Naksir

Keesokan harinya, Yuci sengaja mengantar Hanry. Dia ingin bertemu dengan Rui lagi.

"Kak, kenapa Kakak begitu ngotot ingin mengantarku?" tanya Hanry.

"Nanti kamu bertinju lagi." jawab Yuci.

"Tidak Kak, biarkan aku naik motor sendiri besok pagi. Aku tidak mau kelihatan seperti anak manja." ujar Hanry.

"Biarkan saja, kamu memang anak manja." jawab Yuci.

Beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sudah sampai. Hanry keluar dengan wajah cemberut, karena takut diledekin oleh teman-temannya.

"Belajar yang benar, ayo Kakak antar ke kelas." tawar Yuci.

"Untuk apa Kak, aku malu dengan Pak Rui." jawab Hanry.

"Oh, jadi hari ini kamu ada kelas dengannya. Baiklah, Kakak akan ikut mengawasi." ucap Yuci.

"Kak, please jangan mempermalukan aku." Hanry memohon, sambil merengek-rengek.

"Pokoknya Kakak tidak mau tahu, bakalan tetap mengawasi kamu." ujar Yuci memaksa.

"Kakak keras kepala banget sih, lebih baik ke kantor saja." jawab Hanry.

"Memangnya siapa kamu, berani-beraninya memerintah ku." Yuci mendorong kedua pundaknya, agar berjalan sampai ke kelas.

Sementara Rui, sedang berada di ruangannya. Yuci segera melangkahkan kaki, menuju ke kantor sekolah. Membuka tas, dan mengambil cermin.

"Ternyata aku sudah cantik, saatnya aku menjelajah kantor untuk mencari pemuda itu." Yuci melompat-lompat.

Yuci melihat kantor sekolah yang begitu sepi, terlebih lagi koridor kantor yang tidak ada orang. Dia berpikir semua orang sudah masuk kelas masing-masing. Seketika langkahnya terhenti, tatkala melihat ruangan kurikulum bertuliskan Rui. Ternyata dia juga ketua kurikulum di sekolah ini, pikir Yuci.

Yuci membuka pintu ruangan dengan perlahan, ternyata sedang tidak ada orang. Yuci melihat meja dan kursi, serta buku-buku di atas meja. Yuci tersenyum sendiri, karena merasa jatuh cinta. Tiba-tiba sebuah tirai terbuka, Rui muncul dengan keadaan lagi mengancing baju.

"Kamu, ngapain masuk ruangan tanpa ketuk pintu?" tanyanya, dengan raut wajah tidak suka.

Yuci tersenyum, melihat perut Rui yang tidak tertutup. Seketika pria itu menjadi malu, dan langsung berbalik badan. Tangannya terburu-buru menutup kancing baju, sedangkan Yuci menahan tawa atas tindakannya.

"Aku masuk ke ruangan ini, karena merasa ada daya tarik. Hal itulah, yang membuat diriku lupa mengetuk pintu." jawab Yuci.

Rui segera berbalik badan, hingga posisi mereka kini berhadapan. Rui segera melangkahkan kaki, melewati Yuci yang sedang berdiri. Tangan Rui meraih pintu, lalu membukanya lebar-lebar.

"Bisakah anda pergi sekarang juga." ujarnya datar.

"Hmmm.... bisakah kita mengobrol berdua." Yuci tersenyum, sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah.

"Tidak bisa, anda harus segera keluar. Aku sekarang sedang sibuk, tidak ada waktu." ujar Rui, dengan suara dingin.

”Waw, penolakan yang begitu dahsyat. Sejak kapan, ada pria yang berani menolak ku. Bukan Yuci namanya, bila tidak bisa mendapatkan hatinya.” batin Yuci.

Yuci segera mendekat, dan kedua telapak tangan menyentuh tembok. Dia menghadang pergerakan kepala Rui, agar tidak menghindari tatapannya.

"Kalau kamu tidak ada waktu, aku masih bisa meluangkan waktu menunggu." Yuci tersenyum, sambil mengusap dada Rui.

Rui terlihat salah tingkah, karena baru pertama kali bertemu perempuan aneh. Bahkan dia tidak mau minta maaf, setelah melakukan kesalahan.

"Ternyata, orang sepertimu tidak tahu kata maaf." Rui tersenyum mengejek.

"Maaf, karena telah memasuki ruangan pribadimu." jawab Yuci.

Yuci segera keluar ruangan, setelah sebelumnya tersenyum sambil mengedipkan mata. Rui sedikit kesal, lalu menggelengkan kepalanya.

Beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya Yuci sudah sampai di perusahaan. Dia masih membayangkan perjumpaan dengan Rui tadi.

"Hahha.... dia pasti menjadi salah tingkah." Yuci bertepuk tangan di atas udara.

Pada siang harinya, Hanry sudah pulang. Lonceng sekolah juga berbunyi, memberi tanda bahwa pelajaran telah usai.

"Adikku sayang, kamu mau tidak bila Kakak berbaik hati?" Yuci memberikan penawaran.

"Tentu saja mau Kak, pasti bersyarat." jawab Hanry

Yuci menepuk-nepuk pundak adiknya, sambil tersenyum. "Tentu saja, cepat mendekatlah."

Hanry mendekatkan dirinya, lalu Yuci berbisik. "Tolong cari tahu, seperti apa perempuan idaman Pak Rui."

"Untuk apa Kakak ingin tahu?" tanya Hanry penasaran.

"Jangan banyak bertanya, intinya laksanakan saja." jawab Yuci.

"Oke Kakak, aku paham." ujar Hanry, sambil mengacungkan dua jempolnya.

"Bagus, itu baru remaja jenius." puji Yuci.

Terpopuler

Comments

Nur Kurniasih

Nur Kurniasih

nyimak dulu

2022-05-28

0

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

nyimak ☺️

hai yuci... urat malumu putus ya 😆 😆🤣🤣🤣🤭🤐

2022-01-08

1

Naswan Budi

Naswan Budi

Yuci gak punya malu

2021-12-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!