"Modernisasi berarti proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju, di mana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan modernisasi ialah proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern."
Saat ini di kelas Meira jam pelajaran berlangsung. Pelajaran sosiologi itu sedikit mudah dan sulit baginya. Jam pertama tadi sudah ulangan harian.
Bu Gita menjelaskan materi Modernisasi dan Globalisasi.
Anak kelas yang mendengar penjelasan tidak begitu banyak. Kebanyakan mereka bergurau diam-diam, tidur, coret-coret buku, dan membaca novel diam-diam.
Mencoret buku paketnya dengan stabilo di bagian penting agar Meira tak lupa.
"Mei," panggil Tasya yang duduk di sebelahnya.
Meira duduk di bangku nomor tiga barisan kedua bersama Tasya dan temannya Arnetta duduk didepan keduanya.
"Apa?" dengan malas Meira menoleh.
"Lo udah isi?"
Meira langsung menatap tajam Tasya. Yakali dia masih sekolah udah isi aja, otak temannya ini memang agak dewasa.
"Ngaco lo!" maki Meira.
"Ish lo benar-benar nyiksa Pak Reyhan ya. Kasihan tau dia nahan ***** nya."
"Mau gue jahit tuh mulut!" ancam Meira pada Tasya.
Bel istirahat pun berbunyi. Meira membereskan buku-bukunya di atas meja. Ia akan pergi ke kantin bersama kedua temannya ini.
"Meira," sapa Arnetta.
"Hm."
"Kantin yuk," ajak Arnetta.
"Bentar."
Ketiganya beranjak dari kursi menuju ke kantin. Ramai dengan anak kelas lain juga. Meira mengambil jurusan IPS, ia kurang suka dihadapi dengan rumus-rumus MIPA.
Di sepenjang koridor menuju ke kantin. Mereka saling bercanda dan bergurau. Kadang juga Tasya akan membahas orang korea lagi, idol nya itu. Kalo Meira kurang suka sih, kalo drama korea juga kurang. Kecuali drama thailand baru ia suka.
"Biar gue pesanin makanan, kalian cari tempat duduk," tutur Arnetta.
Mereka berdua pun mencari tempat duduk di kantin ini. Hanya satu tempat duduk yang tersisa, berada di pojok kantin.
Tak lama Arnetta datang dengan membawa nampan dibantu sama pemilik salah satu stand minuman.
"Terimakasih, Mbak," ucap Meira saat Mbak kantin membantu membawakan minuman.
"Sama-sama."
Di depan pintu kantin. Berdiri 2 remaja laki-laki yang sedang mencari meja kosong untuk ia duduki.
"Yah penuh, Son," ucap Dio.
"Noh disana masih muat," tunjuk Jason pada meja Meira dan kedua temannya itu.
"Wih nyari kesempatan dalam kesempitan nih," ledek Dio dengan senyuman mengintimidasi Jason.
Jason menyukai Meira dari masuk SMA hingga sekarang. Sudah berkali-kali mengungkapkan perasaannya namun ditolak dengan alasan bahwa Meira tak ingin memiliki pacar.
Kedua remaja itu menghampiri meja Meira dengan santai dan sudah memesan makanan tentunya.
"Boleh duduk disini, meja udah penuh," kata Jason.
"Oh duduk aja," jawab Tasya.
Meira tampak diam menikmati baksonya. Ia duduk bersama Arnetta dan Tasya duduk di sebrang sendiri.
Jason dan Dio duduk di sebelah Tasya. Dengan sengaja Jason menyuruh Tasya untuk geser agar ia berhadapan dengan Meira.
"Makan, Mei," seru Jason basa-basi.
"Iya makan. Lo?" balas Meira memandangi lelaki itu.
"Lagi nunggu pesanan. Oh iya tamat ini mau lanjut kemana?"
"Universitas Dewangga."
"Sama dong gue rencana nya mau kesitu juga."
"Lah Son. Bukannya lo mau ke Universitas Pradipta ya?" celetuk Dio.
Jason melemparkan tatapan tajamnya pada Dio yang tak mengerti sedang basa-basi sekarang. Tasya menahan tawanya.
"Sok-sok-an mau Universitas Dewangga. Noh tutup dulu mulut Dio!" ejek Arnetta.
"Si Dio nggak bisa diajak kompromi!" ketus Tasya menyalahkan Dio.
"Gue salah."
"Gue memang mau ke Universitas Dewangga kok. Kalo nggak keterima ya Universitas Pradipta sih," lanjut Jason.
"Oh," jawab Meira santai.
Tawa Arnetta, Tasya, dan Dio meledak saat Meira hanya ber oh ria saja dan Jason kehabisan topik pembicaraan saat ini.
Meira memang tipe yang biasa saja. Ia akan sayang sama satu lelaki saja sampai kapanpun dan itu suaminya karena perasaan cinta sudah mulai tumbuh selama tiga bulan bersama.
Meira akan cinta dan sayang sama satu lelaki saja, dan kesetiaannya tidak diragukan lagi. Tidak tau bagaimana hancur hatinya jika dikhianati.
Bakso dan minuman Dio dan Jason pun datang. Mereka segera melahap habis bakso itu sebelum bel masuk berbunyi.
Meira membalas pesan dari suaminya dengan senyuman kecil.
Husband : Makan yang banyak aku nggak mau istri aku nggak bahagia
Me : Udah makan tadi. Kamu?
Husband : Lagi makan sama Tom
Me : Gimana rapatnya?
Husband : Lancar, eh bentar ada klien aku datang nih. Nanti dirumah aja ya ngomongnya. Bye ❣️
Me : ❣️
"Kenapa Mei senyum-senyum?" tanya Jason.
"Lagi baca artikel," bohong Meira dan berdiri. "Gue duluan," pamitnya dan pergi.
Tasya dan Arnetta mengerutkan keningnya heran. "Artikel punya humor juga kah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments