part 3

Di motor, kami saling diam sampai di rumahku. Hari-hari sesudahnyapun, Kak Bim selalu bersamaku ketika pulang sekolah. Namun, kami tetap saling diam membisu. Hingga pada suatu hari, aku memberanikan diri bertanya.

.

"Maaf Kak, mengapa 1 minggu ini Kak Bim selalu mengantarkanku pulang? Padahal, aku bisa naik bus sama Meli," tanyaku penasaran.

"Mmm.. Kakak juga gak tahu, kenapa rasanya nyaman gitu boncengin kamu. Seolah Kakak bisa menemukan sosok yang mengusir kesepian Kakak selama ini," ucapnya yang membuat jantungku berdegup kencang.

Susana kembali hening.

"O ya Annisa, besok hari Minggu. Kamuu...ada acara, gak?" tanya Kak Bim memecah keheningan.

"Ga ada, Kak. Gimana emangnya?" tanyaku.

"Mmm boleh gak Kakak ajak kamu main ke taman kota?" tanyanya membuatku kaget.

"Hah! Eh ee.. Iya boleh, tapi Kakak harus minta ijin dulu sama paman dan bibi," jawabku gugup.

"Iya dek," ucapnya.

Wajahku jadi memerah, tersipu malu.

.

Hm, Papa & Mama memang memiliki aturan yang ketat. Namun, tidak dgn paman dan bibi yang aturannya lebih fleksibel. Paman & bibi sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Mereka punya 1 anak laki-laki, namanya Kak Sam. Namun, ia sudah pergi dari rumah tak tau kemana. Lebih tepatnyaa, "minggat". Aku dengar dari paman & bibi bahwa perginya dulu karena dilarang pacaran. Jadi, mereka tidak mau kehilangan aku yang sudah mereka anggap anak mereka sendiri, seperti peristiwa Kak Sam. Aku sendiri tidak pernah akun sosmednya semenjak kepergiannya, sepertinya aku diblokir. Kalau tidak diblokir, mungkin sudah aku tanyakan dia ada dimana.

.

***

Tok-tok-tok!

"Assalaamu'alaikum," seseorg mengetuk pintu.

Aku segera membukanya.

"Wa'alaikumussalaam. Oh, Kak Bim. Sini Kak masuk dulu," jawabku saat mengetahui Kak Bim berdiri di depan pintu.

Namun, Kak Bim hanya mematung memandangiku. Ia melamun.

"Hallo, Kak?" tanyaku sambil melambaikan tangan di depan wajahnya untuk membangunkan lamunannya.

"Eh eeh! Kamu bilang apa tadi?" tanyanya seperti orang linglung.

"Ayo masuk dulu, Kak," jawabku.

Lalu terdengar langkah kaki menghampiri kami, yang tak lain adalah paman dan bibi.

"Kenalin Bi, Paman. Ini Kak Bim, kakak kelasku," ucapku memperkenalkan Kak Bim.

Lalu Kak Bim mencium tangan paman & bibi.

"Salam kenal Om, Tante." ucapnya sambil tersenyum ramah.

"Iya Nak Bim. Ayo masuk?" tawar bibiku.

"Eee tidak usah Tante. Saya mau minta izin mengajak Annisa main ke taman kota, Tante, Om. Apakah boleh?" pinta Kak Bim.

"Iya, boleh. Tapi, tidak mau masuk dulu?" pamanku memberi izin.

"Tidak usah, Om. Kalau Annisa nya udah siap, kami langsung pergi saja," jawab Kak Bim.

"Baiklah, ingat Annisa yang Paman pesankan untuk kamu tadi malam," ucap paman mengingatkan.

"Iya Paman. Assalaamu'alaikum," ucapku sambil mencium tangan mereka berdua.

Ya, tadi malam aku sudah menceritakan semua tentang Kak Bim. Setiap kami makan malam, aku selalu curhat kepada mereka, aku merasa lebih dekat dengan mereka. Karena waktu bertemu kami hanya saat makan malam. Mereka selalu disibukkan dengan pekerjaan mereka sebagai Guru. Tadi malam, paman memberi tahu aku bahwa ada mata-mata teman paman untuk mengawalku. Sehingga jika ada apa-apa, teman pamanku tidak akan segan-segan memukul orang yang menyakitiku.

.

***

Sesampainya di taman, kami duduk di salah satu bangku. Kak Bim tersenyum memandangi wajahku. Akupun jadi malu dan menunduk. Aku memejamkan mata.

Tiba-tiba, tangan gemetar berkeringat memegang tanganku. Aku membuka mata, Kak Bim telah berjongkok di depanku.

.

"Dek, Kakak mau jujur sama kamu," ujarnya gugup.

"Tentang apa, Kak?" tanyaku dengan jantung berdegup kencang. Panas dingin menyelimuti seluruh tubuhku.

"Dengarkan ya, Dek. Jangan potong sebelum Kakak selesai. Jujur, sejak pertama kali kita bertemu sekitar 1 bulan sebelum persiapan Persami, Kakak menyukaimu. Tapi, Kakak itu selalu gugup untuk mengungkapkan perasaan pada wanita. Lihat, ini aja gemetar. Tapi, Kakak beranikan diri menembak kamu. Yaa walaupun resiko ditolak udah ada. Karena, Kakak tahu kamu gak dibolehin pacaran. Kakak tahu semua itu dari Fadil, temen sekelasku, pacarnya Meli. Yang penting Kakak udah lega bisa mengungkapkan ini semua yg udah Kakak rencanain berhari-hari. Kamu gak perlu jawab, karna kamu butuh waktu. Dan untuk sementara, kamu menenangkan diri dulu selama seminggu. Kita gak usah SMS an & pulang sendiri dulu. Minggu depan insyaaAllaah, kita kesini lagi buat mendengar jawabanmu. Annisa, aku sayang kamu," jelas Kak Bim panjang lebar membuatku tak karuan.

Mungkin, wanita lain akan berbunga-bunga jika seperti ini, namun tidak denganku. Aku menunduk dan meneteskan air mata. Rasa perih antara pilihan menerima Kak Bim atau patuh aturan Papa Mama. Sedih, dilema, bimbang, tapi ada sedikit rasa senang. Entahlah.

Kak Bim pun duduk di sampingku. Tanpa sadar, kusandarkan kepalaku di bahu kirinya.

.

***

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!