Inara memegang benda tumpul yang telah menegang dan mengeras.Menggesek-gesekan tangan dengan permukaan benda itu secara maju mundur. Sean begitu tidak percaya dengan apa yang dia rasakan. Bangun!!! Senjatanya bisa bangun. Ajaib ini seperti mimpi seolah tidak percaya akan hal yang dia dia rasa saat ini. Berarti dia tidak impotent ataupun lemah syahwat.
Gerakan Inara yang semakin cepat memberikan rasa nikmat yang tiada taranya. Sean tidak tinggal diam tangannya mulai bergerilya mencari sesuatu di belakang tubuh Inara. Melepaskan pengait Bra yang membungkus benda di dalamnya.
“Sungguh pemandangan yang indah baby.”
Bibir Sean mulai menjelajahi daerah itu. Mencium,menyesap hingga meninggalkan tanda disana. Tidak hanya satu tetapi banyak.
Inara seperti tersengat aliran listrik yang membuat tubuhnya bergetar hebat. Sentuhan lembut Sean turun ke bawah.Menyentuh area milik Inara yang masih terhalang oleh kain tipis berwarna merah dengan renda di pinggirnya.
“Auhh.” Lenguhan keluar dari bibir Inara merasakan nikmat yang begitu memabukan.
Ingin rasanya wanita itu meminta lebih namun dia merasa malu takut jika Sean menganggapnya terlalu murahan. Sean menggiring tubuh Inara hingga terlentang diatas ranjang dengan sprei berwarna putih. Kemudian mencium bibir pink Inara yang menggoda saat sedang seperti sekarang. Cukup lama dalam pagutan bibir yang saling bertukar saliva Sean melepas ciuman tersebut dan menatap Inara. Sebelum semuanya berlanjut dia ingin memastikan kembali pada Inara.
“Masih ada waktu untuk membatalkannya jika kau…” belum selesai dengan kalimatnya lnara sudah lebih dulu menarik lengan Sean hingga tubuh lelaki itu menindih tubuh Inara kembali membuat dada keduanya saling bersentuhan mengalirkan sengatan-sengatan listrik yang menggairahkan. Hasrat Inara sudah tidak tertahan persetan dengan rasa malu.
Sean memundurkan wajahnya menatap dalam netra mata Inara. Menghentikan aktifitas sejenak meskipun dia sudah sangat bernafsu. Inara terdiam memandang balik manik lelaki yang akan menikmati tubuhnya malam ini.
Entah kenapa tubuh Inara sangat menginginkan lebih. Seperti ada sesuatu yang harus segera dia salurkan. Tetapi lelaki yang menjadi daddy sugarnya justru malah menghentikan aktifitas panas mereka. Membuat Inara sedikit kesal.
Sejujurnya Sean juga sama dengan Inara ***** dan gairah untuk bercinta sudah sampai ubun-ubun. Namun dia ingin menanyakan sekali lagi kepada baby sugarnya untuk memastikan tidak ada penyesalan di masa depan setelah melakukan penyatuan tubuh malam ini.
“Apakah boleh…” Inara memejamkan mata dan menganggukkan kepala sebagai persetujuan.
Mendapat ijin dari Inara dengan cepat Sean membuka kain penutup area yang akan menjadi sarangnya segera. Dia tidak langsung memasuki sarang berhutan hitam itu melainkan bermain-main disana dengan jarinya. Menimbulkan sensasi yang berbeda untuk Inara dan menyenangkan bagi Sean.
“Basah baby.” Wajah Inara merona merah perkataan Sean membuat dirinya malu.
Inara memeluk tubuh Sean yang terlihat sedikit basah oleh keringat. Meskipun ruangan berAC namun rasa dingin tidak dapat mengalahkan rasa panas yang membakar gairah tubuh mereka. Inara mendekatkan bibirnya mengecup ****** telinga Sean dan membisikkan satu kalimat yang membuat Sean langsung membuang handuk yang sebelumnya sempat melilit pinggangnya.
“Aku milikmu daddy.”
Malam ini Inara telah berhasil membangunkan macan yang bertahun-tahun telah tidur. Terakhir bangun kejantanan Sean adalah saat masih kelas tiga SMA. Sejak saat itu entah kenapa milik Sean tidak dapat berdiri lagi layaknya lelaki normal lainnya. Berbagai pemeriksaaan dia jalani namun hasil menunjukkan semua normal.
“Aku akan melakukannya dengan lembut.” Inara mengangguk dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi malam ini.
Sean mulai membuka kedua kaki Inara berusaha memasuki sarangnya. Perlahan dia mulai masuk rasanya begitu sempit namun tidak ada sebuah penghalang disana. Inara merasa kesakitan milik Sean cukup besar untuk memasuki miliknya. Saat sudah sampai di dalam lagi-lagi Sean berhenti membuat Inara semakin kesal.
“Dad.” Panggil Inara saat melihat Sean terdiam.
Tiba-tiba Sean mencabut miliknya dan turun dari ranjang membuka laci mencari sesuatu disana. Saat sudah ketemu dengan segera Sean memakai alat tersebut dan kembali menindih tubuh Inara.
“Aku lupa memakai alat pengaman.”
Malam yang panjang bagi keduanya telah dimulai. Nyanyian merdu di dalam kamar membuat hasrat keduanya semakin membuncah hingga ingin melakukannya lebih dan berkali-kali. Berbagai gaya mereka lakukan hingga menguras tenaga. Inara tidak tahu kenapa dia menjadi semurahan ini. Pikirannya ingin menolak tapi tubuhnya meminta lebih.
Pergulatan tubuh dua manusia yang menguras keringat itu berhenti saat fajar menjelang. Inara merasakan tubuhnya lemas tak bertenaga.Tulang-tulangnya terasa remuk redam. Sungguh tenaga Sean tiada habisnya.
Setelah penyatuan terakhir Inara tertidur pulas tanpa memakai baju dan hanya tertutup oleh selimut yang berwarna senada dengan sprei. Pun dengan Sean yang ikut tidur di samping Inara.
……..
Cahaya matahari mulai meninggi dan masuk ke dalam celah-celah gorden yang menghalanginya. Terlihat dua manusia yang masih tertidur dibalik selimut sambil berpelukan. Merasa terganggu dengan cahaya matahari yang menerpa wajahnya Inara pun membuka mata.
“Jam berapa ini?” ucap Inara kemudian mencari ponsel miliknya. Inara ingin ke kamar mandi membersihkan diri namun gerakannya membuat Sean terbangun.
“Kau mau kemana?” tanya Sean semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Inara.
“Aku ingin ke kamar mandi bisakah kau melepaskan pelukanmu?” pinta Inara berusaha menyingkirkan tangan kekar Sean dari tubuhnya.
Sean membuka mata menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Menatap gadis yang telah membuat dirinya menikmati surga dunia yang memabukkan yang tidak bisa dilakukan oleh wanita manapun.
Merasa aneh dengan tatapan Sean Inara segera turun dari ranjang dengan berbalut selimut . Membuat Sean mengerutkan keningnya melihat apa yang dilakukan oleh Inara.
“Kenapa ditutupi aku sudah melihat semuanya bahkan berkali-kali menikmatinya.” Ucap Sean secara vulgar membuat semburat merah dipipi Inara karena malu. Ia pun segera berlari ke kamar mandi. Saat Inara sudah tak terlihat Sean menatap Sprei tidak ada noda darah disana.
“Tidak ada noda darah,apakah ini bukan pertama baginya? Tapi rasanya masih sempit dan begitu sulit untuk dimasuki namun tidak ada penghalang disana.” gumam Sean
Lima belas menit kemudian…
Inara keluar memakai kemeja kebesaran milik Sean. Membuatnya terlihat begitu sexy dimata Sean. Entah kenapa senjata Sean kembali bangkit dan menegang. Sungguh aneh dia sering melihat wanita sexy namun tidak membangkitkan senjatanya dan saat melihat gadis dihadapannya ini hasratnya bangkit begitu saja dengan penuh gairah. Padahal ini kali pertama dia bertemu dengan Inara.
“Aku lapar.” Ucap Inara dengan lemas. Bagaimana tidak Sean tidak memberinya istirahat. Dia seperti singa yang kelaparan. Tidak akan berhenti makan sebelum kenyang.
“Aku akan memesankan makanan.” Inara segera keluar mencari minum di dapur dan membawa beberapa cemilan untuk mengganjal perutnya yang kosong.
Saat sampai di depan televisi Inara teringat dengan ponselnya dan segera mencari benda itu. Terlihat sebuah notifikasi email yang berasal dari universitas ternama di kota ini yang Inara impikan. Senyum terukir manis di bibir Inara saat membaca surat elektronik tersebut. Sebuah pemberitahuan yang menyatakan bahwa dia diterima di universitas itu sesuai dengan jurusan yang dia inginkan.
Senyumnya menyurut saat melihat besarnya rincian biaya kuliah selama satu tahun. Tanpa Inara sadari Sean sudah sejak tadi berdiri di belakang Inara. Membaca email yang terbuka di ponsel Inara. Perlahan Sean mundur berjalan menuju balkon dan menghubungi seseorang.
“Urus semuanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Aryani Aja
panas dingin bacanya thor😆
2023-02-08
3
RAFLI 2016
mantap🤣🤣🤣
2021-10-18
1