part 5

Hari demi hari kulalui bersama Kak Bim penuh dengan keceriaan & kasih sayang. Ia begitu penyayang. Bagaimana tidak, dia selalu memberikan apapun untukku di setiap Minggu. Membayarkanku main dan mentraktirku makan. Aku menyangka, ia adalah jodohku. Tak terasa, hubungan kami sudah 4 bulan lamanya.

.

Ponselku berbunyi, tanda panggilan masuk. Ya, seusai belajar pukul 20.30 WIB, Kak Bim selalu menelefonku sampai pukul 21.00 WIB. Tapi, percakapan malam itu lebih singkat tak seperti biasanya.

.

"Assalaamu'alaikum, Dek," salam Kak Bim di seberang sana.

Tumben Kak Bim tidak memanggilku "sayang" seperti biasanya.

"Wa'alaikumussalaam, Kak," jawabku.

"Sayang, udah selesai belajarnya?" tanyanya. Panggilan itu, sudah kembali lagi.

"Udah, Kak."

Kak Bim menghela nafas panjang.

"Sayang, mmm 2 bulan lagi 'kan Ulangan Akhir Semester. Dan itu juga menentukan kelulusan. Jadi, Kakak ingin belajar serius. Untuk sementara waktu, bolehkah kita tidak terlalu dekat seperti biasanya? Maksudku, kita tetap jaga komunikasi dengan SMS. Tapi, untuk menemani ke kantin dan mengantarkanmu pulang, sepertinya Kakak tidak bisa. Bukan apa-apa, hanya saja..Kakak ingin lebih sering ke Perpus dan jam pulang kita beda karena ada les. Mungkin, kencan hari Minggu, Kakak masih bisa. Kuharap, kamu mengerti ya, sayang," jelas Kak Bim.

"Mmm.. Iya Kak. Annisa juga ingin lebih serius belajar," jawabku singkat.

"Ya sudah Dek, Kakak mau lanjut belajar dulu. Kamu segera tidur ya. Aku sayang kamu," ucap Kak Bim yang tiba-tiba menutup telefon.

"Iya Kak. Annisa juga sayang Kak Bim," ucapku.

"Assalaamu'alaikum Dek."

"Wa'alaikumussalaam."

.

Mengapa Kakak jadi aneh seperti ini???

Dan benar saja, Kak Bim terlihat selalu di Perpus saat aku berjalan ke Kantin. Aku, jadi merasa kesepian. Tidak ada lagi telefon setiap malam. Aku seperti pacaran dengan tulisan. Bagaimana tidak? Komunikasi hanya sebatas SMS an. Memang sih, selalu ketemu di hari Minggu. Namun, percakapannya garing tak seperti biasanya. Juga tak ada lagi ku ditraktir makan berdua. Peristiwa itu berlangsung selama 2 Minggu yang akhirnya membuatku gerah. Sehingga, aku jadi jarang SMS an sama dia. Dan aku menolak untuk diajak kencan di Minggu ketiga.

.

"Paman, aku ingin menenangkan diri dulu ke taman kota. Aku mohon, jangan ada mata-mata ya, Paman. Kak Bim sudah jarang ketemu koq denganku," ujarku pagi itu, meminta izin.

.

***

Di sekeliling taman kota, aku hanya berjalan pelan. Hatiku berkecamuk. Orang yang kusayangi tak pernah memerhatikanku. Anggapanku salah, yang terlalu yakin dengannya. Mungkin, aku bukan jodohnya. Hatiku teriris. Aku jadi teringat sebuah kalimat di buku Motivasi Islami, "Mengapa menjalin cinta sebelum menikah hanya akan membuat sakit hati?"

.

Tiba-tiba, aku melihat sosok yang sangat kukenal, sedang duduk di taman tempatku jadian. Kak Bim? Bukankah dia bilang mau belajar di rumah?

.

"Kak Bim? Mengapa Kak Bim disini? Katanya mau belajar.. Kakak bohong, ya?" tanyaku heran.

"Maafkan aku, Dek," ujarnya sambil menunduk malu.

"Ada apa dengan Kakak? Mengapa selama ini Kak Bim selalu tak pernah memperhatikanku?" ujarku mulai terisak.

"Entah, Dek. Kakak merasa, kita bukan jodoh. Kita seperti dulu saja ya, jadi teman?" tanyanya yang membuatku berlinang air mata.

"Maksud Kakak?" suaraku parau.

"Ya entah, Kakak gak tahu kenapa rasa itu hilang begitu saja."

"Dengan mudahnya Kak Bim bilang seperti itu? Di saat aku sudah berusaha sekuat mungkin menjaga kesetiaan?" tanyaku dengan hati yg berkecamuk.

"Kakak juga setia, Dek. Selama ini tidak ada wanita lain. Namun, kau tahu sendiri. Rasa tidak bisa dipaksakan," jawabnya.

"Kakak tidak ingat perjuangan Kak Bim menembakku?" tanyaku dengan jilbab sudah basah karna air mata.

Kak Bim hanya diam saja. Aku sudah tak tahan lagi menahan sakit ini. Dan...

*Plaaak!

..."Jika tamparan pertama dulu tuk menerima Kakak. Tamparan yang ini untuk mengakhiri hubungan kita. Maafkan semua kesalahanku. Kita PUTUUUS!!!" ucapku memutuskan, dengan ekspresi marah besar....

"Baik, Dek. Aku terima keputusanmu. Aku juga minta maaf atas semua salahku. Maafkan aku yang tidak bisa membahagiakanmu," jawabnya.

Untuk terakhir kalinya, Kak Bim mengantarkanku pulang.

.

Hatiku hancur. ***** makanku hilang. Wajahku selalu murung. Sedih dan kalut.

.

***

Siang hari di sekolah.

"Kamu harus move on, Nis. Semangat!" dukung Meli yang memelukku. Aku tetap saja diam.

"Kamu gak ke kantin?" tanyanya.

"Males ketemu Kak Bim. Udah bawa bekal," jawabku.

"Istirahatnya 'kan 2 jam, Nis. Ada rapat guru mendadak. Kamu mau duduk terus 2 jam gitu?" tanyanya heran.

"Masih banyak soal latihan yang belum kukerjakan, Mel," jawabku.

"Kamu wanita teraneh yang pernah kutemui. Kalo galau itu dengerin musik kek, kumpul bareng teman kek. Nah elu, ngerjain soal!"

"Anggap aja, penyaluran sakit hati yang positif! Tunggu, sejak kapan kamu pake sapaan Lu-Gue?" ucapku sambil mulai memakan bekalku.

"Sejak sekarang haha, udah dulu yaa daaaah!" ucapnya sambil berlalu pergi.

Di kelas, hanya ada aku & Adam.

.

***

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!