Married Contract

Married Contract

MC 1

...DILARANG KERAS MENGCOPPY ATAU MENYADUR CERITA INI....

...CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR DAN FIKSI SEMATA....

...JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN PERISTIWA YANG TERJADI ITU HANYA KEBETULAN SEMATA....

..._________...

...SELAMAT MEMBACA!...

...***...

Siang itu di Blue Bottle Coffe

“Memangnya sampai kapan kau akan seperti ini terus?”

William bergeming saat ditanyai oleh Lucas, sahabatnya.

“C’mon dude, that was long time ago! When you walk.”

“Entahlah,” menyugar rambutnya.

“Okey, kau butuh merefresh otakmu”

“Sialan! Otakku tidak sekotor otakmu.”

Keduanya lalu tertawa.

Lucas mengangkat tangan kanannya memanggil pelayan.

“Hello sweet heart, bisa tolong bawakan aku cintamu?” pinta Lucas sembari mengedipkan matanya menggoda Angela.

“Nope.” Jawab Angela singkat dengan wajah datar.

“Agkh, hatiku sakit mendengar penolakkanmu my Angel.” Lucas pura pura kesakitan sembari memegang dada kirinya.

William hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu.

“Ayolah Luc, bukan saatnya bermain-main, aku benar benar sedang sibuk.” Ujar Angela mulai kesal.

“Heh, apakah benar sesibuk itu?”

“Kau bisa lihat sendiri, atau karena matamu tertutup belahan dada kumpulan wanita wanita itu jadi kau tiba tiba menjadi rabun!” Angela berkata dengan sarkasme.

Kali ini William terkekeh mendengar ucapan Angela, sedangkan Lucas hanya menggaruk tengkuknya karena yang dikatakan oleh Angela sedikitnya memang benar.

“I’m so sorry, baby. Baiklah aku tidak akan menggodamu. Tolong bawakan aku dua Espresso dan Stroopwaffle.” Pintanya.

Angela mencatat permintaan Lucas. “Ada lagi?” tanyanya memastikan.

“Hatimu.”

Plak!

Angela memukul kepala Lucas menggunakan buku yang dipegangnya.

“Maaf atas ketidaksopananku Mr. Anderson, tapi sahabat anda sepertinya masih mengalami hangover karena terlalu banyak bercinta dengan para wanitanya. Maka dari itu aku harus memukul kepalanya memastikan agar dia segera sadar.”

William terkekeh mendengar perkataan Angela.

“It’s okey, Angela. Aku justru bersyukur jika kau bisa melakukan lebih dari pada ini.”

Lucas mengusap kepalanya. “Sialan kau, Anderson!” umpatnya.

“Baiklah, aku permisi. Pesanan anda akan segera aku siapkan.” Kemudian berlalu dari tempat keduanya berada.

“Dia tidak mempan oleh pesonamu, Luc.”

Mengendikkan kedua bahunya. “Entahlah, dia gadis yang unik. Aku senang saat menggodanya dan membuatnya kesal adalah hiburan tersendiri bagiku.”

“Kau jatuh cinta kepadanya?”

“Nope! Angela bukan tipeku, lagi pula aku juga tidak berminat dengannya, hanya sebatas senang menggodanya saja.” Ujar Lucas.

“Itu karena kau ditolak berkali-kali olehnya. Hati hati, jangan sampai kau menjilat ludahmu sendiri.” William terkekeh.

Tak lama seorang gadis dengan rambut panjang, brown sugar menghampiri tempat keduanya berada, dibarengi dengan dua wanita berpakain sexy sehingga tak sengaja menyenggol nampan berisi Espresso dan Stroopwaffle yang dibawa oleh gadis itu terjatuh.

Prang!

Bunyi gelas pecah dan Espresso mengenai pakaian salah satu wanita yang menyenggol nampannya.

“Gosh! Apa yang sudah kau lakukan? Dasar pelayan sialan. Kau tahu jika pakaianku sangat mahal, bahkan gajimu tidak akan cukup untuk membelinya.”

Seketika keributan itu menjadi perhatian oleh seluruh pengunjung Blue Bottle Coffe.

“Aku minta maaf, Nona. Aku benar benar tidak sengaja, akan segera aku bersihkan.” Ujar Kyra membungkukkan tubuhnya.

“Egh, dasar pelayan bodoh!” makinya, kemudian saat tangannya hendak melayangkan tamparan di pipi Kyra, seseorang menahannya.

“Wow, wow! Pelan pelan ladies. Bisakah kalian jelaskan apa yang terjadi di sini?” Lucas melepaskan tangan wanita bergaun merah tersebut.

“Pelayan bodoh ini menumpahkan kopi di pakainku,” wanita tersebut menjawab dengan suara manja dan tangannya bergelayut kepada Lucas.

Lucas mengangkat sebelah alisnya, “benarkah begitu?”

Dia kemudian mengambil ponsel di sakunya, dan menelpon seseorang.

“Tolong kirimkan video dari CCTV ke email pribadiku sekarang,” perintahnya.

Drrt ... drrrt ....

Ponsel Lucas bergetar. Kemudian dia mengutak-atik ponsel, dan mengamati dengan seksama video yang baru saja diterimanya. Sesuai dugaan Lucas, jika wanita bergaun merah dan temannya itu yang bersalah karena telah menyenggol nampan yang dipegang Kyra.

“Sepertinya ini murni kesalahan anda dan teman anda, Nona. Pelayan ini tidak salah.”

Wanita itu langsung kesal karena Lucas sudah membela Kyra.

“Mana bisa begitu, jelas jelas pelayan bodoh ini yang salah.” Ujar wanita bergaun merah itu sembari menunjuk ke arah Kyra. “Aku harus bertemu dengan bos di sini, agar pelayan ini dipecat!” dengan nada angkuh.

Lucas terkekeh mendengarnya, “Anda bisa melihat video CCTV ini.” Menyodorkan ponselnya kepada wanita itu.

Kedua wanita itu tampak pias setelah melihat video yang disodorkan oleh Lucas.

“Saya harap kalian tidak pernah kembali lagi ke sini, dan meminta maaf kepada nona pelayan ini.” Lucas dengan suara tegas.

“Itu tid_”

“Atau kalian lebih suka aku kirim ke balik jeruji karena membuat kekacauan dan membuat pengunjung lain merasa tidak nyaman?” Lucas menyela ucapan wanita bergaun merah itu.

Keduanya tidak bisa berkutik dan meminta maaf kemudian pergi.

“Hei, whats wrong Kyra?”

“Luc, aku benar benar minta maaf.” Kyra dengan nada menyesal.

“Oh, ayolah Kyra. Aku memang bos di sini, tapi bukan berarti membela orang salah. Apakah kau baik baik saja?”

“Hehm, aku baik baik saja.” Kyra menganggukkan kepalanya. ”Aku akan kembali untuk membawakan pesananmu.”

Lucas menganggukkan kepalanya.

Setelah itu kyra berlalu untuk menyiapkan pesanan Lucas dan William.

Sesampainya Kyra di meja Barista, Xavier langsung menanyakan keadaannya. “Kau baik baik saja?” dirinya begitu khawatir dengan Kyra.

“Ya, aku tidak apa apa.” Tersenyum kepada Xavier.” Tolong buatkan aku lagi pesanan untuk Mr. Lucas dan temannya.” Pinta Kyra.

“Baiklah, Tuan Putri.”

Kyra tersenyum. Tak lama kemudian dua cangkir Espresso dan Stroopwaffle telah siap, dirinya melangkah pergi mengantarkan pesanan itu.

“Di mana Angela?” Tanya Lucas sesaat setelah Kyra menaruh pesanannya di atas meja.

“Dia sedang ke toilet.” Jawab Kyra.

“Apakah dia baik baik saja? Aku lihat wajahnya sedikit pucat.” Tanya Lucas dengan nada khawatir.

Kyra tersenyum ke arahnya, “Kau tenang saja, Luc. Hanya siklus bulanan yang biasa kami— para wanita— alami, jadi tidak perlu khawatir.” Ujar Kyra menjelaskan.

“Tentu saja aku khawatir, pantas saja tadi dia terlihat sangat ingin memakanku.” Pura pura bergidik ngeri.

William yang sedari tadi memperhatikan hanya menggelengkan kepalanya.

“Baiklah, aku permisi. Selamat menikmati hidangan kalian, Luc dan Mr. Anderson.” ujar Kyra Kyra mengangguk sopan dan berlalu pergi.

Malam hari cuaca kota New York tiba tiba mendung dan turun hujan. Kyra yang mendapatkan waktu untuk beristirahat melangkahkan kakinya ke rooftop Blue bottle Coffe.

Hujan masih turun dengan derasnya. Kyra mengembuskan napasnya menatap langit, kemudian menangkupkan tangan serta memejamkan kedua matanya untuk berdoa. Tanpa Kyra sadari, hal yang dia lakukan tidak luput dari sepasang mata yang sedari tadi mengamati kedatangannya ke rooftop ini.

Kyra membuka kembali kedua matanya, menjulurkan tangannya ke arah air hujan yang jatuh mengenai atap sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Tubuh Kyra sedikit berjengkit karena terkejut, dia menoleh ke arah suara itu berasal. Tak jauh dari tempatnya berdiri William bersidekap menatapnya.

“Mr. Anderson? Ma—maaf aku tidak menyadari, jika anda di sini.”

“Bisakah jangan terlalu formal kepadaku?”

“Pardon?”

“William, cukup panggil aku dengan nama depanku.”

“Baiklah, William.”

“Kau tadi sedang melakukan apa?” Tanya William masih penasaran.

“Berdoa.”

William merasa telinganya sedikit bermasalah.

Berdoa katanya?

Kyra melihat ekspresi wajah William hanya tersenyum, kemudian menjulurkan tangannya lagi ke arah tetesan air hujan.

“Saat hujan adalah kesempatan emas untuk berdoa, bukan berkhayal atau larut dalam kenangan masa lalu, terlebih jika kenangan itu adalah hal yang menyakitkan.” Matanya menatap lurus ke depan.

William sedikit tertegun dengan apa yang diucapkan Kyra.

Ponsel Kyra bergetar, dia mengeluarkan ponsel itu dari dalam sakunya. Setelah mematikan alarm, dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya.

“Waktu istirahatku sudah selesai, Aku permisi, sampai bertemu lagi.” Kyra kemudian berlalu meninggalkan William yang masih terdiam menatap langit malam tanpa bintang.

...****...

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-08-25

0

Yuli Yanti

Yuli Yanti

mamfir thor

2023-04-02

0

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

mampir kak

2022-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!