Hantu

" Gendis"

Tepukkan seseorang dari belakang membuyarkan lamunan Gendis, kini mukanya seketika berubah menjadi pucat pasi. sadar karna sedari tadi di lobby kantor hanya ada dirinya dan rancuan komat-kamit yang dilontarkan Gendis membuat siapa saja yang melihatnya hanya bisa mengerutkan dahi

" Ampun jangan sakiti Gendis, Gendis orang miskin ngga niat buat gangguin tuan hantu maafin Gendis ya Gendis masih muda masih belum nikah pengen rasain malam pertama belum punya anak jangan sakiti Gendis ya Gendis mohon."

" Gendis."

Ucap suara bariton memanggilnya namun Gendis masih saja menutup mata mengeluarkan komat-kamit nya yang tidak jelas.

" Ampun tuan hantu saya nggak ganggu bener deh sumpah."

" Gendis ini saya."

" Iya Gendis tau anda tuan hantu tapi beneran Gendis gak ganggu cuma numpang nunggu aja nggak ngapa-ngapain."

Pria dengan setelah kantor namun dasinya sudah mengendur itu menatap jengkel yang sayangnya adalah karyawannya itu, " Gendis saya Abidzar bukan hantu."

Gendis mematung, suaranya tidak terlalu ia ingat maksudnya itu suara milik siapa namun ia mencoba membuka mata perlahan dan melihat langsung kearah kaki.

Kata orang hantu itu tidak akan Napak kakinya dilantai.

" Napak kok kakinya"

" Jadi kamu mengira saya ini hantu??"

Sadar dengan ucapan sang direktur Gendis buru-buru menundukkan kepala dan bahunya.

" Maafin saya pak saya nggak tahu kalo ada bapak tadi saya sendirian makanya saya kaget ada suara, saya kira hantu maafin saya ya pak saya udah buat kesalahan dua kali hari ini jangan dipecat ya pak."

Abi geram dirinya tidak dibiarkan berbicara.

" Gimana saya mau bicara kalau kamu terus-terusan ngoceh tanpa henti??" ucapan Abi sukses membuat Gendis kicep namun masih menundukkan kepala tanda hormat justru itu membuat Abi bingung.

" Memang dibawah lebih menggoda ya daripada bicara sama saya??"

" Hah.. gimana pak direktur." Gendis langsung menatap kearah Abi namun kembali menundukkan kepalanya karena tidak berani berbicara dengan bos besar sekelas Abidzar.

Abidzar memang memiliki kesabaran setipis tisu dia geram dengan yang dilakukan oleh Gendis dengan terus menatap kearah bawah bagi Abi, yang dilakukan oleh Gendis tidak sopan.

" Kamu kenapa kalo bicara tidak menatap lawan bicara?? apa itu kebiasaan kamu jika berbicara dengan lawan bicara? jika berbicara tatapan matanya tidak lebih dari lima detik??" pertanyaan Abi seolah menampar dirinya.

"Gendis yang mendapatkan serangan langsung gelagapan padahal yang Gendis tahu menundukkan pandangan adalah cara bawahan agar terlihat sopan namun kenapa Abi justru begitu marah? Namun apadaya sekarang ini lebih baik Gendis memilih mengalah.

Semerdekanya bos deh pikir Gendis asal gendis tidak dipecat semua beres.

" Eh ... bukan pak akan sangat tidak sopan jika berbicara dengan direktur menatapnya secara langsung."

" Apa kamu kalo bicara dengan Maya selalu menunduk begitu??"

Karena Abi tahu jika Gendis adalah anak buah dari Maya.

" Tidak pak "

" Lalu?? kenapa sama saya berbeda??"

" karna bapak direktur dan menyeramkan." Gendis keceplosan mengatakan Abi menyeramkan langsung menatap mulutnya dengan tangan namun Abi yang mendengar apa yang Gendis katakan matanya langsung membola namun dia mencoba menurunkan kadar emosinya karena sepertinya bicara dengan Gendis hanya akan menambah daftar penyakit darah tinggi.

" Saya nggak biasa bicara dengan lawan bicara yang menunduk seperti itu kamu bisa bicara menatap saya, karna saya tidak suka."

Gendis mencoba menatap Abi dan meminta maaf lagi, " Baik pak saya minta maaf."

" Minta maaf terus emang ini lebaran." gumam Abi namun masih bisa didengar oleh Gendis.

Gendis cengo melihat sikap direktur muda yang berada didepannya yang ia tahu direkturnya tersebut sangat dingin dan irit bicara tapi tidak dengan saat ini.

" Bapak beneran direktur Abi kan??" tanya Gendis setengah waspada

" Kenapa??"

" Yang saya tahu direktur saya itu irit bicara pak terus kalo ngomong singkat nggak jokes gitu saya kira bapak kesambet penghuni sini." ucapan Gendis sukses membuat Abi termenung.

Apakah selama ini bawahannya menganggapnya seperti itu??

" Ini diluar jam kantor." Abi mencoba mengatakan alasan meski agak absurd.

" Tapi ini masih di kantor pak." Abidzar geram dengan jawaban karyawannya tersebut

" Gendis"

" Maaf pak saya minta maaf." Gendis masih menundukkan kepala tanda hormat.

" Kamu kok masih disini?? bukannya harusnya kamu sudah pulang satu setengah jam yang lalu ya?? ucap Abi mengakhiri debat kusir yang tidak akan ada habisnya itu.

" Tadi ada kerjaan sedikit, jadi mesti saya selesaikan dahulu maklum ini sudah tanggal mendekati gajian pak."

" Lalu kamu sekarang mau pulang? nunggu jemputan atau gimana??"

" Iya jemputan ojol"

" Sudah pesen??"

Mata Gendis membola, " Astagfirullah pak saya lupa pesen lagi tadi gagal terus soalnya hujan mana masih belum berhenti lagi." Gendis melihat kearah depan.

" Yasudah ikut saya kalo gitu pak Marto bawa sini saja mobilnya." Abi langsung memberi kode kepada sang supir jika mobilnya diletakan di depan loby kantor.

" Bapak pulang saja ini buat jajan anaknya." Abi memberikan lembaran uang pecahan merah kepada supir tersebut dan ucapan terimakasih didapat sebelum supir tersebut meninggalkan Abidzar dan Gendis.

" Ayo masuk"

Gendis ingin masuk tapi dia ragu, mobil mahal membuatnya dia tidak percaya jika Abi akan mengajaknya pulang bersama," Bapak serius Gendis mau dianter pake ini?? ini terlalu mewah loh pak ntar potong gaji lagi."

Astaga ya tuhan kesabaran Abi sepertinya sedang diuji oleh gadis didepannya ini.

" Gendis masuk NOW." Abi menekan kata dibelakang supaya karyawannya itu tidak banyak bicara lagi.

Dengan sigap Gendis langsung membuka pintu belakang mobil, tunggu dulu apakah dia mengira bahwa dirinya seorang sopir begitu??

" Kamu ngapain buka pintu belakang??" ucap Abi dengan sinis.

" Mau duduk pak kan Bapak mau nganterin Gendis pulang tadi katanya gimana sih?"

" Kamu kira saya sopir?? pindah ke depan." kata-kata Abidzar sukses membuat Gendis langsung menutup pintu belakang dan pindah ke kursi depan.

" Jangan lupa pakai seat belt nya"

" Siap pak direktur." Gendis langsung memakai seat belt nya dengan segera.

Kelakuan Gendis membuat Abi hanya menggelengkan kepala namun sukses membuat Abi tersenyum walau sangat tipis sepertinya gadis ini akan menjadi hiburan kedepannya.

.

tbc

29 September 2021

Terpopuler

Comments

Tiah

Tiah

suka baca’y krn lucu 🤣🤣

2022-01-20

0

Suharnik

Suharnik

Gendis pantas d sebut nona crab cerewet and feliiit...🤣🤣

2021-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!