Hawa dingin berhembus dari ruangan bawah tanah itu. Bulu kuduk Alina tiba - tiba berdiri. Bergegas dia tutup kembali pintu itu dan meninggalkan ruangan itu. Tak lupa Alina kembali mengunci pintunya.
" Kenapa aku jadi merinding ya,?" Alina mengusap tengkuknya yang terasa dingin.
Alina pun berjalan keluar rumah, memilih duduk di beranda.
" Aku bosan ,!" teriak Alina.
Alina memandangi pekarangan rumah eyangnya. Banyak berbagai jenis bunga ditanam Eyang di dalam pot maupun langsung di tanah.
Matahari cukup terik membuat Alina tambah malas melakukan apa pun.
Tak lama Alina melihat eyangnya datang. Wanita itu membawa sebuah bakul yang di dalamnya ada buah mangga. Air liur Alina langsung menetes melihat buah mangga yang tampak ranum itu.
" Eyang aku mau," ujar Alina.
" Ini untuk dijual," jawab eyang. Alina mendengus kesal.
" Satu saja eyang, " ujar Alina memohon.
" Ambil sana ke batangnya, masih banyak. Ini mau di bawa ke pasar besok pagi." jawab eyang.
" Dimana pohonya,? " tanya Alina berbinar. Kalau ambil langsung ke batangnya tentu dia bisa makan lebih dari satu.
" Di kebun, ikuti saja jalan ini. Nanti ada jalan kecil di sebelah kiri, kau berbelok ke sana. Tak jauh dari situ nanti kau lihat pohon mangga di tepi ladang ubi. Pamanmu juga sedang di sana." Jelas eyang.
Tanpa membuang waktu Alina pun langsung tancap gas menuju pohon mangga.
" Ngapain kau kesini,?" tanya Haikal melihat Alina sedang memandangi pohon mangga di depannya.
" Mana yang katanya banyak itu, hanya tinggal mangga muda saja," dengus Alina.
" Oh, kau mau mangga itu, tu ada yang masak, lihat dalam gubuk kecil itu,"tunjuk Haikal pada sebuah gubuk kecil tak jauh dari mereka berdiri.
Alina pun melangkah ke gubuk itu, benar saja ada dua buah mangga yang sudah matang.
" Paman, apa kau punya pisau,?" teriak Alina dari dalam gubuk itu.
" Cari saja disana," jawab Haikal.
Perut Alina sudah kenyang memakan dua buah mangga. Dia pun keluar dari gubuk, tapi Alina belum merasa puas. Sekarang dia malah ingin memakan mangga muda, sepertinya akan enak kalau dibuat rujak.
Tanpa pikir panjang Alina pun memanjat pohon mangga itu. Saat dia duduk di salah satu dahan pohon itu Alina merasakan ponselnya bergetar. Alina mencari posisi aman, lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
" Wah, ternyata sinyal sangat bagus di atas sini," ujarnya senang.
Alina jadi melupakan niatnya untuk memetik mangga muda. Dia malah sibuk berselancar di dunia maya. Wajah Alina tiba - tiba sendu saat membaca banyak komentar para pembacanya yang menunggu kelanjutan novelnya.
" Turunlah, sudah hampir satu jam kau di atas sana," teriak Haikal dari bawah.
Alina pun memasukan ponsel itu ke dalam saku celananya. Dia pun turun dari pohon mangga.
"Mana mangga yang kau ambil itu," tanya Haikal.
" Tidak jadi, aku mau pulang dulu," ujar Alina lesu.
Alina pun kembali pulang ke rumah, perasaannya jadi bertambah galau. Masa hukumannya masih lama. Tidak mungkin dia menunda melanjutkan novelnya sampai dia pulang dari kampung.
Seharusnya saat akan kesini, dia juga membawa kabur komputernya. Tapi itu adalah misi tersulit, ibunya pasti tidak mengizinkan.
Kalau saja dia bisa menulis dimana saja mungkin dia tak akan pusing. Entah kenapa Alina tak bisa menulis selain di komputernya. Dia pernah mencoba menulis menggunakan laptop tapi ujung - ujungnya dia malah mandek.
Sudah tiga hari Alina di rumah Eyangnya. Hari - harinya tetap membosankan. Setiap hari Alina hanya nongkrong di atas pohon mangga untuk mencari jaringan. Itu pun tak bisa berlama - lama paling hanya satu jam sehari.
Siang ini Alina sudah mencapai puncak rasa bosannya. Tiba - tiba dia ingat dengan ruang bawah tanah yang dilihatnya tempo hari. Alina jadi penasaran, lalu dia mencoba mencari tau apa yang ada di dalam sana.
" Mau apa kau,?" tanya Eyang saat melihat Alina membuka pintu.
" Oh, aku bosan, aku akan membersihkan gudang ini," ujar Alina.
" Jangan sampai merusak apa pun, berhati - hatilah, semua itu barang antik peninggalan kakek buyut mu," ujar Eyang.
" Siap bos,"
Alina pun masuk ke dalam ruangan itu. Dia mulai membersihkan debu - debu yang melekat pada barang antik itu.
Alina terus menatap pintu kecil yang ada di sudut ruangan itu. Sebenarnya dia penasaran apa yang ada di dalam sana.
" Bagaimana kalau di dalam itu ada emas atau permata,?" gumamnya.
" Bisa kaya mendadak aku," Khayal Alina.
Dengan langkah ragu Alina mendekat ke arah pintu lalu membukanya. Angin dingin berhembus dari bawah sana.
Alina kembali ragu, bagaimana kalau dia malah menemukan hal aneh. Pikirannya mulai berfantasi. Tapi rasa penasaran itu sangat mengganggunya.
Alina mengganjal pintu itu dengan benda berat. Dia takut nanti pintu itu tertutup oleh angin saat dia berada di bawah sana.
Perlahan Alina mulai menapakan kaki nya di anak tangga. Berbekal hanya penerangan dari senter ponselnya Alina memberanikan diri untuk terus turun. Semakin dekat langkahnya dengan dasar ruangan itu semakin kencang debar jantungnya. Alina melihat sebuah tongkat lalu dia mengambilnya untuk berjaga - jaga.
Saat sudah sampai di bawah sana, Alina mengangkat tinggi ponselnya. Untuk melihat seluruh isi ruangan yang ternyata tak terlalu besar itu.
" Sepertinya aku terlalu berlebihan membayangkannya," ujarnya.
Hanya ada beberapa barang yang tampak sudah rusak memenuhi ruangan itu. Tak ada emas ataupun permata, hanya barang rongsokan yang tak terpakai.
Namun Alina melihat sebuah benda yang ditutupi oleh kain. Alina menelan kasar ludahnya, dan memantapkan hatinya sebelum tongkat yang dia pegang menyibak kain penutup.
Saat kain penutup itu jatuh menyentuh lantai. Mata Alina terbelalak melihat benda yang dia lihat. Sebuah benda yang sangat dibutuhkannya yaitu komputer. Tapi ada yang aneh komputer itu sangat jadul seperti komputer keluaran pertama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
5.13.13.1
saling bantu ya, follow me back ya,,,
2021-11-28
0
Oga
dah mampir ni thor 😁
2021-11-08
1
Dara131
aku suka crita nya thor👍👍👍 semngat buat nulis y thor... 💪🔥🔥
2021-11-01
1