Alina duduk tertunduk di depan meja kerja seorang polisi yang mengintrogasinya. Dia terus meremas jari - jari tangannya. Kakinya tak henti bergoyang, sehingga polisi di depannya itu menjadi sebal karena suara tapak sendalnya yang menyentuh lantai.
" Bagaimana kejadiannya,?" ujar Polisi itu sambil menatap komputer di depannya.
" Hem,, saat saya keluar dari gedung itu saya melihat seorang pria bertopi menghidupkan motor saya, saat saya panggil dia langsung kabur dengan motor saya," ujar Alina terisak.
" Apa kau tak mengunci stangnya,?" tanya polisi itu.
" Aku meninggalkan kunci motornya di sana,"! tangis Alina semakin pecah.
Polisi itu mendesah panjang. Sebelum meneruskan memproses laporan kehilangan Alina.
" Tentu saja motornya hilang, dasar ceroboh," gumam polisi itu.
" Pak, tolong temukan motor saya pak, saya bisa di kirim ibu saya ke luar angkasa kalau dia tau motor itu hilang," rengek Alina.
" Iya, tapi kami butuh waktu, karena tempat kau memarkir motormu di luar jangkauan CCTV"
" Tolonglah pak, saya mohon, motor saya itu bewarna ungu, flatnya BZ 3311 M1," ujar Alina mengiba sambil terus menangis.
" Adek tenang dulu, kalau begini saya tidak bisa konsentrasi," desis polisi itu.
Sementara itu di restoran ayam keluarganya..
" Kenapa dia belum balik,? Padahal jaraknya dekat, dasar anak nakal itu, aarggh, lama - lama bisa mati mendadak aku," gerutu ibu Alina.
" Mungkin sedang di jalan, sabar bu, " Ayah Alina berusaha menenangkan istrinya yang mengamuk.
" Coba telepon orang yang memesan ayam tadi, jangan - jangan dia memakan ayamnya dan tak mengantarnya," ujar Ibu Alina.
Ayah Alina pun menelepon orang yang memesan Ayam yang di antar Alina.
" Halo, apa ayamnya sudah sampai,?" tanya Ayah Alina ketika panggilan itu tersambung.
" ___"
" Bukan dia anak saya, kenapa? "
" ___"
" Apa?" pekik Ayah Alina .
Ibu Alina yang baru balik mengantar pesanan pelanggannya ke meja menatap curiga suaminya yang tiba - tiba panik.
" Kenapa,?" ujarnya seraya meletakkan nampan di atas meja dapur.
" Anu bu, hemmm" jawab Ayah Alina ragu.
Dengan cepat ibu Alina merampas gagang telepon yang di pegang suaminya itu.
" Apa ayamnya belum sampai,?" tanya ibu Alina pada orang di seberang sana.
" ___"
" Apa?????.
Dengan nafas tersengal ibu Alina menghempaskan gagang telepon itu pada tempatnya.
" Sa..sabar bu, " Ayah Alina terbata.
" Cepat kita ke kantor polisi," ujarnya seraya melepaskan apronnya. Ayah Alina menurut saja, bibirnya tak mampu berucap lagi melihat istrinya sudah berubah menjadi singa betina kelaparan. Takut nanti dia malah jadi mangsa sang istri.
Kembali ke kantor polisi.
" Pak, saya tak mau pulang sebelum motor itu di temukan,!" ancam Alina.
" Kalau sampai setahun motor itu belum di temukan apa kau akan tetap di sini,?" ujar polisi itu kesal, karena sudah berulang kali dia menyuruh Alina untuk pulang dulu.
" Pak.." ujar Alina lemes.
" Kami akan kabari kalau ada informasi, jadi.."
perkataan polisi itu terpotong saat seorang wanita paruh baya masuk dengan meneriakkan nama Alina sangat keras .
" Alinaaaaaa, kau... akan aku bunuh," suara ibu Alina menggema di ruangan itu.
Alina langsung menegang seketika, tenggorokannya tercekat, Alina hanya mampu menunduk tanpa mau menoleh.
" Kauuu," bentak ibunya. Lalu wanita itu celingukan mencari sesuatu. Matanya tertuju pada sebuah buku tebal di atas meja polisi itu mengambilnya dan memukulnya tanpa henti ke tubuh Alina.
" Ampun bu," teriak Alina kesakitan.
" Dosa apa aku di masa lalu, sehingga melahirkan anak sepertimu," omel ibu Alina.
Ayah Alina berusaha menenangkan amukan sang istri begitu juga dengan beberapa aparat polisi mereka menjauhkan Alina dari amukan ibunya itu.
" Kemari kau, akan aku bunuh," teriak ibu Alina meronta dari cekallan sang ayah.
" Maaf ibu, maaf..maaf" ujar Alina.
" Apa kau bilang, maaf,? Aku akan memaafkan mu jika kau sudah mati di tanganku," marah ibu Alina.
" Sabar bu kami sedang mencari pencuri motor anak ibu ini, mohon jangan membuat kegaduhan di sini," suara bariton seorang aparat polisi berhasil menenangkan ibu Alina.
Setelah laporan motor hilang itu selesai di proses, mereka pun pulang. Alina terpaksa duduk di belakang mobil pick up yang di bawa ayahnya. Kalau di depan dia takut sampai di rumah dia akan jadi mayat.
" Cepat kemassi barang mu,!" titah sang ibu saat mereka turun dari mobil.
"Hah," Alina mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk.
" Apa kau mengusir anak kita,?" tanya sang Ayah merasa kasihan dengan putri semata wayangnya itu.
" Aku akan kirim di ke rumah eyang nya, itu hukuman yang paling kejam untuknya" ujar sang ibu.
Mendengar itu Alina langsung tersentak, bergegas dia menyusul langkah ibunya.
" Tidak ibu, aku tidak mau ke rumah eyang. Aku akan ganti motor yang yang hilang itu tapi please bu, jangan kirim aku ke rumah eyang," rengek Alina sambil memegangi kaki ibunya.
" Minggir lah, " dengan sekali gerakan pegangan Alina lepas dari kaki ibunya. Ibu pun kembali melangkah masuk ke dalam restoran mereka.
" Ayah,?" Alina beralih ke ayahnya berharap dapat pembelaan. Tapi sang Ayah hanya menggelengkan kepalanya.
Ibu Alina itu adalah Ratu di keluarga mereka, tak ada yang berani membantah titah sang Ratu meskipun Ayahnya sendiri.
" Cepat kemasi barang mu," ujar ayah Alina seraya mengelus kepala putrinya, kemudian ayahnya menyusul ibu masuk ke dalam restoran.
" Tidaaaaakkk," teriak Alina sambil menangis.
Kenapa mengirim Alina ke tempat eyang yang tak lain ibu dari ayahnya itu menjadi hukuman terkejam bagi Alina? Itu karena rumah eyangnya ada di sebuah desa kecil yang jauh dari ibu kota. Tempat terisolir yang masih jauh dari perkembangan teknologi. Yang bisa membuat Alina gila berada di sana adalah, tidak stabilnya jaringan internet. Bagaimana dia akan berselancar di dunia Maya yang merupakan ujung tombak kehidupannya.
...----------------...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
5.13.13.1
semangat ya,,,👍👍👍
2021-11-28
0
Puji Rahayu
semangt thor saling mendukung 😍
2021-10-24
1
Krisna New
alina sabar yaaa..ini ujian
2021-10-14
1