Keesokan harinya, dokter Qais sudah rapih dan akan langsung ke klinik yang ada disebelah rumah orang tuanya, karena memang hari ini jadwal dokter Qais tidak ke rumah sakit namun akan ada jadwal praktek di klinik yang dokter Qais dirikan bersama dengan sahabat sekaligus rekan kerjanya yaitu dokter Harun.
Saat ingin menuruni tangga dokter Qais berpapasan dengan sang adik, lalu mereka pun bersamaan menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan dan akan melakukan sarapan bersama umma, abi dan teteh mereka. Saat mereka sudah sampai di depan meja makan mereka pun langsung menyapa umma, abi dan teteh.
"pagi umma, abi , dan teteh". ucap dokter Qais dan Almeer secara bersamaan
" pagi Aa' dan ade". jawab umma Hana dan abi Fajri, sedangkan teteh Zahra tersenyum.
"wah hari ini umma masak ayam kecap, emm pasti ini enak sekali deh soalnya langsung membuat cacing-cacing yang ada didalam perut Al pada berjingkrakan minta dikasih makan nih". ucap Almeer sambil tersenyum dan mengelus-ngelus perutnya.
" itu mah emang dasarnya aja perut kamu perut karung, ngeliat makanan sedikit aja langsung deh kelaperan". ledek teteh Zahra kepada Almeer
"nggak apa-apa deh dikatain perut karung, yang penting aku kenyang, apalagi makanan yang dimasak oleh umma itu beuh rasanya pasti nikmat, jadi aku rela nampung semua masakan umma ini didalam perutku". jawab Almeer dan yang lain hanya tersenyum mendengar jawaban dari Almeer
"sudah ayo kita makan, kalian sekarang kegiatannya mau kemana". tanya abi Fajri kepada ketiga buah hatinya.
"kalau teteh mah biasa bi, mau ngajar ke PAUD". ucap teteh Zahra.
"kalau Qais hari ini mau ke klinik bi". ucap dokter Qais
"kalau Al hari ini libur kuliah karena dosennya sedang rapat, jadi ya aku di rumah saja paling kalau bosan aku akan bantu-bantu Aa' aja di klinik". ucap Almeer
" de, kamu mau nggak anterin teteh ke PAUD, kan kebetulan kamu libur, jadi bisakan hari ini kamu antar jemput teteh?" ucap teteh Zahra kepada Almeer
" ya sudah abis sarapan nanti aku antar teteh ya, teteh pulang seperti biasa kan jam 12 siang?". ucap Almeer lalu dianggukin oleh teteh Zahra
Setelah sarapan pagi mereka pun berpamitan dengan umma untuk berangkat ketujuannya masing-masing. Dan dokter Qais pun saat tiba di klinik sudah disapa oleh suster Kiara.
"pagi dokter Qais" sapa Kiara sambil tersenyum manis kepada dokter Qais
"pagi sus, hari ini pasien belum ada ya, jadi saya keruangan saya dulu ya, nanti kalau ada pasien langsung didata aja dan masuk keruangan saya ya" ucap dokter Qais sambil berlalu melewati suster Kiara.
"huft, susah banget sih buat dokter Qais terpesona sama aku, padahal aku sengaja udah dandan cantik, dan rambutku ini juga udah aku tata rapih dari biasanya hanya khusus untuk dokter Qais, tapi tetap aja dia cuek dan nggak tertarik". gumam suster Kiara
Dilain tempat ada Almeer yang telah sampai di depan sekolahan tempat teteh Zahra mengajar, dan teteh Zahra pun melihat Lea juga baru sampai dan sedang memarkirkan motornya. Teteh Zahra pun memanggil Lea sambil melambaikan tangannya, Lea pun segera menghampiri rekan kerjanya itu.
"assalammualaikum Lea, tumben bawa motor lagi" sapa teteh Zahra kepada Lea
"walaikumsalam teh, ya nih soal kemarin itu nggak bawa motor karena abis begadang mengerjakan skripsi jadi males deh bawa motor, kalau hari ini niatnya mau ke kampus habis ngajar nanti". jelas Lea kepada teteh Zahra.
"ekhem ekhem , dikacangin nih orang ganteng, masa orang ganteng kaya gini ngga dikenalin ke cewek cantik itu sih, teh". ucap Almeer kepada teteh Zahra.
"oya teteh lupa kalau masih ada kamu, teteh pikir tadi itu tiang listrik yang ada disebelah teteh ini" ucap teteh Zahra
"Lea kenalin ini ade teteh yang paling bungsu namanya Almeer dia masih kuliah di Universitas xx baru semester 5" jelas teteh Zahra
"hai, salam kenal ya saya Lea rekan kerja teh Zahra". ucap Lea
"hai Lea, salam kenal juga , saya Almeer". ucap Almeer
" Btw tadi katanya kamu kuliah di Universitas xx ya? sama doank kaya aku, tapi kalau aku ambil jurusan pendidikan dan udah semester akhir, kalau kamu jurusan apa?". ucap Lea kepada Almeer
"wah sama donk ya, tapi kita nggak pernah ketemu ya, mungkin karena beda jurusan, kalau aku jurusan hukum".ucap Almeer
"ya udah ya de, teteh mau masuk dulu ke dalam kamu hati-hati pulangnya, makasih ya de udah anterin teteh". ucap teteh Zahra
"ya teh, ya udah aku pulang ya teh, assalammualaikum teh Zahra , Lea" pamit Almeer kepada teh Zahra dan Lea.
"waalaikumsalam" jawab teh Zahra dan Lea
Setelah Almeer berpamitan pulang, teh Zahra dan Lea pun masuk ke dalam PAUD dan menuju ke ruang guru untuk menyapa dan melakukan absensi guru, dan masuk ke kelas masing-masing untuk mengajarkan para muridnya. Saat Lea masuk ke dalam kelas sudah disambut dengan teriakan dan pelukan dari para muridnya.
"assalammualaikum anak murid ibun, hari ini masih semangatkan buat belajar?" ucap Lea kepada muridnya
"waalaikumsalam ibun Lea, kita selalu semangat belajar". jawab kompak anak murid Lea
" oke mari kita berdo'a terlebih dahulu ya". ucap Lea sambil memimpin muridnya untuk berdoa.
Pembelajaran pun dilakukan oleh Lea, mulai dari bernyanyi, menghitung, mewarnai dan belajar menulis bersama-sama semua dilakukan dengan gembira. Tidak terasa jam pelajaran sesi pertama telah selesai. Lea pun nememani muridnya yang mulai dijemput oleh orang tuanya, baby sister bahkan supirnya. Saat ini masih ada satu anak muridnya yang belum dijemput oleh orang tuanya, yaitu Shanum Syahreza dan Lea pun tetap sabar menemani Shanum, sambil mendengarkan cerita shanum tentang papanya yang bekerja sebagai dokter. Saat sedang asyik bercerita datanglah jemputan Shanum, yang tak lain adalah papanya yaitu dokter Syahreza dokter sekaligus rekan kerja dari dokter Qais.
"assalammualaikum, anak papa maaf ya papa telat jemputnya, karena tadi ada pasien yang harus papa periksa". ucap dokter Syahreza kepada Shanum sambil berjongkok dan memeluk putrinya.
"waalaikumsalam" jawab Lea dan Shanum bersamaan.
"iya nggak apa-apa kok pah, Shan ngerti ko papa kan sibuk, lagian Shan ditemenin sama bu guru cantik ko, nih kenalin pah namanya ibun Lea, ibun Lea itu salah satu guru cantik yang ada disini". cerocos Shanum dengan semangat sambil memperkenalkan Lea kepada papanya.
Dokter Syahreza pun akhirnya melepaskan pelukannya dan berdiri dan menghadap Lea, dokter Syahreza pun sangat terpesona melihat wajah Azalea sampai tak berkedip dan tersadar ketika tangannya diayunkan oleh sang putri. Dengan sedikit gugup dokter Syahreza pun memperkenalkan diri.
"eh maaf ya bu, saya tidak melihat kalau Shanum ditemani oleh bu gurunya, karena tadi terlalu terburu-buru ingin menghampiri Shanum karena saya sudah telat 15 menit dari jam jemputnya. Oh ya, perkenalkan nama saya Syahreza". ucap Syahreza sambil menakupkan tangannya di depan dadanya dan memperkenalkan diri ke Lea.
"iya nggak apa-apa kok pak, saya Lea ibu gurunya Shanum dan tumben papanya Shanum yang jemput biasanya tantenya Shanum yang jemput". ucap Lea karena heran biasanya Shanum selalu diantar jemput oleh tante Airin tantenya Shanum.
"oh itu karena Airinnya sedang pulang ke Bandung katanya rindu sama orang tua kami yang di Bandung dan kebetulan juga hari ini dia lagi libur kuliah". jelas dokter Syahreza kepada Lea
"oh begitu" jawab Lea sambil menganggukan kepalanya tanda mengerti.
Shanum memang selalu diantar jemput oleh adik kandung dokter Syahreza yaitu tante Airin Ariany. Karena Shanum dari lahir sudah jadi anak piatu karena ibunya meninggal saat melahirkannya, dan sudah sejak 3 tahun setelah kelahiran Shanum dan kepergian ibunya Shanum untuk selamanya, dokter Syahreza masih menyandang status duda beranak satu. Selain, belum ada yang membuat jantungnya berdebar kembali, dokter Syahreza juga masih fokus untuk membesarkan Shanum dibantu oleh Airin. Tapi saat melihat Lea membuat jantung dokter Syahreza kembali berdebar seperti saat jatuh cinta dengan mendiang ibunya Shanum.
"iya sudah, Shanum sudah dijemputkan sama papa, jadi bu guru mau mulai mengajar lagi ya". ucap Lea sambil mengelus kepala Shanum.
"iya ibun Lea, makasih udah nemenin Shan nunggu papa dateng, ibun sini jongkok deh". ucap Shanum dan saat Lea jongkok Shanum langsung mencium pipi Lea sambil berkata Shan sayang ibun.
Adegan itu membuat Lea tersenyum karena perlakuan manis Shanum kepadanya, dan adegan itu pula selalu diamati oleh dokter Syahreza yang baru kali ini melihat kedekatan Shanum dengan bu gurunya. Dokter Syahreza amat senang melihat kasih sayang yang tulus yang diberikan Lea kepada putrinya. Setelah adegan tadi Lea pun berpamitan untuk ke kelas dan Shanum beserta sang ayah berjalan menuju mobilnya, dan akan membawa Shanum ke rumah sakit karena dokter Syahreza masih ada jam praktek.
Jam belajar mengajar pun telah usai waktu menujukkan pukul setengah satu siang, para guru telah melakukan sholat dzuhur dan sekarang mereka bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun saat Lea telah menaiki si pinky motor kesayangannya, Lea melihat teh Zahra yang lesu karena belum dijemput.
"teh Zahra, belum dijemput ya?". tanya Lea
"eh Lea, emm Almeer adenya teteh nggak bisa jemput karena lagi nemenin umma ke swalayan, jadinya teteh harus naik angkot deh". terang teh Zahra kepada Lea
"emm gimana kalau Lea anterin teteh pulang aja, lagian searah ini kok". ucap Lea menawari tumpangan kepada teh Zahra.
"nggak apa-apa nih ngerepotin kamu". ucap teh Zahra tidak enak.
"iya nggak apa-apa kok, udah ayo naek teh". ucap Lea
"bismillahirrahmanirrahim" doa Lea dan teh Zahra bersamaan.
Motor yang dikendarai Lea pun mulai melaju dan menembus hiruk pikuk jalanan ibu kota, walaupun siang hari namun tetap ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Setelah mengemudikan kendaraannya di jalan ibu kota, sampailah Lea di daerah perumahan tempat tinggal teh Zahra. Namun saat akan berhenti, Lea dikagetkan dengan orang yang tiba-taba menyebrang. Akhirnya Lea pun mengerem mendadak dan tak lupa mulutnya terus mengomel tanggannya sambil ngelus dada, karena jantungnya berdetak sangat cepat karena insiden ini.
"ish liat-liat donk kalau jalan, kalau saya dan teman saya jatuh gimana, mau tanggung jawab kamu? udah gitu kamu ngapain nyebrang nggak liat kanan kiri dulu, mau modus ya biar pura-pura ketabrak terus saya kasih uang gitu, atau kamu mau begal saya dan teman saya? saya nggak takut ya sama kamu". cerocos Lea panjang lebar sampai teh Zahra hanya tersenyum dan si pria yang hampir tertabrak hanya bengong karena pusing mendengar ucapan dari cewek aneh yang ada di depan pria itu.
"hei, kalau ngomong tuh pelan-pelan, jangan nyerocos aja kaya petasan banting". ucap dokter Qais, ya yang hampir tertabrak adalah dokter Qais.
Mendengar kalau Lea disamain dengan petasan banting pun menjadikan Lea terus ngedumel dan bibirnya sudah dimayun-mayunkan karena kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments