DOARR
Suara sambaran petir yang ganas berhasil membangunkan Ai dari mimpi buruknya. Mengerjap terkejut, Ai mencoba mengatur nafasnya agar lebih tenang dan teratur. Bangun dari acara tidurnya, Ai kemudian mendudukkan dirinya dengan tatapan kosong yang tergambar jelas diwajahnya. Suara gerimis hujan yang berisik juga menenangkan membuatnya enggan untuk melanjutkan tidurnya. Mengusap wajahnya asal-asalan, ia bisa rasakan jika wajahnya saat ini sudah basah bahkan itu masih terasa hangat di sudut matanya.
“Mimpi buruk sialan.” Gumamnya mengumpat. Menyibak selimutnya Ai langsung menekan saklar lampu sehingga membuat ruangan yang seharusnya gelap gulita kini sudah terang benderang. Bergerak malas Ai mengalihkan tatapannya pada jam weker yang ada di samping tidurnya.
“Sebentar lagi subuh.” Suaranya begitu melihat waktu sudah menunjukkan pukul 04.13. Menghela nafas kasar, pandangannya teralihkan dengan tempat sampah kecil yang berdiri di sudut kamarnya. Ada keraguan yang melintas di sinar matanya yang hampa. Menimbang apakah harus mendatangi tempat sampah itu atau tidak, ia ingin memastikan bahwa apa yang terjadi tadi malam adalah bagian dari mimpi buruknya semata atau tidak. Berpikir lama akhirnya ia memtuskan untuk mendengarkan kata hatinya dan berjalan mendekati tempat sampah tersebut. Beruntung tempat sampah itu tidak sepenuh biasanya sehingga ini dapat memudahkan Ai untuk menemukan objek yang ia cari.
Mengobrak abrik isi tempat sampahnya yang tidak seberapa, ia jejerkan beberapa kertas putih yang Ai dapatkan dari tempat sampah tersebut di dinginnya lantai. Dengan tenang Ai kemudian membuka remasan kertas pertama yang ada di depannya, bergerak hati-hati dan pelan kertas putih pertama tersebut tidak menampilkan apa yang ia takutkan setelah benar-benar terbuka. Meremasnya kembali Ai kemudian memasukkannya ke dalam tempat sampah lagi. Lalu perlakuan yang sama pun ia berikan kepada kertas lainnya hingga menyisakan 4 remasan kertas lainnya. Tidak setakut dan sepanik beberapa waktu lalu langsung saja Ai ambil satu kertas di lantai tanpa pikiran panjang dan tanpa menyiapkan mentalnya pun Ai benar-benar berani membuka rematan kertas tersebut hingga catatan apa yang tertera di dalam benar-benar membuatnya membeku. Ia seakan mati rasa setelah membaca catatan yang ada di kertas tersebut tertulis tentang dirinya.
Tersenyum miris, Ai langsung merobek-robeknya menjadi beberapa bagian dan kemudian membuangnya dengan marah ke luar jendela. Udara yang dingin dan mengandung air hujan langsung menerpa kulit wajah pucat Ai yang terlihat semakin kosong. Tubuh kurusnya yang tidak berdaging sekilas dapat membuat orang salah paham betapa miskinnya ia sampai-sampai membuatnya sulit mendapatkan makanan. Padahal bukan itu kasusnya, walaupun ia jauh dari orang tuanya Ai sama sekali tidak kekurangan uang untuk membeli makanan. Justru ia sendiri yang menolak untuk mengkonsumsi makanan tersebut, Ai pikir tidak makan sekali dua kali tidak dapat membunuhnya karena meski ia ingin mati sekali pun takdir tidak akan pernah mengizinkan itu terjadi.
Kalian tahu kenapa?
Itu karena Tuhan senang melihat penderitaannya, Tuhan begitu menikmati hari-hari dimana ia begitu sulit untuk tersenyum. Bahkan Tuhan begitu terhibur melihat dirinya yang terambang dalam cinta sepihak.
Ai sudah biasa dengan skenario ini akan tetapi bodohnya sebiasa apapun hal ini tidak dapat membuatnya merasa terbiasa. Rasa sakit karena hidup berbeda itu sangat menyakitkan dan perasaan itu sudah di dapatkan dari sebelum ia benar-benar mengenal dunia.
Ah, melihat hujan yang masih tetap kukuh menemaninya membuat Ai tanpa sadar di bawa kembali ke masa kecilnya yang suram. Masa dimana ia hanya bisa mendapatkan punggung dingin Papanya yang tercinta, masa dimana ia hanya bisa menikmati senyuman lembut Mamanya yang palsu, dan masa dimana rasa iri dan cemburu lahir di dalam hatinya setiap kali melihat perlakuan berbeda yang Angela dapatkan dari Papa dan Mamanya.
“Aku lelah, sungguh.” Bisiknya miris seraya mengusap cairan hangat yang mengalir lembut di pipi pucatnya. Ya, Ai begitu lelah seperti ini. Menanggung semuanya sendirian itu sangat menyakitkan dan Ai tidak bisa berbohong bahwa selama ini semuanya begitu amat sangat menyakitkan. Ia benci seperti ini tapi kenyataannya ia harus menghadapi semua ini. Bahkan sekalipun ia merasa muak dengan situasi dan kondisinya tetap saja, ia tidak akan pernah berdaya untuk menolak semua keadilan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nayla Putri
Sedih baca nya
2021-10-04
0
mbak i
😭😭😭😭😭😭
2021-09-28
1
Adhe Dhebo
lanjut
2021-09-25
0