Masa Lalu

Jam menunjukan pukul 18.00 artinya Gendis telat satu jam keluar kantor bukan tanpa alasan, ia tadi disuruh menyelesaikan beberapa dokumen milik pak Galih dan membantu pria yang tak mau disebut tua itu mengingat sudah tanggal tua maka bagian mereka akan sangat sibuk.

Gendis masih berada di lobby kantor memesan ojek online namun dirinya belum mendapatkannya, tak lama ada telpon masuk menampilkan tetangga ibu Sum menelpon.

" Assalamualaikum Bu."

" Waalaikumsalam Gendis sudah pulang ngantor toh nak??"

" Belum Bu lagi cari Ojol trus hujan juga, nuhun kenapa Bu telpon Gendis??"

" Ibu mau minta anterin laundry tapi kalo lewat jam tujuh belom sampe ga jadi ya Gendis biar besok saja ibu yang antar."

" Maafin Gendis ya Bu nggak janji tapi Gendis usahain."

" ga usah minta maaf, ibu yang minta maaf selalu ngerepotin kamu."

flashback on

Ibu Sum adalah orang yang berjasa dalam diri dan hidup seorang Gendis.

Sejak kelas satu SMA, ia memutuskan keluar dari panti asuhan yang menaunginya dengan bermodal sekolah gratis atas beasiswa murid tidak mampu, ia hanya bermodal nekat untuk tinggal diluar.

Hanya sekedar makan menggunakan makanan sisa, kerja serabutan, hingga kuli panggul pasar Gendis pernah merasakannya. bahkan di caci dimaki rasanya sudah pernah ia rasakan,hidup keras di kota membuatnya mau tidak mau dirinya harus bertahan.

Hingga sampailah ia bertemu sosok ibu yang sedang kesusahan mengejar maling yang mengambil uang hasil cuci laundry di toko sewa miliknya.

" Ibu nggak apa-apa??" tanya Gendis

" Itu maling tadi ambil hasil laundry ibu, dia pegawai ibu padahal."

" Duh Bu sing sabar moga diganti sama Gusti Allah ya."

Wanita itu sudah pasrah pegawai yang selama ini dirinya anggap sebagai keluarga justru malah membuatnya kecewa tapi ya sudahlah mungkin memang belum rezekinya juga toh dia paksa juga belum tentu ketemu dengan mantan pegawainya itu.

Wanita tua tadi menatap Gendis cukup menarik perhatian karena orang baru tapi sudah sepeduli itu jaman sekarang cukup sulit mendapatkan orang yang memiliki empati.

" Kamu siapa?? tinggal dimana??"

" Perkenalkan nama saya Gendis, nggak tinggal dimana mana udah dua minggu Gendis keluar dari panti karna mau mandiri tapi kayanya Gendis mau balik aja ke panti soalnya ngga bisa kasih makan layak buat diri Gendis sendiri Bu."

Cerita anak gadis yang ditaksir masih sekolah itu cukup menarik perhatiannya apalagi semangatnya gigih rasanya ingin membantu meski tak banyak.

" Gimana kalo gendis tinggal sama ibu aja??"

Gendis cukup tertarik dengan tawaran ibu didepannya namun dia tidak mau dianggap jadi benalu lagipula dia butuh pekerjaan bukan sekedar tempat numpang hidup.

" Nggak Bu maaf kalau memang ada ibu kasih kerjaan Gendis aja biar Gendis bisa makan dan sewa tempat murah."

Sebenarnya wanita tersebut masih trauma dengan mantan pegawainya yang membawa uangnya kabur tapi melihat bagaimana jawaban anak gadis tersebut membuat wanita tersebut sedikit terenyuh, " Ya sudah sementara Gendis bisa tinggal di tempat laundry ibu dan pagi sekolah siang jaga lapak ibu sampai jam delapan malam. nanti ibu bayar lima puluh ribu perhari gimana?? biasanya kalo anter laundry suka dikasih tips ambil aja buat kamu gimana mau ga??"

Sebenarnya Gendis cukup terkejut dengan yang ditawarkan oleh wanita tersebut apalagi dirinya habis kena musibah tapi kenapa malah menawarkan hal ini? " Maaf ibu kok percaya sama orang baru kaya Gendis?? emang ibu nggak takut ditipu lagi??"

Wanita tua itu tersenyum sambil menatap Gendis dengan intens " Dia itu saudara jauh ibu lagipula kalaupun kamu jika memang punya niat yang tidak baik, ya belum rezeki ibu berarti."

Gendis sangat senang dengan tawaran yang diberikan ibu itu, dia tersenyum bahkan menitihkan air matanya mungkin ini buah kesabaran selama beberapa hari ini dan diijabah oleh Allah, " Makasih ya Bu udah mau percaya sama ndis, janji nggak kecewain ibu."

" Yasudah sekarang kamu mandi mendingan soalnya udah kucel banget, nanti ibu bawa baju punya anak ibu kebetulan ibu punya anak cowok dua yang pertama sudah menikah dan yang kedua kuliah mungkin ada dirumah. kamu ada salin kan??" dan dianggukan oleh Gendis.

Hari-hari baru dijalani Gendis. pagi ia menjalani peran sebagai siswa, maka siang sampai malam ia akan menjadi kurir laundry ataupun hanya sekedar menunggu toko, kadang bang Andri anak kedua bu Sum nama wanita tua yang menolongnya datang sekedar menggoda Gendis. sejak kenal dengan Andri, Gendis menjadi sosok yang periang, murah senyum dan hidupnya tidak monoton.

Suatu hari ia menyadari jika dirinya didekat Andri ada rasa yang berbeda,jantung berdebar cepat sehingga ia merasa malu sendiri karna cepatnya hingga ia bertanya pada teman sekolahnya

" Itu tandanya elo suka sama bang Andri"

namun sayang Andri hanya menganggap gendis sebagai adiknya saja karna Andri sendiri sudah memiliki kekasih bernama Fadlia. alhasil Gendis kecewa namun ia selalu menutupinya dengan rapi.

Senyum dan riang dan sejak saat itu, ia membentengi dirinya sendiri dengan kokoh terlebih banyak kasus disekolah nya yang hamil diluar nikah oleh pacarnya karna kelewat batas dan karna panik, cowoknya memilih memutuskan hubungan dan berakhir dengan bunuh diri sang temannya.

Belum lagi yang gagal move on, frustasi dan lain sebagainya sehingga banyak yang menurun akan reputasi pendidikan nya hanya karna sebuah kata cinta. Gendis tak membenci cinta hanya saja sebisa mungkin ia menghindarinya.

flashback off

Gendis terus saja melamun, sejak telpon berakhir dengan ibu Sum, ia belum memesan lagi ojol yang gagal hingga sebuah tepukan di bahunya membuyarkan semuanya.

" Gendis"

.

tbc

28 September 2021

Terpopuler

Comments

Suharnik

Suharnik

Apakah Pak Abi yg nepuk bahu gendis🙄

2021-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!