh obat dalam minumanku, shitt!" Hardiknya pada diri sendiri sambil membuka pintu. Ia merasa ada seseorang di dalam kamarnya tapi dia menghiraukannya segera ia menuang air dan meminumnya namun bukannya kondisinya membaik malah semakin buruk.
Sementara Alina meringkuk dan terus berkeringat dia pun merasa ada seseorang dalam kamar, tapi itu segera di tepisnya, perasaan aneh yang semakin menjadi membuatnya tak mampu berkutik. Merasa tidak nyaman karena kepanasan Alina membuka kancing baju hingga ke bagian perut memperlihatkan kedua gunung kembar yang menonjol indah dibalik bra miliknya.
Revan merebahkan tubuhnya di tempat tidur, tangannya berusaha meraih gagang telfon hotel yang berada di seberang tempat tidurnya. Bukannya gagang telfon malah sesuatu yang empuk di sentuhnya. Membuatnya penasaran dan terus meraba dengan lembut dan mencari tahu apa itu. Revan tidak bisa berpikir jernih sekarang sementara Alina mendapat serangan tiba-tiba membuatnya merasakan sesuatu yang aneh yang justru ingin diperlakukan lebih dari itu.
Suasana kamar yang mendukung membuat keduanya larut dalam kegiatan mereka berdua, seakan tahu apa yang ia sentuh, Revan kini tidak membutuhkan telfon lagi, ia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan saat ini.
Alina terus menikmati sentuhan Revan saat ini mereka bahkan tidak memiliki jarak sama sekali. Revan meraih wajah Alina dan mencium bibir ranum milik Alina ada rasa manis yang dirasakan Revan dan itu membuatnya ketagihan ingin terus mencium Alina membuat gadis dihadapannya sulit bernapas.
Menyadari itu Revan sesekali berhenti agar Alina bisa sedikit mengambil nafas. Tidak hanya mencium Revan meraba tubuh Alina.
Alina benar-benar lupa diri saat ini, mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Revan yang membuatnya menikmati sentuhan dari pria yang ia sendiri tidak tahu itu siapa. Revan pun seakan dibuat mabuk oleh Alina.
"Gadis yang sangat cantik." Pikirnya ia terus mencari bagian-bagian sensitif milik Alina, dan meninggalkan banyak jejak cinta ditubuh Alina kemudian meraba lembut bagian sensitif itu. Mendapat serangan tersebut membuat perasaan Alina tidak karuan Alina kini benar-benar lupa diri begitu juga dengan Revan keduanya sudah berada di puncak keinginan mereka yaitu ingin mendapatkan yang lebih dari sekedar sentuhan.
Dengan segera Revan berada di posisinya, menanggalkan semua yang masih menutupi setengah tubuh mereka berdua, dan di biarkan berserakan di lantai. Revan terus mencumbui Alina, dan tetap memberi sentuhan indah pada gadis itu membuatnya mabuk kepayang dengan segera Revan membungkuk dan berusaha menembus celah sempit milik Alina dengan sekali dorongan membuat Alina memekik kesakitan.
"Aaaakkkhhh sakit.!!" Teriak Alina kesakitan sam bil menangis. Ia merasa ada sesuatu yang memaksa masuk dalam dirinya.
Alina meringis. Mendengar suara Alina yang sedang menangis Revan diam sebentar agar Alina merasa terbiasa, dan kembali mencium bibir Alina dengan lembut agar membuat Alina kembali hanyut dalam suasana cinta satu malam mereka.
Aksi panas tersebut mereka lakukan sepanjang malam. Bahkan ketika Alina mengatakan lelah tak membuat Revan menghentikan aksinya hingga berkali-kali mengeluarkan benihnya untuk Alina. Setelah puas melakukannya Revan terbaring di samping Alina yang sudah lebih dulu terlelap karena kelelahan.
"Kau bisa membuatku hilang kendali gadis kecil." Gumam Revan sambil memeluk tubuh Alina dan tertidur lelap.
Merasa enggan untuk bangun Alina hanya membuka matanya. Entah kenapa ia merasa malas untuk bangun cepat pagi ini seluruh tubuhnya terasa sakit seakan ia di keroyok satu kampung. Ia merasa sakit di bagian selangkangannya membuatnya bingung seraya meraba tubuhnya yang ternyata polos bahkan tanpa busana. Segera ia bangun dan melihat ada banyak jejak cinta di sekujur tubuhnya.
Bagai disambar petir Alina terkejut dan terdiam sesaat menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama dia pun menggeleng kepalanya dan menoleh kesamping betapa terkejutnya dia ada seorang lelaki tampan di sampingnya yg juga sama dengannya tak sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang sedang tertidur lelap.
Dia menelisik setiap inci wajah tersebut. Berusaha mengingat seperti apa laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya. Rambut hitam yang lurus, rahang yang kokoh menambah ketegasan pada wajah tampannya. Tuhan tidak adil saat ini pikir Alina, laki-laki yang sudah merenggut kesuciannya bahkan ketika tidur terlihat seperti malaikat tak berdosa. Ingin rasanya membunuhnya saat itu juga jika bukan dosa. Tapi ia tahu laki-laki disampingnya saat ini bukanlah orang yang bisa di ia ganggu. Alina menegaskan pada dirinya sendiri bahwa dia harus menghindari laki-laki ini apapun yang terjadi. Dia membenamkan wajahnya di lengannya dengan sedih.
Alina sadar ini adalah kesalahan besar dan kegagalan dirinya yang tidak mampu menjaga kesuciannya. Tampak cairan bening lolos keluar dari sudut matanya. Kesedihannya tak lagi bisa ia bendung, kekecewaan pada dirinya sendiri sangat besar. Ia tak menyangka kesialan seperti ini menimpanya, harus menyalahkan siapa ia pun tak tahu. Menangis dalam diam hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang. Alina tidak mau laki-laki sampingnya terbangun dan melihat wajahnya. Segera ia mengenakan kembali pakaiannya dan dengan hati-hati memaksakan diri melangkah gontai meninggalkan hotel meski seluruh tubuhnya terasa amat sangat sakit.
.
.
.
.
^bersambung_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ekky
lnjt
2022-06-28
0
Trisna Tris
lanjut Thor....
2022-04-07
1
Lidya Waney
critanya bagus thor
2021-12-15
0