Bel pulang berbunyi nyaring seantaro sekolah. Anak murid berhamburan keluar kelas.
Begitu juga Meira dan kedua temannya. Jason dan Dio berlari dari gedung MIPA menuju ke gedung IPS hanya untuk menemui Meira saja.
Hari ini memang panas, matahari yang terik dan cuaca juga. Tak biasanya begini, jika sudah panas begini bisa dipastikan sore atau malam akan turun hujan.
"Meira!" panggil Jason membuat Meira berhenti berjalan dan membalikkan badannya.
"Iya, apa?"
"Gue ada tiket dua tiket bioskop. Mau nonton bareng?" tawar Jason.
"Nggak usah deh. Gue ada urusan," tolak Meira halus.
"Yah, padahal tiket satunya sengaja buat lo," keluh Jason.
"Buat Dio aja. Gue duluan ya," pamit Meira yang terburu-buru saat melihat mobil suaminya itu.
"Buat Dio," ulang Tasya tertawa pelan.
"Ogah! Gue bukan homo!" cetus Jason.
"Udah lah berhenti ngejar Meira. Toh, dia nggak bakalan nerima lo," ungkap Arnetta.
"Gak bisa, Net. Gue udah cinta mati sama Meira. Bakalan gue kejar terus. Kalo pun dia nanti nikah sama orang lain, gue tunggu dia jadi janda." Jason tetap kekeuh ingin memiliki Meira.
Meira memang cantik. Kecantikan gadis itu tidak diragukan lagi, banyak yang suka sama Meira. Tidak seterang Jason saat ini.
"Makan tuh cinta!" Arnetta melemparkan kulit coklat ke Jason dan pergi bersama Tasya.
"Cara lain, Son," kata Dio menyemangati.
...***...
Meira turun dari mobil saat sampai di depan rumah Mamanya. Tommy pun ikut turun dan masuk ke dalam.
Suasana rumah memang sepi. Karena Mama Meira hanya tinggal berdua dengan adik Meira saja.
"Mama!" panggil Meira sedikit berteriak.
"Eh anak Mama udah datang. Duduk," kata Juliani menyambut hangat anaknya.
Meira menyalami punggung tangan Mamanya diikuti Tommy yang memang sering bermain kesini.
"Setia ya jadi pengawal kamu," ledek Juliani pada Tommy.
"Namanya juga Jomblo, Tante," tutur Tommy pelan.
"Glendi mana, Ma?" tanya Meira saat tak melihat adiknya itu.
"Pulangnya telat. Ada futsal katanya. Mama mau buatin makanan kesukaan kamu."
"Mau bantu."
Meira pun membantu Mamanya masak makanan kesukaannya. Meira memang senang memasak, ia tak suka melihat hal-hal yang berantakan. Karena Meira memang anaknya rapi.
Tommy dirumah Meira sudah seperti rumah sendiri. Mama Meira yang welcome dengan kehadirannya.
Senang mencomoti buah di atas meja makan. Inilah waktu istirahatnya, kalo sudah pulang ke kantor. Mana bisa istirahat lagi.
Makanya Tommy suka menemani Meira kerumah Mama. Kalo gadis itu tak ingin, biasanya Tommy yang akan memaksa dengan alasan "Lo sebagai anak harus ngunjungi Mama lo. Jadi ayo kerumah Mama lo, kapan lagi."
Begitulah yang dikatakan Tommy.
Meira memotong wortel tak lupa memakai celemek agar seragam sekolahnya tidak kotor.
"Gimana kamu dirumah?" tanya Mama.
"Baik aja kok. Sejauh ini nggak ada masalah sama Mas Reyhan."
"Kalo ada masalah apa-apa. Coba bicara baik-baik. Syukur lah kalo nggak ada masalah, Mama jadi tenang."
"Mas Reyhan masih lancar ngirimin uang?"
"Masih kok, malahan suka di lebihin ngirimnya. Semenjak Glendi ada ATM sendiri. Reyhan diam-diam ngirimin Glendi. Jangan dibiasakan bilang Reyhan. Mama nggak enak."
"Nanti aku ngomong sama Mas Reyhan, Ma."
"Masukin dulu wortelnya," titah Mama saat airnya sudah mendidih.
Setelah memotong wortel. Meira lanjut memotong dadu ayam. Ia suka makan ayam kecil-kecil begini, terus dikasi tepung dan digoreng. Rasanya akan jauh lebih enak jika di colek pakai saos.
Lama mereka masak. Akhirnya makanan pun di hidangkan bertepatan dengan Glendi yang baru pulang.
"Glen makan sini," ajak Tommy yang sudah makan dulu.
"Sebenarnya Bang Tommy ini sekretaris Mas Reyhan atau anaknya Mama sih," sungut Glendi kesal.
"Bersyukur kalo kamu punya Abang tampan kayak gini."
"Tampanan juga Glendi kemana-mana. Cewek aja banyak ngantri."
"Eh anak SMP udah mau pacaran aja! Sunat dulu," ketus Tommy.
"Sudah-sudah ini meja makan. Ayo makan," lerai Mama.
Tommy dan Glendi jika sudah bertemu akan seperti tom and jerry. Pertengkaran mereka terjadi saat di pernikahan Meira dan Reyhan karena keduanya sama-sama ketahuan makan diam-diam.
Tak ingin disalahkan saat tertangkap basah oleh penjaga makanan. Mereka malah saling menuduh hingga peperangan terjadi sampai sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🧭 Wong Deso
udah ku masukin ke daftar favorit
2021-10-25
0