Happy Reading
*****
Rumah Sakit Barlow, Los Angeles. 01.00 PM. Selasa, 1 September 2020
Suara monitor jantung bergerak dalam ritme pelan yang teratur. Grafik garis EKG bergerak selaras dengan detak jantung pasien wanita yang terbaring lemah di atar ranjang. Berbagai selang penunjang kehidupan pun tampak terpasang di tubuhnya.
Dadanya bergerak lembut. Tubuhnya tampak begitu rapuh bagaikan lembaran es tipis yang begitu rentan pecah. Tampak lemah seolah dapat diremukkan dengan mudah. Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari...
Kini genap sudah 17 hari wanita itu terbaring tak sadarkan diri setelah operasi panjang yang harus dia jalani. Wanita itu menjalani serangkaian operasi berat setelah kecelakaan mobil yang dia alami.
"Dia tidak akan pernah bangun lagi.." ucap Barbara sedih. Wajahnya pucat, kantong matanya begitu hitam, dan keadaanya benar-benar kacau. Padahal, wanita berusia 48 tahun itu selalu berpenampilan rapi ke mana saja. Tubuhnya selalu terawat dengan baik. Namun, tidak kali ini sejak kecelakaan yang menimpa putrinya, Cassie.
"Mom.. Stop it. Kau tidak boleh berkata seperti itu." timpal Miranda, putri tertuanya yang segera duduk di sampingnya dan melingkarkan tangan kanannya di sekitar tubuh sang Ibu. Miranda pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Barbara, tapi dia merasa tidak pantas ikut menunjukkan kesedihannya. Setidaknya, seseorang dalam keluarga ini harus bertindak kuat agar keadaan tidak semakin suram.
"Aku tidak pernah melihat Cassie dalam keadaan selemah ini. Tidak pernah..." Barbara mulai meraung dalam tangisannya. Air matanya tak kunjung keluar karena sudah terlampau seringnya Barbara menangis.
"Mom..Jangan menangis lagi. Please..." Barbara meremas lembut bahu Barbara. Digigit bibir bawahnya, menahan diri tidak ikut hanyut dalam emosi kesedihan. Dadanya bergemuruh dan air mata nampak mendesak ingin menetes dari matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Please, Mom.. Jangan menangis lagi.." suara dan bibirnya bergetar saat mengucapkan itu. Pertahanannya untuk terlihat kuat akhirnya runtuh saat dia mengedipkan matanya. Tetesan air mata besar mengalir dari kedua matanya, mengalir dan menganak sungai di pipinya.
"Oh... Cassie..." Barbara meraung semakin keras, begitu histeris. Rasa sakit di dadanya tidak tertahan lagi dengan seiring waktu yang terus berjalan. Barbara tidak akan mampu lagi menahan rasa sakit ini.
Rasanya Barbara rela melakukan apa pun agar putri-nya tersebut bangun. Dia rela bertukar tempat dengan Cassie. Barbara tak sanggup lagi melihat Cassie dalam keadaan seperti itu. Dia benar-benar rindu dengan senyum Cassie. Rindu wajah Cassie yang penuh dengan kehidupan. Merindukan komentar Cassie yang begitu sakartis. Merindukan putrinya yang begitu dan selalu melankolis.
"Aku juga, Mama... Aku juga."
Tangisan dan raungan itu terdengar begitu keras hingga mampu mengusik mimpi Cassie. Terdengar mengerikan hingga membuat dia harus terbangun dari mimpinya yang tenang. Ah.. Rasanya dia tidak rela terbangun, tapi raungan itu tidak tertahankan lagi.
Cassie menggerakkan jemari telunjuk tangan kanannya yang terasa berat karena alat pulse Oxymentry. Bulu matanya bergerak -gerak saat dia berusaha membuka kelopak matanya yang entah mengapa terasa berat. Terasa berat untuk dia buka.
Cassie pun langsung merasakan lelah luar biasa hanya untuk membuka matanya yang tak kunjung berhasil. Sial. Umpatnya dalam hati. Raungan itu benar-benar tidak tertahankan, tapi dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya atau mengeluarkan suara untuk menghentikan raungan mengerikan itu.
Matanya akhirnya setengah terbuka. Fokus matanya menatap buram ke atas rumah sakit yang putih. Perlahan, matanya mulai menatap jelas atap rumah sakit itu. Raungan tangisan itu masih terdengar dan itu benar-benar menganggu Cassie. Ribut!
Cassie membuka mulutnya, berusaha menghentikan raungan mengerikan itu. Shut up! Dia ingin berteriak demikian, tapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Suara yang keluar dari mulutnya adalah suara serak yang tertahan.
"A--A.." hanya itu yang keluar. Suaranya begitu serak dan pelan.
Miranda yang masih menangis dalam hening memeluk Ibunya yang terus meraung sedih. Dilingkarkan kedua tangannya dengan erat di sekitar tubuh Barbara. Kemudian matanya bergerak dari wajah Ibunya ke arah Cassie hanya untuk menambah rasa sedihnya, tapi nampaknya apa yang tengah dia lihat tidak akan memperparah kesedihannya.
Miranda terdiam dari tangisnya menatap gerakan kecil dari jemari Cassie. Dia mendorong tubuh Barbara dari pelukannya dan berdiri. Barbara berhenti menangis dan menatap heran putrinya yang tiba-tiba mendorong tubuhnya.
Apakah putri pertamanya tidak menyanyanginya lagi? Pikirnya seraya sesegukan kecil.
"Dia bangun," bisik Miranda saat menatap mata Cassie yang setengah terbuka.
"What?" kata Barbara dengan nada sesegukan. Matanya tetap mengikuti Miranda yang berjalan mendekat ke arah Cassie.
"Dia bangun, mom! Dia bangun!!" sekarang Miranda berteriak setelah yakin bahwa yang dilihatnya ini bukanlah mimpi. Adiknya! Adiknya sudah bangun. Barbara yang mendengar itu segera berdiri dan berjalan sempoyong ke arah ranjang Cassie untuk melihatnya sendiri.
"CASSIE!!" dia berteriak sejadinya saat melihat mata putrinya sudah terbuka.
"CASSIE!!" Miranda ikut berteriak kembali, saling menyahut dengan teriakan ibunya.
Sedangkan Cassie masih berteriak dalam pikirannya untuk menghentikan teriakan dan raungan gila dari Ibu dan saudaranya. Dia berpikir jika gendang telinganya bisa pecah jika mendengar teriakan mengerikan dari mereka berdua.
Shut up, guys!
****
Miss Foxxy
Hallo we! Yeah.. New Story and New Problem. Hope you like it. Novel kali ini aku pake alur maju-mundur jadi mungkin agak sedikit membingungkan nantinya maka dari itu aku buatin tanggal kaya di atas. Semoga pembaca enggak bingung silakan di pahami dan dibaca pelan-pelan. Thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Puja Kesuma
aq lagi mencerna lantai licin dia lg jalan ,tahu" koma kecelakaan mobil, atak q ayo bekerja mencerna alur ceritanya
2022-11-02
0
ROIHANA SAIDAH
mampir lagi aku....🤭
2022-03-14
0
dewi
👍👍👍☺️
2022-03-13
0