Embun Pagi

Sepasang mata tajam itu mengerjap, membuka kelopak matanya dengan perlahan. Melirik ke arah jam dinding di kamarnya.

"Sudah pagi ternyata"

Yudha bangun dan bergegas ke kamar mandi untuk bersih bersih dan bersiap ke kantornya. Selesai bersiap siap, Yudha pun pergi ke kamar anaknya. Dia ingin melihat keadaan Safira dengan pengasuh barunya.

Ceklek

Pintu terbuka, Yudha masuk ke dalam kamar Safira yang ternyata sudah kosong. Membuat Yudha mengerutkan keningnya.

"Kemana wanita itu membawa putriku?"

Yudha keluar kamar Safira untuk mencari keberadaan anaknya dan pengasuh barunya.

"Dimana putriku dan pengasuhnya?" Tanya Yudha pada salah satu pelayan di rumahnya

"Di taman belakang, Tuan"

Yudha segera berlari ke taman belakang, dia takut terjadi apa apa dengan putrinya. Takut jika pengasuhnya punya niat tidak baik pada putrinya itu.

Nafas Yudha naik turun melihat apa yang sedang di lakukan pengasuhnya pada putri kesayangan nya. Langkah kaki Yudha semakin cepat dengan amarah memuncak menghampiri anak dan pengasuhnya.

"Apa yang kau lakukan pada anaku?"

Suara Yudha sangat dingin dan penuh penekanan membuat Anista terlonjak kaget. Untung saja tangan nya kuat memegang Safira, jika tidak mungkin balita berusia satu tahun itu akan terjatuh.

Anista menggendong Safira dan berdiri menghadap Tuannya. Nyalinya mulai menciut melihat tatapan tajam dari Yudha.

"Tuan" hanya itu yang mampu keluar dari mulut Anista

"Kau apakan kaki anaku? HAH?" teriaknya penuh emosi

Anista baru mengerti kenapa Tuannya bisa semarah itu pada dia. Menarik nafas dalam dalam lalu menghembuskan nya dengan perlahan.

"Saya hanya mengusapkan air embun di kaki Nona Safira. Dulu waktu saya di kampung ibu ibu yang mempunyai anak yang belum bisa berjalan di usia satu tahun suka mengusapkan air embun pagi pada kaki si anak. Katanya air embun di pagi hari itu bisa menguatkan kaki si anak agar bisa segera menopang tubuhnya dan segera berjalan" jelas Anista

Yudha sampai melongo mendengar penjelasan Anista yang menurutnya tidak masuk akal dan hanya mitos belaka.

Sejak kapan ada penerangan seperti itu. Yudha

"Beneran Tuan, itu yang sering di lakukan ibu ibu di kampung saya kalo anaknya belum bisa berjalan atau telat berjalan" kata Anista seolah bisa membaca isi fikiran Yudha

Yudha mengambil alih Safira dari gendongan Anista "Sudahlah, saya tidak peduli dengan teori kamu yang aneh itu. Pokoknya saya tidak mau kamu melakukan hal ini lagi. Mengusap tanganmu di rumput yang basah air embun lalu mengusapkan kembali ke kaki anak saya. Itu banyak kuman nya, kamu faham!!"

Anista menghela nafas lalu mengantuk "Baik Tuan"

"Teh.. teh.. Nist.." Safira melambaikan tangannya ingin kembali di gendong oleh pengasuhnya

"Ini Daddy Sayang, kamu sama Daddy dulu ya sebelum Daddy berangkat kerja. Cup" Yudha mencium pipi gembul Safira

"Nona Safira ingin bersama saya, Tuan" kata Anista

"Diamlah, kau pergi mandi dan cuci tanganmu dengan bersih. Kau pasti belum mandi'kan?" Kata Yudha

"Kok Tuan bisa tau?" Tanya Anista dengan polosnya

"Kamu bau!" Kata Yudha santai sambil berbalik dan berjalan meninggalkan Anista

"Dasar Tuan gila, enaknya mengataiku bau. Wangi gini, dia tidak tahu jika neng Anis ini bunga desa. Huh" kesal Anista dengan suara tertahan

"Saya mendengarnya!" teriak Yudha yang masih terus berjalan

Anista langsung melotot kaget "Aduh.. kamu teh da kalo ngomong suka asal ceplos Nist.. Dia jadi dengarkan. Hah"

...🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝...

Semenjak ada Anista yang mengasuh putrinya, Yudha mulai bisa tenang dalam bekerja. Dia sudah tidak merasa cemas dan selalu terburu buru untuk pulang saat Safira masih belum ada pengasuhnya.

Siang ini selepas makan siang, Yudha masih duduk santai di ruang VIP di restaurant tempat dia mengadakan meeting dan makan siang bersama client.

"Bagaimana dengan orang yang aku cari?" Tanya Yudha

"Sangat sulit Yudh, mengingat kau sama sekali tidak ingat wajahnya atau apapun yang bisa menjadi petunjuk. Kejadian itu sudah berlalu 4 tahun lamanya. Maka semakin sulit untuk menemukannya" jelas Bima

Yudha mengusap wajah kasar "Selama 4 tahun Bim, selama 4 tahun aku di hantui rasa bersalah. Selama 4 tahun aku selalu menyesal dengan apa yang pernah aku lakukan. Bagaimana keluarganya saat ini? Apa mereka baik baik saja setelah tahu apa yang terjadi"

"Sabar Yudh, semoga saja keluarga dia bisa menerimanya dan bisa memaafkanmu suatu saat nanti jika kalian di pertemukan"

"Semoga Bim, aku sangat berharap bisa di pertemukan langsung dengan dia dan keluarganya. Aku ingin meminta maaf langsung pada mereka karna telah melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan pada anak mereka yang tidak punya salah apapun" kata Yudha penuh dengan keputus asaan.

...🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝...

Anista baru saja keluar dari kamar Safira untuk mengambil minum. Anak asuhnya itu sudah terlelap setelah menghabiskan satu botol susu yang di buatkan nya.

"Mana anaku?"

Suara bariton itu berhasil membuat Anista terlonjak kaget, hampir saja gelas di tangannya terjatuh jika dia tidak memegangnya dengan erat.

Anista menoleh ke arah sumber suara "Tuan baru pulang?"

"Hmm. Dimana anaku?" Pertanyaan yang sama karna Anista belum menjawabnya

"Nona Safira sudah tidur, Tuan"

"Lalu kau mau kemana? Jangan tinggalkan anaku sendiri, kalau terjadi apa apa sama dia. Kau mau tanggung jawab Hah?" Suaranya meninggu juga terdengar sangat dingin

Ya ampun, jelema teh meni gede ambek kitu ath.

(Ya ampun, orang ini pemarah banget si)

"Saya cuma mau ambil minum Tuan, gelas saya kosong. Nanti teh Anis juga bakalan kembali ke kamar nemenin Nona Safira" jelas Anista tersenyum di paksakan

"Sana cepat ambil minumnya, sekalian bikinin saya coklat hangat. Antar ke kamar saya" Setelah berkata seperti itu Yudha langsung berlalu ke kamarnya

Ni orang teh nyebelin pisan (banget).

Anista pun menuju dapur untuk mengambil minum dan melaksanakan perintah dari Tuannya.

Tok tok tok

Anista mengetuk pintu kamar Yudha setelah dia membuatkan minuman yang di minta oleh Tuannya itu.

"Masuk" teriak Yudha

Ceklek

Anista masuk ke dalam kamar yang luasnya hampir 5 kali kamarnya di kampung.

Kamar sultan mah beda ya..

"Ini minumnya Tuan" Anista berjalan mendekat ke arah Yudha yang sedang duduk menyandar di tempat tidurnya.

"Simpan di situ" Yudha mengedikan dagunya ke arah nakas di samping tempat tidurnya.

Anista mengangguk lalu menyimpan segelas coklat hangat di atas nakas. Bertepatan dengan Yudha yang menoleh ke arahnya membuat tatapan mata mereka bertemu dengan tidak sengaja.

Deg Deg Deg

Siapa wanita ini? Kenapa dia bisa membuat jantungku berdebar seperti ini. Yudha

Anista segera mengalihkan pandangannya, dia terlalu gugup saat ini "Saya permisi, Tuan"

Yudha mengerjap kaget karna tanpa sadara dia terus menatap Anista sampai dia kembali merubah ekspresi wajahnya seperti semula.

"Hmm"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Jum Neni

Jum Neni

jgn2 Evan anakx Yudha..

2022-12-12

0

Ilan Irliana

Ilan Irliana

emnk iy sih di kmpung aq jg bgono klo mlm n abis ujn teh pst pg2 cr ci embun buat ke kaki balita...hihi

2022-11-29

0

uyhull01

uyhull01

hahh jan jan yudha mencari anis trus evan ??🤔🤔

2021-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Keluarga Tidak Harmonis
2 Hari Pertama Bekerja
3 Kehidupan Yudha
4 Embun Pagi
5 Bertemu Evan
6 Nasi Goreng Kuning
7 Perasaan Aneh
8 Bertemu Nyonya Besar
9 Hujan
10 Cemas
11 Di balik sikap dingin Yudha
12 Izin Pulang Kampung
13 Pulang Kampung
14 Merindukannya
15 Resmi Bercerai
16 Kembali Bekerja
17 Ketakutan
18 Trauma? 4 tahun lalu?
19 Mencintaimu
20 Panggilan Baru
21 Belum Siap Kecewa
22 Membeli HP baru
23 Pesan
24 Bertemu Eliana
25 Penjelasan
26 Hasna
27 Mulai terungkap
28 Dia adalah anaku
29 Siapa Ayahnya?
30 Kegelapan Di Kamar Hotel
31 Kenyataan Yang Menyakitkan
32 Masa sulit untuk Anista
33 Pertemuan Yudha dan Evan
34 Memperjuangkan Anista
35 Nasihat Bi Nenti
36 Kedatangan Bima
37 Anista hanya miliku, Evan adalah anaku!
38 Panggil Daddy
39 Histeris
40 Kehidupan yang di jalani Anista
41 Fira siapa, Daddy?
42 Bertemu Hasna
43 Nathali
44 Kedatangan Mengejutkan
45 Perdebatan
46 Priaku tidak setegar itu!
47 Dia lebih terluka
48 Menghibur Priaku
49 Makan Malam
50 Mimpi Buruk Yang Kembali Hadir
51 Merestui
52 Pulang Ke Rumah Yudha
53 Pertemuan Hasna dan Anista (Part 1)
54 Pertemuan Hasna dan Anista (Part 2)
55 Perjalanan Ke Kampung Anista
56 Permintaan Sumintar
57 Pernikahan Sederhana
58 Terpuruk
59 Aku Masih Menunggunya
60 Penolakan Bima
61 Keluarga Bahagia
62 Malam Berkesan
63 Resepsi Pernikahan
64 Pengumuman Penerus Keluarga
65 Surat
66 Gara Gara Surat
67 Kelahiran Evan
68 Ulang Tahun Evan
69 Keributan Setelah Pesta
70 Keseleo
71 Cinta Yudha
72 Kecelakaan
73 Kemarahan Sekaligus Penyesalan
74 Bukan Anak Kandungku
75 Mengandung ?!
76 Berontak
77 Nist Salah?!
78 Maafkan Bunda, Nak!
79 Telah kembali
80 Menepati Janji
81 Kenapa Fira Harus Pergi?!
82 Di Kamar Mandi
83 Muntah
84 Kehamilan Anista
85 Psikolog
86 Ruang Kerja
87 Hukuman untuk Eliana
88 Kesal dan Cemburu
89 Bantu Aku?!
90 Obrolan Sepasang Suami Istri
91 Pemeriksaan
92 Belanja
93 Drama Setelah Belanja
94 Menantikan Kelahiran
95 Perjuangan Wanita Hebat
96 Suasana Di Ruang Rawat
97 Cemburu Buta
98 Rencana Liburan Di Kampung Halaman
99 Rumah Baru
100 Cahaya Hidupku
101 Terimakasih !!
102 You Are My Life ( Cerita Hasna dan Bima)
103 Visual
104 Benteng Penghalang Kita
105 Promo
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Keluarga Tidak Harmonis
2
Hari Pertama Bekerja
3
Kehidupan Yudha
4
Embun Pagi
5
Bertemu Evan
6
Nasi Goreng Kuning
7
Perasaan Aneh
8
Bertemu Nyonya Besar
9
Hujan
10
Cemas
11
Di balik sikap dingin Yudha
12
Izin Pulang Kampung
13
Pulang Kampung
14
Merindukannya
15
Resmi Bercerai
16
Kembali Bekerja
17
Ketakutan
18
Trauma? 4 tahun lalu?
19
Mencintaimu
20
Panggilan Baru
21
Belum Siap Kecewa
22
Membeli HP baru
23
Pesan
24
Bertemu Eliana
25
Penjelasan
26
Hasna
27
Mulai terungkap
28
Dia adalah anaku
29
Siapa Ayahnya?
30
Kegelapan Di Kamar Hotel
31
Kenyataan Yang Menyakitkan
32
Masa sulit untuk Anista
33
Pertemuan Yudha dan Evan
34
Memperjuangkan Anista
35
Nasihat Bi Nenti
36
Kedatangan Bima
37
Anista hanya miliku, Evan adalah anaku!
38
Panggil Daddy
39
Histeris
40
Kehidupan yang di jalani Anista
41
Fira siapa, Daddy?
42
Bertemu Hasna
43
Nathali
44
Kedatangan Mengejutkan
45
Perdebatan
46
Priaku tidak setegar itu!
47
Dia lebih terluka
48
Menghibur Priaku
49
Makan Malam
50
Mimpi Buruk Yang Kembali Hadir
51
Merestui
52
Pulang Ke Rumah Yudha
53
Pertemuan Hasna dan Anista (Part 1)
54
Pertemuan Hasna dan Anista (Part 2)
55
Perjalanan Ke Kampung Anista
56
Permintaan Sumintar
57
Pernikahan Sederhana
58
Terpuruk
59
Aku Masih Menunggunya
60
Penolakan Bima
61
Keluarga Bahagia
62
Malam Berkesan
63
Resepsi Pernikahan
64
Pengumuman Penerus Keluarga
65
Surat
66
Gara Gara Surat
67
Kelahiran Evan
68
Ulang Tahun Evan
69
Keributan Setelah Pesta
70
Keseleo
71
Cinta Yudha
72
Kecelakaan
73
Kemarahan Sekaligus Penyesalan
74
Bukan Anak Kandungku
75
Mengandung ?!
76
Berontak
77
Nist Salah?!
78
Maafkan Bunda, Nak!
79
Telah kembali
80
Menepati Janji
81
Kenapa Fira Harus Pergi?!
82
Di Kamar Mandi
83
Muntah
84
Kehamilan Anista
85
Psikolog
86
Ruang Kerja
87
Hukuman untuk Eliana
88
Kesal dan Cemburu
89
Bantu Aku?!
90
Obrolan Sepasang Suami Istri
91
Pemeriksaan
92
Belanja
93
Drama Setelah Belanja
94
Menantikan Kelahiran
95
Perjuangan Wanita Hebat
96
Suasana Di Ruang Rawat
97
Cemburu Buta
98
Rencana Liburan Di Kampung Halaman
99
Rumah Baru
100
Cahaya Hidupku
101
Terimakasih !!
102
You Are My Life ( Cerita Hasna dan Bima)
103
Visual
104
Benteng Penghalang Kita
105
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!