"Mom, Ai juga mau kayak Kak Angel.” Ai kecil dengan wajah polos menarik pakain Mamanya yang terlihat glamor dan mewah. Menarik pakainnya manja Ai kecil mencoba menarik perhatian Mamanya yang sedang sibuk merapikan rambut hitam panjang nan lembut milik Angela, Kakaknya.
Mengalihkan pandangannya dari rambut berkilau Angela, Mama kini membawa tatapannya kepada anak kecil yang juga seumuran dengan Anggela. Berdiri dengan mata berbinar, anak itu seolah memberikan kesan sebagai anak laki-laki yang manis dan patuh, menyenangkan mata. Sayangnya Mama tidak menyukai kesan anak laki-laki yang manis dan patuh karena ia tau betul kekurangan apa yang dimiliki anak ini. Daripada menampilkan tatapan penuh kasih sayang selayaknya seorang Ibu, Mama justru menatapnya dengan mata yang penuh dengan rasa keengganan. Ia kecewa dan merasa malu pada takdir, mengapa Ai harus lahir ke dunia ini jika hidupnya tidak bisa dirubah dan masa depannya kosong. Mama membenci kenyataan ini.
“Kenapa sayang?” Walaupun begitu ia masih saja memberikan senyuman kasih sayang kepada Ai kecil.
Berkedip polos, Ai kecil tidak dapat melepaskan pandangannya dari wanita cantik nan anggun yang kini sedang menatapnya dengan pandangan lembut. Wajah cantik wanita ini sepenuhnya menurun ke wajah Kakaknya yang mempesona. Angela menuruni segala kecantikan dari Mamanya.
“Ai juga mau seperti Kak Angel, Ai mau ikut Momi dan Papi pergi seperti Kak Angel.” Suara lembut Ai kecil terdengar mengayun lembut, ia mengeluarkan keluhannya selama ini. Ia sesungguhnya selalu iri melihat Angela dapat berpergian dengan bebas dan santai bersama orang tuanya, Ai juga ingin berada di posisi itu. Melakukan perjalanan apapun itu bersama kedua orang tuanya adalah ambisi besar dari Ai kecil yang polos.
Mama tertegun, sejenak ia tidak tau harus merespon apa kepada Ai kecil yang malang. “Ai, Mama sama Angela pergi bukan untuk main-main akan tetapi ada pertemuan bisnis yang sedang kami lakukan. Jadi Mama pikir Ai masih belum cukup besar untuk ikut bersama kami, okay, Ai yang patuh di rumah dan jangan nakal.” Jawab Mama seraya mengelus kepalanya lembut.
Ai kecil yang polos tidak merespon apapun lagi, tersenyum manis ia menganggukkan kepalanya dengan patuh berjanji tidak ingin mengecewakan Mamanya.
“Ai jangan nakal, okay.” Peringat Angela yang kini sudah selesai di rias. Seperti Mamanya, Angela juga cantik. Mereka sangat serasi dan menyenangkan mata, bahkan dalam sekali pandang pun orang-orang akan tahu bahwa mereka adalah pasangan Ibu dan anak yang saling menyayangi, penuh perasaan lembut.
“Okay, Ai akan patuh.” Jawab Ai tersenyum lembut seraya menatap kedua punggung orang terkasihnya perlahan menjauh. Setelah punggung Mama dan Angela menghilang dari pandangannya, senyuman riang dan ringan Ai sedikit demi sedikit menghilang. Mata yang tadi berbinar penuh harap kini meredup, menampilkan sosok Ai kecil yang malang juga kesepian.
Ai memang masih kecil tapi bukan berati ia tidak bisa menilai emosi orang-orang yang ada di sekelilingnya. Tidak, ia sangat mengerti hal itu. Ia tau dan dapat menilai tatapan orang terhadap dirinya tanpa terkecuali Mamanya. Senyuman lembut nan ringan yang ada di bibir manis Mamanya adalah senyuman palsu. Itu tampak seperti kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya akan tetapi tidak bisa sampai ke matanya dan kehangatan seakan kosong di sana. Itu hanya topeng.
Bahkan tatapan lembut Mamanya tidak benar-benar sampai ke mata Ai kecil karena ia tau ada keengganan di mata Mamanya.
Tidak berdaya, Ai kecil membawa langkah kecilnya berjalan ke kamar untuk istirahat. Tempat yang dingin dan sepi namun menerima kehadirannya tanpa keluhan. Menutup pintu kamarnya dengan gerakan terbiasa, Ai kecil langsung membawa tubuh mungilnya untuk berbaring. Menatap dinginnya langit-langit kamar dengan pikiran rumit.
“Mom, berhentilah menggunakan alasan yang sama.” Bisik Ai kecil mengeluh. Perlahan cairan bening dan hangat mengalir lembut dari sudut matanya yang sendu.
“Karena pasti selalu ada pertanyaan yang tidak bisa Ai tanyakan kepada Momi.” Ai kecil begitu tersiksa dengan pertanyaan itu, ia ingin menyuarakannya akan tetapi entah mengapa Ai seolah di tahan oleh sesuatu. Sesuatu itu memberikannya perasaan seolah-olah jawaban yang akan diberikan Mamanya adalah hal yang menyakitkan. Ai kecil begitu ragu akan hal itu.
Di lingkupi suasana sepi dan sunyi, perlahan mata basah Ai kecil terasa berat dan mengantuk. Ai kecil ingin bertahan akan tetapi rasa kantuk itu membuatnya tidak berdaya dan jatuh mengalah.
“Ya, Ai selalu ingin bertanya bahwa mengapa Angela bisa dan Ai tidak?” Bisik Ai kecil kepada dirinya sendiri, berbicara seolah-olah ini adalah lagu nina bobo untuk dirinya yang sepi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Akhwat Qalbi
kok hampir sama ya dgn cerita aishi dgn Fano yg di novel jgn panggil aku perawan tua
2021-10-11
0
Lutfi Lutfiyah
critanya beda ma ai dan vano yg di aku bukan perawan tua y thor..tpi namanya sama aunan vano..,🙂
2021-10-01
2
mbak i
kenapa malah Ndak kasih dukungan ke ai😭😭😭😭orang tua macam apa mereka ini
2021-09-28
1