Matahari sudah terbit, ini adalah hari di mana Alvaro dan Desi akan kembali pergi keluar bersama. Untuk membeli cincin dan juga mencetak undangan.
Desi sudah siap dengan baju yang menurutnya sangatlah bagus, namun tidak dengan Alvaro, ia masih bermalas-malasan di depan televisi.
"Alvaro, bukannya hari ini kamu mau beli Cincin? Cepetan ganti baju!" titah Tari yang melihat anaknya masih seperti itu.
"Iya Ma," Alvaro menatap ibunya malas, sebelum akhirnya pergi ke kamar untuk mengganti pakaian.
Sementara itu Desi kini sudah keluar dari kamarnya, dan tengah menunggu Alvaro di luar.
Alvaro datang dan langsung masuk ke mobilnya tanpa menyapa Desi, bahkan melirik nya saja tidak. Desi hanya bisa tersenyum miris lalu berjalan mengikuti Alvaro masuk ke mobil.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah toko perhiasan. Mereka turun dan masuk bersamaan ke dalam toko perhiasan itu.
"Halo mba, ada yang perlu saya bantu? " tanya penjaga toko itu sambil tersenyum ramah.
Desi membalas senyuman penjaga toko perhiasan itu, sementara Alvaro ia langsung duduk di kursi dan memainkan ponselnya.
"Saya mau beli cincin buat pernikahan mba, " balas Desi sambil mencari-cari cincin di etalase.
"Baik mba, mba tinggal pilih mau yang mana?" ucap penjaga toko itu.
Desi mencari-cari cincin impian nya, yang selalu ia inginkan ketika dulu bermimpi menikah dengan seseorang, sampai akhirnya ia menemukan cincin yang ia cari.
"Mba saya boleh liat yang itu tidak? " Ucap Desi sambil menujuk sebuah cincin yang terlihat sederhana namun tetap terlihat elegan.
"Boleh, " penjaga toko itu mengambil cincin yang Desi pilih lalu memberikannya pada Desi.
Desi terlihat begitu bahagia saat menegang cincin itu, ia menunjukkan nya ke depan Alvaro.
"Aku mau yang ini boleh kan? " tanya Desi sedikit ragu-ragu.
Alvaro hanya menatapnya sekilas, lalu ia mengangguk dan kembali lagi pada layar ponsel nya.
"Mba saya mau yang ini aja, " ucap Desi sambil kegirangan.
Alvaro membayar cincin yang di pilih Desi lalu mereka pergi dari sana menuju tempat percetakan Undangan.
Sesampainya di sana, Alvaro tetap fokus pada layar ponsel nya sambil tersenyum sendirian.
Sementara yang mengurus tema Undangan nya adalah Desi, walaupun ia tidak tau harus berbuat apa, tapi ia berusaha memahaminya.
"Baik mba, jadi ini desain-desain yang kami miliki, mba mau pilih yang mana? " seorang pria menujukkan beberapa desain undangan nya di Laptop.
Desi terlihat berpikir ia merasa semuanya terlihat bagus, "Sebentar yah, saya mau lihat-lihat dulu," balas Desi sambil terus melihat-lihat desain dari undangan nya.
Setelah kurang lebih 5 menit Desi melihat-lihat akhirnya ia memutuskan Undangan nya.
"Saya mau yang ini saja, saya pikir itu sangat menarik dan juga indah," ucap Desi sambil menunjukkan gambar undangan yang akan ia pesan.
"Baiklah mba, saya akan buatkan yang ini, tadi orang tua Alvaro juga sudah bilang pada saya, akan memesan berapa, " balas pria itu sambil tersenyum manis.
Desi pun membalas senyumannya, setelah semuanya selesai Alvaro dan Desi langsung pamit dari sana.
Setelah mereka sampai di depan mobil Alvaro, "Lu pulang sendiri aja yah, naik taksi, gue ada urusan," ucap Alvaro sambil memberikan uang untuk membayar taksinya.
Desi mengambil uang dari tangan Alvaro sambil tersenyum miris, "Baiklah, tapi kalau nyonya tanya tuan kemana? Aku harus jawab apa?"
"Kau bilang saja aku ada rapat penting di kantor, " balas Alvaro sambil masuk ke mobilnya, dan meninggalkan Desi di sana.
Desi hanya bisa menatap Alvaro masuk ke mobilnya, sebelum akhirnya ia tidak bisa lagi menatap mobil Alvaro karena sudah pergi dari hadapannya.
Sekarang Desi pergi untuk mencari taksi, ia ingin segera pulang, karena ibunya pasti butuh bantuannya saat ini.
Sementara itu Alvaro kini tengah berada di sebuah kafe bersama kekasihnya yang bernama Cinta, mereka tengah bermesraan.
"Sayang, awas jangan sampai kau jatuh cinta pada gadis kampungan itu, kalau sampai kau jatuh cinta padanya aku tidak akan segan-segan menghancurkan hubungan kalian," Ancam Cinta sambil bermanja di lengan kekar Alvaro.
"Sayang yang benar saja aku bisa jatuh cinta dengan gadis kampungan seperti dia? Itu tidak akan pernah terjadi, dan akan sangat mustahil terjadi, kau kan cinta sejati ku, " balas Alvaro sambil mencium manja rambut kekasihnya itu.
"Aku sayang kamu, " ucap Cinta.
"Oh iya, tuan muda ku yang tampan, besok kau ada janji tidak? Aku sudah rindu menghabiskan waktu sepanjang hari dengan mu," Sambung Cinta sambil menatap Alvaro manis.
"Besok seperti nya aku harus ke kantor, soalnya ayahku pasti akan marah kalau aku kembali bolos, " balas Alvaro.
"Ah kau ini, sekarang kau jadi semakin tidak ada waktu dengan ku, " kesal Cinta sambil cemberut.
"Pacarku yang cantik, bukannya kamu mau aku jadi orang yang kaya dan banyak uang? Berarti aku harus terus kerja dong untuk mendapatkan itu semua, " balas Alvaro sambil memegang kedua pipi kekasihnya itu.
"Tapi tidak kah tuan muda ini memberiku waktu satu hari saja untuk berduaan? Aku sudah rindu masa lalu bersama mu," ucap Cinta tetap dengan raut wajah kesalnya.
"Baru gini aja kamu udah kesal dengan ku, apalagi nanti. Kau harus menungguku selama 5 tahun, apakah kau sanggup? " tanya Alvaro sedikit ragu dengan kekasihnya itu.
"Sayang itu beda lagi, sudahlah jangan membahas itu, sekarang kita nikmati saja hari ini dengan bahagia, aku tidak mau berdebat dengan mu, " Balas Cinta.
Sementara itu kini Desi sudah sampai di rumah, ia pulang sendiri naik ojek, ia rasa kalau naik taksi akan mahal, jadi ia lebih memilih ojek saja yang lebih murah, agar uangnya bisa ia tabung.
"Sayang kok kamu sendiri? " tanya Tari yang melihat Desi pulang sendirian.
"Iya tante, tadi Alvaro bilang katanya mau ke kantor, " balas Desi.
"Oh ya sudah, bagaimana sudah beli cincin nya? " tanya Tari sambil menghampiri Desi.
"Sudah tante, ini, " Desi memberikan cincin yang tadi ia beli pada Tari.
"Ya sudah tante simpan cincinnya yah, " ucap Tari.
"Iya tante, " balas Desi.
Setelah itu kini Desi pergi ke dapur ke ibunya yang pasti sedang berada di sana menyiapkan makan siang, sementara Tari pergi ke kamar, untuk menyimpan cincin.
"Halo ibu, " Desi mengagetkan ibunya, ia memeluk ibunya dari belakang.
"Ya ampun sayang, kamu ngagetin ibu saja " kaget Mirna.
"Bu, ibu pikir tuan Alvaro suatu saat nanti akan jatuh cinta tidak pada ku? " tanya Desi sambil masih memeluk ibunya.
"Kau ini bicara apa lagi sih sayang, sudahlah jangan terlalu di pikirkan," Balas Mirna.
Desi melepas pelukan ibunya lalu berdiri di samping Mirna, "Ternyata ibu juga sama, satu pikiran dengan ku," Balas Desi sedikit murung.
"Jangan terlalu kau pikirkan."
"Aku tau bu, aku sadar diri, sudahlah bu aku mau mandi, " balas Desi sambil berjalan ke kamarnya.
"Aku tau bu, ibu juga ragu akan hal itu, aku juga sama bu, aku lebih akan selalu sadar diri pada diriku sendiri. Aku memang tidak pantas untuk Alvaro, ataupun untuk pria lainnya," gumam Desi saat pergi ke kamar sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maryam Julianda
ceritanya panjang2
2022-06-12
0
Egha
saya favorite dulu ya author
2021-04-16
1
Reanza
Baca sampai sini dulu
2020-11-10
0