Ba-bagaimana ini ...?
Amanda semakin gelagapan dan ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada dirinya. Apa lagi saat para pelayan itu menarik kedua tangan Amanda dan berusaha menjejalkan sebuah obat berbentuk kapsul itu ke dalam mulut Amanda.
"Tidak ...! Aku tidak mau! Aku tidak mau!"
Tapi usaha Amanda seakan sia-sia, tangan dan kakinya kini sudah dikunci sedemikian rupa, apa lagi mulutnya juga sudah dipaksa untuk dibuka lebar-lebar dan mereka memaksa untuk memasukkan minuman itu ke dalam mulut Amanda.
Amanda menangis histeris, ia berusaha ingin memuntahkan seluruh apa yang ia minum tapi ditahan oleh para pelayan itu. Hingga tiba-tiba, terdengar langkahan kaki. Seorang laki-laki dengan tawanya yang mengerikan mulai masuk ke dalam ruangan ini dan tersenyum puas melihat Amanda yang dibuat begitu cantik memesona.
"Kau benar-benar cantik sayang ... kau sudah berencana akan memuaskanku, eh ...?"
"Tutup mulutmu! Aku tidak sudi melayanimu!"
Ha ha ha. Lagi-lagi laki-laki itu tertawa dengan sangat keras. Dan kini ia malah membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Tatapan itu sangat mengerikan sekaligus kelaparan. Jakunnya naik turun saat melihat kemolekan tubuh dari Amanda.
"Ayo kita lewati malam ini bersamaku, sayang ..."
"Tutup mulutmu!"
"Ayo lah. Kau memang pintar membangkitkan seluruh hasratku. Aku memang suka tantangan, dan kau ... ya ampun ... aku baru pertama kali mencoba gadis virgin sepertimu ... aku tidak sabar ..." air liur itu semakin deras menetes hingga ia harus mengusapnya berulang kali.
"Aku ingin pulang! Aku ingin pergi!"
"Ha ha ha. Apa kau gila ...? Paman dan bibimu sudah menjualmu. Kau sudah tidak mungkin diterima lagi di sana. Ayo lah sayang ... ada aku ... mulai sekarang kamu adalah nyonya yang akan aku spesialkan. Aku akan memberimu banyak kemewahan setelah malam ini."
"Lepaskan aku! Aku tidak mau!"
Tapi Boby tidak mau, ia melihat peluh yang menetes deras dari kening Amanda saat ini. Mungkin ia harus tunggu sebentar lagi agar tubuh itu kepanasan, efek obat akan memberinya banyak gairah dan itu akan membuatnya semakin mudah untuk menidurinya.
"Sayang ... minimal beri aku ciuman." Baru saja Boby ingin menyentuh bibir itu tiba-tiba Amanda langsung menamparnya dengan begitu keras.
Plak!
Mata Boby melebar sempurna. Untuk pertama kalinya dalam sejarah ia dipukul oleh seorang wanita. Membuatnya benar-benar marah dan menatap tajam ke arah Amanda.
"Kurang ajar! Dasar wanita tidak tahu diuntung!"
Bug!
Boby langsung memukul kepala Amanda dengan sangat keras hingga Amanda terpelanting jatuh ke atas lantai. Ia marah. Benar-benar marah. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini!
"Lepas bajumu sekarang juga!" Teriak Boby dengan sangat kesal. Ia mencengkeram erat gaun itu dan memaksa Amanda untuk membukanya. Menindihnya dari atas hingga Amanda tidak bisa bergerak lagi.
***
Evan sangat kesal ketika harus pura-pura menjadi orang lain. Memberikan sebuah ceramah sepatah dua patah kata, memberikan ucapan terima kasih yang besar kepada Ayahnya dan kini ia seperti menjadi orang yang munafik saat ia harus berpura-pura menginginkan semua orang mendukungnya.
"Terima kasih atas kepercayaan kalian kepada saya ... saya berjanji akan mendedikasikan jiwa dan raga saya kepada perusahaan ini."
Tepuk tangan semakin meriah, mereka terbuai dengan ketegasan dan wibawa Evan ketika berada di atas podium.
Tidak ada hadirin yang sadar bahwa saat ini Evan tengah berpura-pura. Mungkin ... hanya ini satu-satunya cara agar ia bisa menjaga nama baik Ayahnya. Walau ia membenci ketika dia menjadi penerus perusahaan, tapi ia masih mempunyai hati dan menghormati Ayahnya.
Roberto tersenyum bangga, sedangkan Evan menghela napas.
"Anda begitu luar biasa tuan Evan."
Evan hanya menaikkan sebelah bibirnya. Kini adalah sesi tanya jawab di antara para kolega, rekan, klien bahkan wartawan. Mereka saling sahut menyahut untuk memberikan pertanyaan dan sebuah rencana masa depan lewat kepemimpinan yang baru.
"Lalu, bagaimana rencana anda ke depannya tuan? Apa langkah yang anda akan ambil ketika dunia semakin modern dan saingan bisnis semakin ketat?"
Adalah pertanyaan dari para kliennya, dan orang seperti Evan hanya tampak percaya diri dan menyunggingkan seulas senyum.
"Saya tahu kekhawatiran anda ... anda terlihat gusar ketika anda menyampaikan pertanyaan itu. Mungkin anda ketakutan akan nasib perusahaan berada di tangan anak muda seperti ini, bukan?"
Dan mendengar keterbuka-bukaan Evan, sang penanya tampak salah tingkah. Tapi bukan kah wajar jika mereka takut ketika perusahaan akan diambil alih oleh anak muda seumuran anak mereka?
"Tapi tenang lah, bapak dan ibu sekalian. Saya tidak main-main, saya tidak akan pernah mengecewakan orang tua saya yang sudah berdiri di sana. Arespha grup akan semakin berjaya bahkan dari sebelumnya, tidak akan pernah membiarkan apa pun dan siapa pun mengalahkan Arespha grup selama titik darah penghabisan saya. Itu janji saya."
Evan tampak percaya diri. Semua orang langsung bertepuk tangan semakin meriah ketika Evan tengah mengatakan hal itu. Semua orang terbelalak kaget, suasana kembali riuh dan semuanya adalah kata-kata penyemangat yang ditujukan oleh Evan.
Roberto tersenyum bangga, melihat cara berpikir anaknya yang ternyata sudah dewasa. Sementara Evan di dalam hati merasa ingin muntah saat ini juga.
Apa-apaan aku ini ...?!
Bodoh!
Apa yang baru saja aku janjikan?!
Dan apa itu tadi ...?! Sampai titik darah penghabisan?!
Astaga! Evan sadar lah!!!
Evan memijit pelipisnya satu kali dan kembali menghela napas melirik ke arah Beryl yang tampak cekikikan di sana. Beryl sungguh tahu, jika ia dihadapkan oleh Roberto, Evan akan menjadi seperti ini. Roberto satu-satunya orang yang Evan sayangi melebihi siapa pun di dunia ini setelah ibu kandungnya meninggal. Walau pun mereka sering bertengkar, Beryl tahu kalau Evan tidak akan pernah sampai hati jika sampai mempermalukan Roberto di depan umum.
Beryl mengacungkan kedua jempol nya dan hanya dipelototi oleh Evan.
"Mati kau setelah ini!" Gumam Evan dengan suara lirihnya.
"Tuan Evan yang terhormat, apa anda terlalu percaya diri? Citra anda di depan umum bukan kah sudah sangat buruk? Apa anda tidak lihat di layar televisi? Bahkan seluruh masyarakat mencaci anda tiada henti ... saya dengar anda sering bergonta-ganti pasangan, sering kelayapan di tempat hiburan dan rasanya ... sangat mustahil anda di terima di masyarakat umum?"
Mata Evan menyipit. Dan Ini lah sebuah pertanyaan yang paling dibenci oleh Evan ketika ia dihadapkan oleh sang reporter. Para wartawan bahkan sekarang sudah menampilkan kelakuan Evan di depan sebuah layar yang entah kenapa tiba-tiba terpasang di sudut sana.
Sial?! Apa-apaan mereka?!
Bahkan Beryl, Roberto beserta ibunya kaget setengah mati melihat Evan yang dipermalukan seperti itu di depan umum.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Tha Ardiansyah
Manda bisanya cuma teriak-teriak aja, bukannya bertindak, lari ke, apa ke....
2021-12-28
2
Triiyyaazz Ajuach
amanda gmana nasibnya
2021-12-04
0
SitiNur20969975
apa yg terjadi sama amanda manopo 🤔🤔🤔🤔🤔
2021-10-02
0