3

Rino melangkah cepat melewati koridor rumah sakit. Setelah mendengar kabar bahwa sahabatnya yaitu Yuna masuk rumah sakit, ia langsung meninggalkan pekerjaannya yang genting demi memastikan keadaan Yuna baik-baik saja. Ah tidak, mungkin lebih tepatnya semoga tidak terjadi apa-apa.

Ia pergi menuju kamar rawat inap dengan perasaan cemas, namun ia sedikit lega ketika mendapati sosok Yuna yang tengah menatap sambil mengulas senyum pada Aga yang sedang menyuapinya.

Rino senang ketika tahu bahwa Yuna kini baik baik saja, namun ia pun kecewa karena senyum itu tidak tertuju pada dirinya.

Karena ia tidak ingin menggangu keakraban Yuna dan Aga, ia memutuskan menunggu Aga sampai keluar kamar.

"Ikut aku!" pinta Rino langsung mencengkram kerah milik Aga, ketika lelaki itu baru saja keluar dari kamar inap Yuna.

Mereka berdua berjalan menuju tangga alternatif ketika lift ada kendala, dan disana sepi sehingga mereka berdua bebas berbicara.

"BUGH!"

Rino langsung meninju perut Aga, membuat Aga memekik kesakitan dibuatnya. Namun, Aga tak membalas perlakuan Rino karena ia pantas pendapatkan itu semua.

"Hey brengsek! Belum cukup semua penderitaan yang kamu berikan ke Yuna? Sekarang kamu malah menghancurkan impiannya. Gara-gara kamu Yuna seperti ini, dan gara-gara kamu juga dia harus kehilangan orangtuanya." ucapnya dengan kasar membuat Aga terpukul.

Aga hanya menunduk, sadar apa yang telah dia perbuat selama ini salah, ia pasrah.

Melihat Aga hanya terdiam menunduk pasrah tanpa perlawanan membuat Rino semakin geram dan mencengkram kembali kerah milik Aga dan membanting tubuh Aga ketembok.

"Jawab brengsek! Jawab!" teriaknya. "Apa belum cukup semua penderitaan yang kamu berikan, hah? Seharusnya kau saja yang mati!" serapahnya.

Dengan emosi meluap Aga menepis kedua tangan Rino yang mencengangkan kerahnya. "Aku memang brengsek, dan seharusnya memang aku saja yang mati."

Aga berteriak frustasi membuat Rino jadi terdiam, ia sadar bahwa Aga pun merasa bersalah saat ini.

"Kamu pikir aku senang? Aku juga tidak mau semua ini terjadi pada Yuna." paraunya.

"Katakan semua kebohongan mu pada Yuna dan lepaskan dia! Dia tidak pantas denganmu." pinta Rino.

Aga menunduk, "Dia sudah tahu semuanya." sahutnya membuat Rino membelalak kaget. "Dia sudah tahu tentang Nisa, tapi_"

Rino semakin emosi mendengar itu, "Tapi kenapa,hah?" bentaknya, mendesak Aga segera menjawab.

"Tapi, Yuna hilang ingatan sehingga dia lupa apa yang sudah terjadi setahun belakangan ini."

Rino memutar otaknya untuk berfikir, pantas saja tadi dia mendapati Yuna tersenyum pada Aga yang jelas-jelas sudah mempermainkannya.

"Aku akan menceritakan semuanya." ucap Rino, kemudian ia berbalik ingin pergi.

"Jangan, Rin!" cegahnya. "Ini semua demi kebaikan Yuna. Dokter mengatakan bahwa Yuna harus pelan-pelan mendapati ingatannya kembali, kalau tidak akan menganggu sistem saraf yang ada di otaknya."

"Lalu apa yang akan kamu lakukan, hah?! Apa kamu akan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan kamu bisa leluasa menyakitinya kembali?"

Aga menggelengkan kepala dengan cepat. "Aku akan menjaga Yuna sampai ia sembuh, dan aku akan pergi jauh dari kehidupannya."

Mendengar perkataan itu membuat Rino ragu sekaligus setuju, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk sahabatnya itu.

"Baiklah, jaga ucapanmu! Kalau sampai kamu melanggarnya, aku sendiri yang akan menghabisi mu!" ancamnya, sebelum kemudian ia berbalik pergi menuju kamar inap Yuna.

****

"Hai Tuan Rino." sapa Yuna dengan tengil ketika lelaki itu memasuki kamar rawatnya.

Rino tersenyum. "Bagaimana kedaanmu sekarang, Yun? Apakah masih ada yang sakit?"

"Sudah enggak kok, cuma bahuku masih terasa kaku." sahutnya, khas dengan senyumannya yang ceria. "Besok aku sudah boleh pulang dan rawat jalan."

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja." sahutnya lemas, duduk di kursi sebelah ranjang Yuna.

"Kamu kenapa, Rin? Kamu lagi tidak enak badan?" Yuna menempelkan punggung tangannya di dahi sahabatnya untuk mengecek suhu tubuhnya.

Rino jadi tersenyum, mengambil jemari ramping yang menempel di dahinya untuk digenggam. "Jangan mengkhawatirkan ku! Aku hanya lelah bekerja seharian."

"Ah pak bos, bisa-bisa kamu menggilai pekerjaan. Makanya sekali-kali liburan dan cari udara segar! Libur sehari dua hari tidak akan membuat perusahaan mu bangkrut."

Rino jadi tertawa mendengar penuturan gadis polos penuh perhatian itu. "Ah, iya aku lelah, sepertinya aku harus libur."

"Ide bagus." sahut Yuna antusias.

"Oke, besok aku akan menemanimu seharian. Menjemputmu dan mengantarmu pulang kerumah."

"Tidak mau!" sahut Yuna cemberut, menggelitik perut Rino dan tertawa.

"Mau ya? Boleh ya?!" rayunya.

"Enggak, aku kan mau berduaan sama Aga. Kalau ada kamu, kamu ganggu dong." perkataan itu sontak membuat Rino yang semula tertawa jadi terdiam seketika.

"Baiklah." Rino tersenyum pasi. "Besok aku akan berlibur dengan para gadis-gadis, siapa juga yang akan menolak pesonaku."

"Iya dong! Siapa yang tidak kenal dengan pak bos Rino salah satu pengusaha muda kaya raya di negara ini. Tidak ada satu gadispun yang mampu menolak ketampanan dan kekayaannya." puji Yuna khas dengan gaya tengilnya.

Mendengar pujian itu membuat Rino berlagak penuh besar kepala untuk menyombongkan dirinya, tapi jauh didalam hatinya ia merasa kecewa.

Kamu Yun, gadis itu.

Terpopuler

Comments

Adhe Dhebo

Adhe Dhebo

lanjut

2021-09-21

0

Fatimah Rian Risa Riyadi

Fatimah Rian Risa Riyadi

next

2021-09-21

0

Mami Vanya Kaban

Mami Vanya Kaban

Next thor

2021-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!