Masih satu komplek, tak jauh dari kediaman Patma. Hanya terhalang dua rumah, di situ tempat tinggal Wina, janda beranak dua, yaitu Hasby Nugraha dan Rafa Giovany.
Di balik tirai jendela, Wina memperhatikan Patma yang membuat kerusuhan di pagi hari.
"Anak sama Ibu sama saja, sama sama tukang rusuh!" rutuknya sambil menutup tirai jendeka lagi, lalu beranjak pergi menuju ruang makan.
"Mom!" seru Rafa yang tengah menikmati sarapan pagi bersama Hasby.
"Ada apa sayang?" tanya Wina lalu duduk di kursi memperhatikan kedua putranya.
"Mom, abang...?" Rafa tidak melanjutkan ucapannya karena tangan Hasby membekap mulut Rafa.
"Heh! kenapa kau kasar sama adikmu srndiri!" bentak Wina melotot ke arah Hasby.
"Bercanda Mom, habisnya suka ngadu," jawab Hasby melirik ke arah Rafa.
Rafa memajukan bibirnya mendapatkan lirikan tajam abangnya. "Kalau tidak mau di aduin, abang harus beri aku uang tutup mulut."
"Kau! kecil kecil sudah pintar malak!" umpat Hasby dengan nada kesal.
"Kau berani bentak adikmu!" timpal Wina menggebrak meja membuat Hasby nyalinya menciut.
"Bercanda mom!" sahut Hasby menundukkan kepalanya.
"Bohong mom! tadi abang mau ketemuan sama Sela, anak pak Lurah komplek ini." Adu Rafa.
"Apa!" seru Wina melotot ke arah Hasby. Lalu berdiri menghampiri Hasby yang terllihat pasrah.
"Rafa bohong mom, mana mungkin aku jalan dengan cewek yang tidak kau sukai," bela Hasby membela dirinya sendiri.
"Dengarkan aku baik baik," ucap Wina tangannya terulur menarik kuping Hasby. "Aku tidak mau punya menantu seperti si Sela, yang cuma bisa bersolek, belanja, ngabisin uang. Kau paham!"
"I, iya mom..sakit tau!" erang Hasby kupingnya terasa panas.
"Iya, iya doang! awas kalau berani jalan dengan cewek matre itu!" ancam Wina lalu kembali duduk.
"Huh!" Hasby melirik tajam ke arah Rafa karena selalu mengadu apapun yang Hasby lakukan, namun terlepas itu ia sangat menyayangi adiknya yang manja itu.
"We!" Rafa menjulurkan lidahnya. "Siapa suruh tidak mau kasih uang tutup mulut."
"Sudah jangan ribut, habiskan sarapan kalian. Kau Hasby, antarkan kotak makanan ke rumah Tante Mirna." Perintah Wina.
"Mom, momy bisa minta tolong mang Udin atau mbok!" tolak Hasby karena enggan bertemu dengan Risfa, putri dari Tante Mirna.
"Hasby!" bentak Wina melotot ke arah Hasby.
Hasby menarik napas panjang, "baiklah Mom."
"Wee, sukurin nanti ketemu kakak Risfa." Ejek Rafa membuat Hasby semakin kesal.
"Rafa, jangan gangguin abangmu. Cepat mandi kita pergi belanja." Perintah Wina.
"Oke Mom!"
Rafa beranjak dari kursi lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan di ikuti Wina. Sementara Hasby menyelesaikan sarapannya. Setelah itu ia bersiap siap mengantarkan kotak makanan ke rumah tante Mirna.
Hasby memilih jalan santai, karena rumah tante Mirna tidak jauh dari rumahnya. Namun di tengah perjalanan ia berpas pas-an dengan Reyhan yang tengah duduk di pos security.
"Ga, lo mau kemana?!" sapa Reyhan, beranjak dari dudukny menghampiri Hasby yang menenteng kotak makanan. Meski Hasby di kantor atasannya. Tetapi kalau di luar rumah, mereka adalah sahabat sejak kecil.
"Wah kebetulan sekali, gue di suruh anterin kotak makanan ke rumah tante Mirna. Lo bisa bantuin gue?"
"Hahaha lo pasti takut ketemu Risfa bukan? cemen lo!" ledek Reyhan, memukul pelan bahu Hasby.
"Gue gak takut, lo tau sendiri. Risfa kalau di deketin gue malah dia yang ketakutan kaya liat hantu aja. Males gue," jawab Hasby, merangkul bahu Reyhan lalu mereka melangkah bersama menuju rumah tante Mirna.
Namun sebelum mereka sampai di rumah tante Mirna, di ujung jalan terlihat seorang gadis rambutnya di kepang dua, berdiri menatap mereka berdua.
Reyhan menarik mundur tangan Hasby ke belakang. "Nur?" ucap Reyhan pelan.
"Lo liat Nur sudah kaya melihat hantu saja, udahlah abaikan saja dia," Hasby melangkah lebih dulu, lalu di ikuti oleh Reyhan.
Namun baru saja dua langkah, Nur berlari menghampiri mereka berdua sambil berteriak.
"Kakak Reeeyyyy!!!"
"Cilaka bos! lari!!!" seru Rey menarik tangan Hasby ke belakang.
Hasby yang terkejut, tersandung kakinya sendiri lalu jatuh menimpa tubuh Rey, kotak makanan terjatuh dan isi kotak makanan itu berantakan ke jalan.
Rey mendorong tubuh Hasby lalu bangkit menarik tangan Hasby supaya berdiri, dan menyeret paksa untuk ikut berlari.
"Sialan lo, gara gara lo kotak makananku tumpah!" rutuk Hasby ikut berlari.
"Gampang bos, nanti aku ganti," jawab Reyhan terus berlari, napasny terengah engah.
Hasby menengok ke belakang, tidak terlihat Nur mengejar Reyhan lagi. Lalu ia menarik tangan Reyhan supaya berhenti.
"Stop! Nur sudah tidak ada!" seru Hsby.
Rey menghentikan larinya, menoleh ke belakang. Apa yang di katakn Hasby benar, Nur sudah tidak mengejarnya lagi.
"Hahhh, syukurlah," ucap Reyhan mengusap dadanya.
"Bagaimana ini? Mom gue bisa marah kalau kotak makanannya tidak sampai ke tangan tante Mirna!"
"Tenang bos, kita balik lagi ke tempat tadi. Bagimana kalau kita pungut lagi makanannya?" usul Rey.
"Gila lo ya, makanan itu sudah kotor!" rutuk Hasby kesal.
"Dari pada kena marah Momy lo yang sadis itu, lo pilih mana?" tanya Reyhan.
Hasby terdiam sesaat, "lo benar juga, lagi pula Tante Mirna gak bakalan tahu, kemon!" Hasby melangkahkan kaki mendahului Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
dasar si rey...makann udah jatuh di ambil lg
2023-04-13
0
Yuli Eka Puji R
komplek ga ada lurahnya thor adanya rt rw, mungkin itu anak pak lurah yg tinggal di komplek itu
2023-03-06
0
Yuli Eka Puji R
kok kasar bener ya
2023-03-06
0