Aga membantu Yuna turun dari mobil, menggendong gadis itu dan menuntunnya supaya duduk diatas kursi roda.
"Ga, kenapa kita kesini?" tanya Yuna heran ketika mengedarkan penglihatannya.
"Kamu sedang sakit, jadi aku yang akan merawatmu sampai keadaanmu benar-benar pulih. Jadi untuk sementara tinggal lah disini karena aku tidak ingin ayah khawatir."
Sahut Aga sembari mendorong kursi roda memasuki kamar tamu yang telah disediakan, untuk Yuna tinggal di apartemen miliknya.
"Aku belum memberi tahu ayah mengenai keadaan mu." tuturnya.
Yuna mengangguk setuju, "Baguslah. Aku tidak ingin paman khawatir dan penyakitnya kambuh. Mungkin beberapa hari lagi keadaan ku bisa pulih dan aku bisa dengan bebas bermain dengan air lagi."
Mendengar perkataan Yuna dengan mimik bahagia membuat Aga pias seketika. Aga yang semula membantu melepas sepatu Yuna pun langsung terhenti.
Aga kembali memasangkan sepatu dikaki Yuna dan langsung mendorong kursi roda agar mengikutinya.
Yuha heran, "Kita mau kemana? Bukannya aku harus berbaring dan beristirahat?"
Tanpa menyahut, Aga menuntun Yuna memasuki ruang dapur. "Aku tahu kamu pasti bosan dengan masakan rumah sakit, jadi aku akan memasak untukmu."
Aga tidak tahu lagi akan menebus kesalahannya dengan apa, bahkan dia belum berani berterus-terang bahwa Yuna tak mungkin lagi berenang karena cidera serius yang dideritanya. Mungkin dengan mengenyangkan perutnya bisa membuat gadis itu terhibur, pikirnya.
"Wah, apa kamu bisa memasak?"
Aga mendecih. "Sejak keluar dari rumah dan memutuskan tinggal sendiri, aku sudah terbiasa melakukan kegiatan rumah sendiri."
Yuna bersindakap meremehkan. "Ah baiklah, coba mari kamu buktikan!" tantangnya.
"Baiklah akan aku tunjukkan!"
Dengan sigap dan lihai Aga mengeluarkan semua bahan yang ada dilemari pendingin, memotong sayur, ikan, bahkan rempah dengan indah membuat Yuna yang melihatnya terpana.
"Wah hebat!"
puji Yuna ketika piring berisi hidangan yang terlihat begitu lezat disodorkan.Yuna mengendus aroma lezat dari masakan itu sebelum mencicipinya.
"Silahkan dimakan!" Aga mempersilahkan sembari duduk di kursi depan Yuna.
Tanpa menunggu waktu Yuna pun langsung melahapnya, membuat Aga tersenyum senang ketika melihatnya.
"Wah, sungguh lezat." pujinya sembari mengunyah makanannya.
"Serius?" Aga tampak tak percaya.
Tanpa ragu Yuna mengambil sepotong daging dengan garpu, menyodorkan ke mulut Aga dan lelaki itupun melahapnya.
"Gimana? Enak gak?" tanya Yuna.
Aga pun mengangguk ketika mengunyah makannya sendiri. "Iya, ternyata masakan ku enak."
"Seharusnya kamu jadi seorang cheff saja, sayang sekali makanan yang begitu lezat ini dinikmati sendiri."
"Kamu berlebihan sekali, ha ha ha." Aga jadi tertawa. "Ini baru pertamakalinya aku memasak untuk seseorang."
"Bohong!" ucap Yuna reflek.
"Apa?" tanya Aga, merasa salah dengar.
"Ha ha ha, maksudku aku beruntung sekali bisa menikmati masakan mu yang lezat ini." sahutnya gelagapan, mencari alasan.
Aga tersenyum melihat pujian dari Yuna. Ia selama ini tidak begitu akrab bahkan menjauh dari Yuna, ia baru menyadari bahwa gadis ini begitu ceria tak seperti Yuna sebelumnya yang begitu mononton dan bahkan pemalu.
Selesai makan, Aga kembali menuntun Yuna memasuki kamarnya, membantu gadis itu naik keatas ranjang dan berbaring dengan nyaman didalam selimut tebal.
"Jangan pergi!" pinta Yuna ketika Aga hendak meninggalkan nya.
Aga menoleh. "Ada apa? Cepatlah tidur kamu harus banyak beristirahat!"
"Aku tidak bisa tidur," rengeknya. "Bisa temani aku sebentar? Aku merasa takut."
Aga menghela nafas berat, ia tak mampu menolak permintaan Yuna. Aga pun langsung duduk disebelah Yuna, menyandarkan punggungnya dipapan ranjang.
"Kamu sedang membaca apa?" tanya Yuna dengan suaranya yang mulai serak.
"Sebuah novel yang kau simpan didalam tasmu." sahutnya.
"Ah begitu, aku tidak ingat kalau aku membeli sebuah novel seperti itu."
Aga tertawa ketika membaca, "Bagaimana bisa seorang perempuan suka membaca novel bertema perselingkuhan seperti ini." umpatnya.
"Karena bagi perempuan masalah hati dan menjaga kepercayaan itu adalah hal yang utama." sahut Yuna sengenanya dalam setengah sadarnya.
"Tapi disini Sefia selingkuh hanya karena suaminya tak peduli lagi padanya. Menurutku ini konyol sekali."
"Iya, lebih konyol lagi ketika itu menimpa dunia nyata dan berbohong dengan alasan cinta." sahutnya lambat dan mulai terlelap.
Seketika pikiran Aga teringat kembali pada dirinya sendiri, dia yang mengakui bahwa dirinya tak bersalah atas apa yang sudah ia lakukan. Walaupun tanpa perasaan, selingkuh itu bukannya suatu alasan yang bisa dibenarkan.
Aga menaruh novel kembali diatas nakas, lalu menoleh pada Yuna yang kini tengah tertidur begitu lelap. dengan lamat Aga memandangi wajah Yuna yang seakan baru lahir tanpa dosa, begitu polosnya. Mata besar dengan bulu mata panjang, hidung mancung memberi ketegasan. Bahkan bibirnya merah alami tanpa guratan kosmetik sekalipun.
Setelah cukup memandangi wajah gadis itu dengan kesedihan dan penyesalan, ia pun membenarkan selimut agar menutupi tubuh Yuna dengan benar agar tidak kedinginan.
"Selamat tidur, Yuna." bisiknya, sebelum ia berlalu pergi ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
mbak i
apakah Yuna pura pura amnesia
2021-09-22
0
Astri Ashie
lagi lagi
2021-09-22
0
Embun
kayanya Yuna pura"amnesia deh
2021-09-21
0