Aga tidak pernah sekalipun melepas genggaman tangannya dijemari Yuna sampai gadis itu memasuki ruang gawat darurat dan ia menunggunya dengan gelisah.
Aga terus berdoa dan sesekali menjambak rambutnya sendiri dengan gusar, dia menyesal.
"Bagaimana keadaan Yuna sekarang, dok?" tanya Aga ketika dokter keluar dari ruangan.
"Mari ikut saya!" pinta dokter, menuntun Aga memasuki kedalam ruangannya.
Disana Aga diperlihatkan hasil rontgen milik Yuna. Dokter menjelaskan bahwa kecelakaan yang dialami Yuna tidak begitu berakibat fatal karena Yuna cepat mendapatkan penanganan.
Penjelasan itu membuat Aga sedikit lega mendengarnya, tetapi ia kembali kaget ketika mendengar bahwa ada keretakan pada bagian tulang bahu Yuna sehingga gadis itu harus menjalani perawatan dengan serius.
"Tapi dok, Yuna adalah seorang atlet renang. Apa Yuna bisa segera sembuh dan beraktifitas seperti biasa?"
Dokter menggelengkan kepalanya, "Dengan menyesal saya katakan bahwa Nona Yuna tidak bisa lagi berenang karena ada cidera serius pada bagian tulang belikat, penghubung antara otot antendon pada bagian lengan dan punggung. Sehingga Nona Yuna tidak bisa bergerak bebas kembali. Jika Nona Yuna memaksa melakukan aktifitasnya, ini akan berakibat fatal pada kesehatannya."
Mendengar pernyataan itu membuat Aga pias seketika. Aga sudah menghancurkan impian serta masadepannya.
Aga kini dapat masuk kedalam ruang inap. Melihat Yuna yang masih terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit, disertai dengan selang oksigen dan infus yang terpasang. Ia duduk di kursi sebelah ranjang Yuna dengan perasaan menyesal.
Dengan gemetar Aga menggerakkan jemarinya, memegang jemari Yuna yang tampak putih pucat, lalu menundukkan kepalanya sambil menangis.
"Maafkan aku, Yun." ucapnya serak dengan bibir gemetar. "Maafin aku yang brengsek ini! Gara-gara aku mamamu meninggal, dan gara-gara aku juga kamu jadi begini. Bahkan, aku sudah merusak impianmu Yun. Kamu tidak bisa berenang lagi karena aku."
Yuna yang lemah tak bisa membuka mata tapi mendengar itupun meneteskan air matanya, tapi Aga yang larut dalam penyesalannya tak mengetahui hal itu. Aga menunduk sambil menangis, menggenggam jemari Yuna sembari memohon.
"Seharusnya kamu biarkan si brengsek ini saja yang tertabrak, Yun!" ucapnya menyalahkan dirinya sendiri. "Maafkan aku."
Setelah semalaman Aga menjaga Yuna dan larut dalam penyesalan, ia akhirnya tertidur tanpa sadar dengan posisi jemari masih menggenggam jemari Yuna, serta kepalanya bersandar ditepi ranjang.
Sinar matahari yang masuk menyeruak membuat mata Yuna silau dan perlahan membuka matanya. Betapa kaget dan tak menyangka bahwa Aga masih ada menemaninya.
Dengan lemah Yuna menggerakkan jemarinya, berharap Aga terbangun dari tidurnya. Aga yang merasakan jemari yang digenggamnya bergerak membuatnya terbangun dari tidurnya.
"Yuna, kamu sudah sadar." ucap Aga dengan gembira. "Apa kamu haus? Mau ku ambilkan minum?"
Yuna hanya mengedipkan mata dan sedikit mengangguk, yang menandakan bahwa ia sedang kehausan.
Dengan cekatan Aga mengambil air yg telah disediakan, lalu membantu Yuna setengah terduduk agar ia bisa meneguk air itu dengan mudah.
Aga tahu bahwa ketika Yuna tersadar ia akan memaki dan marah besar kepada dirinya, tapi tanpa sangka yang ia dapati bahwa Yuna kini mengulas senyum padanya.
"Terimakasih Ga."
Ucap Yuna membuat Aga membelalak kaget, tak percaya apa yang terjadi.
"Aku kenapa bisa ada dirumah sakit?" tanya Yuna sembari melebarkan pandangannya.
"Kamu baru saja mengalami kecelakaan Yun," jawab Aga menjelaskan. "Apa kamu tidak ingat semuanya?"
Yuna mengernyitkan dahi, lalu dia tertawa, "Ha ha ha. Ingat apa sih? kamu bercanda, ya? Aku Yuna dan Kamu Aga anak paman yang aku sayang."
Aga lalu menunjukkan jemarinya yang terdapat cincin melingkar sama seperti kepunyaannya. "Apa kamu tahu ini apa? Apa kamu ingat?"
Yuna kemudian melihat cincin yang melingkar dijemarinya juga. "Wah, kita punya cincin yang sama." sahutnya dengan gembira membuat Aga kaget karenanya.
Seketika Aga menyadari semuanya bahwa Yuna telah kehilangan ingatannya, ia kemudian segera menekan tombol darurat dan menemui dokter yang menangani Yuna.
"Dia ingat saya tapi tidak ingat tentang pertunangan kita, bahkan kecelakaan ini dok." tutur Aga dengan panik.
"Kecelakaan ini membuat dirinya mengalami syok serta dan traumatik, sehingga mengakibatkan dirinya hilang ingatan jangka pendek. Nona Yuna tidak bisa mengingat apapun kejadian setahun terakhir."
"Tapi dok, apakah ingatan Yuna bisa pulih kembali?"
Dokter itupun menunduk pasrah, "Kita lihat saja nanti hasilnya Tuan. Lambat laun Nona Yuna akan sembuh dari sakitnya, begitupun dengan ingatannya."
Lemas sudah tubuh Aga, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya rasa bersalah yang tiada hentinya. Ia sendiri bertekad untuk menjaga Yuna sebaik mungkin hingga Yuna sembuh total dan dirinya bisa pergi jauh dari kehidupan Yuna.
"Aku bakal jagain kamu, Yun!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yana nuryana
Amnesia sementar ya
2021-11-05
1
mbak i
semoga yang ini sampai tamat ya😁😁
2021-09-22
1
manda bunga
ak mau lihat nih janji nya author klu blg up tiap hri......jgn sampe php
2021-09-22
2