MC 4

...DILARANG KERAS MENGCOPPY ATAU MENYADUR CERITA INI....

...CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR DAN FIKSI SEMATA....

...JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN PERISTIWA YANG TERJADI ITU HANYA KEBETULAN SEMATA....

..._________...

...Selamat membaca!...

...***...

Sesampainya di rumah sakit, Kyra segera menemui dokter yang merawat ibunya. Setelah menemui dokter tersebut, Kyra duduk di bangku taman yang berada tak jauh dari gedung rumah sakit tersebut.

Dirinya menatap ke depan dengan pandangan matanya yang sendu setelah mendengar ucapan dokter yang merawat ibunya tadi. Rasa khawatir dan juga takut seketika hingga di hatinya saat mendengar kabar dari rumah sakit.

“Kondisi Ibumu sudah berangsur stabil. Jauh lebih baik dari sebelumnya, tetapi hal ini tidak akan berlangsung lama karena kita tidak bisa memprediksi jika hal seperti sebelumnya akan membuat Ibumu kembali berada dalam keadaan kritis atau bahkan bisa lebih buruk dari itu.”

Wajah Kyra memucat mendengar perkataan dokter tersebut. Tubuhnya gemetar, dirinya tidak bisa membayangkan jika itu benar benar terjadi.

“Jadi bagaimana, Dok?” Kyra dengan nada khawatir.

“Sebaiknya dalam waktu dekat ini, kita harus segera melakukan operasi jantung Ibumu karena jika dibiarkan terus menerus, justru semakin membuatnya akan semakin parah. Kami tidak bisa mengambil resiko jika hal tersebut Nona Kyra.”

Tubuh Kyra langsung lemas. “Baiklah, lakukan apapun yang terbaik untuk ibu saya, dokter.” Ujarnya dengan nada lirih.

Kyra menatap sendu langit yang mulai berwarna jingga. Di dunia ini, dia hanya memiliki ibunya sebagai satu satunya keluarga. Ayahnya sudah meninggal sejak usianya tiga belas tahun. Dia tidak bisa membayangkan, jika ibunya pergi meninggalkan dirinya dan harus kehilangan sang ibu juga untuk selamanya. Oleh karena itu Kyra akan mengusahakan yang terbaik agar ibunya pulih kembali seperti dulu.

Bisa tertawa dan berbagi cerita atau melakukan hal hal yang biasa keduanya lakukan. Kyra sangat merindukan hal itu. Entah kapan hal itu bisa dia lakukan lagi. Kyra berdoa, semoga ibunya bisa segera pulih.

...***...

Bryan yang merasa bosan berdiam diri di dalam ruangannya itu memutuskan untuk pergi keluar. Beberapa perawat dan juga dokter menyapa Bryan saat berpapasan dengannya. Dirinya berjalan menuju mesin pembuat kopi otomatis, dia memutuskan untuk keluar gedung rumah sakit untuk menghirup udara segar. Bersandar pada pagar taman yang hanya sepinggangnya sembari menikmati segelas kopi panas.

Setelah mengantarkan pesanan sepupunya, tiba-tiba saja dirinya mendapatkan panggilan darurat dari rumah sakit jika ada seorang pasien yang harus segera ditangani karena dokter yang sedang berjaga saat itu tengah melakukan operasi di saat yang bersamaan pasien tersebut datang ke rumah sakit. Meskipun hari ini adalah hari liburnya, Bryan tidak keberatan atau protes sama sekali karena baginya menyelamatkan nyawa pasien adalah hal yang paling penting.

Saat tengah menyesap kopi, matanya tak sengaja menangkap sebuah objek yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Bryan seperti mengenali sosok itu, dan untuk memastikannya dia berjalan mendekati sosok yang tengah duduk seorang diri di bangku taman. Sesampainya tak jauh dari tempat di mana gadis itu berada Bryan menghentikan langkahnya, dia bisa melihat kesedihan yang terpancar dari wajah gadis itu.

“Ternyata benar, jika itu dirimu.”

Kyra sedikit terkejut dengan kehadiran Bryan di hadapannya.

“Kita sempat bertemu di sebuah supermarket tadi pagi, dan kau juga sempat membantuku.”

Kyra mencoba mengingat-ingat kejadian tadi pagi. Wajahnya sedikit memerah saat mengingat insiden troli belanjaannya dan siapa yang menyangka jika dia bertemu lagi dengan pria ini.

“Apa kau sudah ingat?”

“Ah, ya. Sekali lagi aku minta maaf karena sudah menabrakmu dengan troli belanjaku.”

Krya sedikit malu mengingat betapa cerobohnya dirinya tadi pagi.

Bryan tersenyum menunjukkan lesung pipit yang ada di pipinya.

“Tidak masalah, lagi pula hal itu tidak disengaja.” Ujar Bryan. “Lalu, kau di sini sedang apa?” imbuhnya.

“Ibuku dirawat di sini.” Jawabnya Kyra dengan wajah sendu.

“Oh, begitu lalu bagaimana keadaannya sekarang?” Bryan jadi tahu alasan mengapa wajah Kyra tampak sedih.

“Sudah jauh lebih baik.”

“Syukurlah, tadinya aku sempat berpikir kau ke sini mau menemuiku.” Ujar Bryan dengan nada menggoda, dia tidak tahan melihat wajah murung Kyra.

Kyra terkekeh mendengar ucapan Bryan. “Hei, Tuan pede. Aku bukan seorang penguntit, lagi pula aku bahkan tidak tahu kau bekerja di sini.”

“Tak masalah jika pun kau menguntitku, siapa juga yang menolak jika penguntitnya secantik dirimu. Dan sekarang kau tahu, jadi kau bisa menemuiku kapanpun.” Bryan berkata dengan percaya diri.

“Ya Tuhan, kau benar benar percaya diri sekali Ian.” Kyra tersenyum sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Suasana hati Kyra seketika berubah. Wajahnya kini nampak kembali ceria seperti biasanya karena mengobrol dengan Bryan.

“Wah, kau bahkan tahu namaku.” Bryan pura-pura terkejut.

“Astaga! Kau sendiri yang tadi pagi mengenalkan dirimu kepadaku, jangan jangan kau juga lupa namaku” Kyra menampakkan wajah sedih.

Bryan tahu Kyra hanya berpura pura sedih, maka dari itu dia melanjutkan gurauannya. Dia senang akhirnya Kyra tidak semurung tadi.

“Salah sendiri senyumanmu menawan, seketika aku jadi seseorang yang pelupa. Dan, mana mungkin aku bisa melupakan nama ibu peri yang sudah menolongku.”

Keduanya lalu tertawa karena bertingkah konyol.

“Apa kau benar benar bekerja di rumah sakit ini?” Tanya Kyra.

“Ya, aku bekerja di sini sebagai dokter.”

“Aku tidak meyangka kita akan bertemu lagi, apa dunia sesempit itu?”

“Aku pun sama.” Bryan menyesap kopinya yang tinggal seperempat gelas.

“Mungkin ini takdir Tuhan agar kita berjodoh.” Imbuhnya.

Kyra hanya menanggapi gurauan Bryan dengan senyuman kecil di bibirnya.

...***...

Bryan memasuki ruangannya kembali. Rasanya ada energi baru yang membuat Bryan menjadi lebih bersemangat setelah pertemuannya kembali dengan Kyra. Dia duduk di kursinya, memandang pemandangan kota dari balik kaca. Pikirannya melayang, kembali saat berbicara dengan Krya. Ada rasa hangat di hatinya ketika melihat senyum Kyra terbit dari wajah gadis itu.

“Kenapa dia begitu manis,” ujar Bryan bermonolog.

Matanya memandangi benda pipih yang ada di tangannya. Bryan berhasil mendapatkan nomor ponsel Kyra. Dia merasa beruntung gadis itu tidak menganggapnya aneh karena gurauannya tadi, justru gadis itu mengucapkan terima kasih karena sudah membuatnya terhibur.

Dirinya berharap akan bertemu dengan Kyra dalam waktu dekat. Sepertinya dia mulai menyukai gadis bertubuh mungil itu.

Pikirannya tentang Kyra selesai setelah mendengar dering telepon di mejanya. Bryan segera menjawab panggilan tersebut.

“Ya?”

“........”

“Baiklah, aku akan segera ke sana.” Jawabnya, kemudian menaruh gagang telepon itu kembali.

Tubuhnya segera bangkit keluar dari ruangannya menuju kamar pasien yang tadi pagi ditangani olehnya.

Setelah meninggalkan rumah sakit, ada kelegaan di hati Krya karena pertemuannya dengan Bryan meskipun hanya sedikit. Dia memikirkan keadaan ibunya, dan juga biaya operasi jantung itu sendiri.

Aku harus mencari pinjaman kemana uang sebesar itu? Apakah aku harus mencari pekerjaan tambahan. Batinnya.

Kyra menghela napas. Dia berharap segera mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya, dan agar sang ibu segera dioperasi.

...****...

Terpopuler

Comments

Arni Ariani

Arni Ariani

lanjut

2022-04-23

1

💕KyNaRa❣️PUTRI💞

💕KyNaRa❣️PUTRI💞

baru mampir baacaa .....semoga ceritanya bagus

2022-04-17

1

Umi Ningsih Mujung

Umi Ningsih Mujung

🥰😘❤️😍

2021-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!