Hyerin terduduk diam disebuah meja duduk dengan kedua pasang mata tak hentinya mengabsen setiap orang yang hampir penuh mengisi ruangan. Dari pengamatan yang dia bagikan, Hyerin menyimpulkan keadaannya jika saat ini dia duduk sebagai salah satu siswa di sebuah ruang kelas begitupun berbaur dengan siswa lainnya. Ada perbedaan antara dulu dan sekarang, perbedaannya antara waktu dan tempat. Kedua momen yang menjadikannya seorang siswa di sebuah sekolah. Jika dulu dia bersekolah di seberang tempat tinggalnya bersama dengan kedua orang teman yang sangat akrab dan selalu memilih menghabiskan banyak waktu di sekolah dibandingkan di rumah. Dan kali ini dia duduk sebagai orang asing yang meski kedatangannya sebagai orang baru namun orang-orang tidak memperdulikan menganggap tidak ada yang berubah. Matanya kembali menangkap sosok wanita yang sudah menemuinya di luar kelas memanggil namanya dengan sebutan yang sangat akrab. "Yerin" Hyerin mengingat jika hanya temannya dulu yang memilihkan nama panggilan untuk Hyerin. Hyerin masih menatap wanita yang ada di hadapannya dengan penuh tanya, namun sama sekali dia tidak mendapatkan apapun selain sebuah isyarat yang menunjukkan agar dirinya segera mempersiapkan tempat duduk dan pakaian dengan baik. Hyerin kemudian menatap sepasang seragam sekolah yang sudah melekat, dia juga menemukan sebuah sepatu yang terpasang di kakinya kini. Sebelum niatnya untuk meneruskan bertanya namun tidak berhasil dilakukan, kehadiran seorang wanita dengan paras semampai tinggi yang bisa ditebak dari penampilannya menunjukkan identitas sebagai seorang guru di sekolah ini. Dari arah pintu wanita itu menerobos masuk menghalau kegaduhan dan perhatian semua orang secara sekaligus. Semua orang langsung terdiam, begitupun dengan Hyerin yang cepat menyesuaikan.
Perhatian Hyerin tak lepas dari ekspresi guru yang kembali mengingatkannya pada sosok gurunya juga yang sangat baik. Di hadapannya dengan aktivitas seperti biasa guru berdiri dengan santai menjelaskan banyak kalimat yang keluar dari mulutnya, sangat lugas sehingga bisa menarik perhatian semua orang. Namun Hyerin tidak menangkap satu kalimat pun yang sampai untuk dipahami, pikirannya yang masih mengenang semua hal mengenai lembaran cerita hidupnya mengingatkan bagaimana keadaan sekarang seperti menempatkannya dia seperti dulu ketika masih sekolah sebagai siswi SMA dan semua momen berharga ketika dia mempunyai seorang guru yang sangat pengertian dengan hidupnya. Sebuah kemiripan yang menurut hatinya sangat terlihat jelas.
Pikiran Hyerin kembali kosong, terlepas dari semua kenangan dia merasakan waktu seperti baginya semua sudah berlalu begitu lama, hatinya yang sangat putus asa kini harus mengingat kejadian di masa hidupnya dulu dan semakin membuat sesak di dada. Sebaliknya waktu terasa singkat, saat ini seperti dia merasakan satu detik tidur yang lalu terbangun dan kenyataan mengatakan dirinya terbangun sebagai roh yang hidup di tempat entah apa tidak bisa dimengerti nya.
Hyerin tidak bisa menampik ketika kerinduan kemudian menyergap tanpa ampun. Ada sebuah hasrat yang sangat ingin membawanya kembali menemui semua orang tanpa terlewatkan dan menjadikan Hidupnya lebih baik lagi.
Rasa sesal sepertinya tidak bisa diperhitungkan lagi. Bagaimana tidak ada yang bisa disesali? Lebih banyak cerita yang menumpuk lalu kenangan yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Yora dan Rey terlebih kedua sahabat yang selalu menjadikannya alasan untuk pergi dan kembali dari semua masalah dan semua perasaan yang selalu ingin dia bagikan dengan sangat jujur. Mungkin kali ini dia tidak akan pernah bisa menemuinya lagi.
Tidak akan pernah ada yang tahu sebagaimana berharganya seorang teman, lebih berharga dibandingkan keluarga yang tidak pernah dia miliki. Dan sekarang mungkin Hyerin tidak bisa menemui temannya lagi, satu alasan yang merupakan adalah ketidak mampuannya lagi untuk sekedar meneruskan hidup mengenang semua hal sendirian yang tergambar jelas di matanya, untuk setiap perhatian, momen, kesedihan, kesulitan, kesakitan yang sepenuhnya membawa pikiran Hyerin kembali jauh mengingat kehidupannya dulu.
"Yerin, Yerin!!" Suara yang terdengar memecah di telinga Hyerin berhasil menarik kesadarannya kembali.
Sepasang mata langsung menangkap sosok wanita sedang berdiri di depan meja. Hyerin tidak cepat menanggapi panggilannya dia lebih cepat menyadari suasana di kelas yang sudah kosong, tidak ada lagi orang selain dirinya, wanita itu dan temannya. Hyerin mengalihkan perhatian dan akan bertanya apapun yang sedang dialaminya.
"Anak baru, pasien no 13 yah." sedikit senyuman dari wanita itu yang masih membuat Hyerin tak bergeming dengan sebutan wanita itu pada dirinya.
"Saya ingin bertanya. A_ "
"Baiklah aku melihatmu masih linglung, tapi aku yakin kamu akan terbiasa dengan kehidupan barumu sekarang." Sambung wanita itu sebelum Hyerin berhasil melancarkan semua perkataannya.
Beberapa waktu berlalu, Hyerin berusaha mengumpulkan setiap kalimat dalam pikirannya agar setiap perkataannya bisa segera dipahami orang lain.
Hyerin sangat serius menatap ke dua pasang mata yang juga sedang menatapnya.
"Ceritakan semuanya yang bisa aku pahami dengan cepat!" Hyerin menegaskan. Dia sangat tidak sabar memulai semua obrolan yang bisa semakin memperjelas keyakinannya.
Lagi-lagi sebuah senyuman diperlihatkan wanita itu. Padahal Hyerin tidak mengharapkannya, dia tidak bisa menunggu sabar setiap jawaban yang akan secepatnya terdengar. Seolah-olah bukan kali pertamanya wanita itu berekspresi seperti dia mengerti semua sebelum Hyerin bertanya, bahkan dia sudah mengetahui setiap pertanyaan yang akan ditanyakan Hyerin terhadap dirinya. Kenyataan bahwa asumsi wanita itu salah, namun keadaan masih berlangsung salah paham.
"Kamu tidak sadar? Jika kamu ada di tempat ini berarti kamu sudah mati. Aku, kamu, dan semua orang disini adalah roh orang mati. Dan disini adalah tempatnya kehidupan orang yang sudah mati." Penjelasan wanita itu sangat terdengar begitu percaya diri sedang menyadarkan orang linglung seperti Hyerin.
Sebaliknya penuturan yang dikatakan wanita itu malah semakin membuat Hyerin bungkam. Hyerin tidak mengerti dia ingin bertanya yang lain dan mendapatkan jawabannya. Kali ini Hyerin sudah merasa sia-sia, dia hanya membiarkan wanita itu bercerita sampai selesai hingga dia mendapatkan giliran untuk bertanya.
"Pertama kamu jangan bingung, harus belajar untuk bisa kembali ke tempat kamu pertama kali tersadar di tempat ini." Jelas wanita itu.
Hyerin tak menanggapi, dia hanya membulatkan mata setelah mendapatkan pertanyaan baru yang tidak dimengerti nya lagi.
"Sudahlah Desy, kamu jangan bersikap akrab lagi dengan orang baru, kenapa harus repot-repot menjelaskan, biarkan saja dia menyadari kematiannya sendiri." Timpal teman wanita itu yang mungkin setengah kesal mendapati Hyerin tak bereaksi sama sekali.
Hyerin hanya membalas tatapannya dengan santai dia tidak merasa tersinggung dengan pernyataannya. Karena dia bukan tidak menyadari kematiannya lagi, tapi dia tidak mengerti dengan tempat sekarang dan dia ingin menanyakannya.
"Aku yakin kamu masih bingung, jangan ceroboh di tempat ini. Dan aku Desy dia Clara." Timpal lagi wanita itu yang menyebutkan dirinya adalah Desy memberikannya lagi penjelasan tanpa memberikan kesempatan Hyerin untuk bicara, begitupun dengan temannya yang juga tidak memberikannya waktu untuk bicara.
Hyerin masih berusaha memahami keadaan, dia ingin mengakhiri kesalahpahaman dan kembali mengatur ulang percakapan yang masih berlangsung
"Okelah, jangan ceroboh dan sebaiknya kamu pulang ke tempat awal kamu disini " Sambung nya lagi yang masih mencoba memperingatkan Hyerin. Tidak ada lagi percakapan, Wanita itu yang menyebutnya adalah Desy ditarik oleh temannya dan kemudian berlalu hilang begitu saja dari penglihatan.
Hyerin hanya melotot mendapati ke dua orang sudah hilang dari pandangan. Akhirnya dia tidak berhasil mendapatkan sesuatu hal yang dipertanyakannya. Dan ke dua orang sudah hilang. Kali ini entah apa yang akan dilakukan, Hyerin sudah sangat bingung apalagi untuk tetap berdiam diri sendirian di dalam kelas.
Kali ini dia baru menyadari sesuatu, adegan orang menghilang, cerita tentang kematian, dan orang-orang yang menyebutnya adalah roh orang mati, semua persis sama seperti di dalam film yang dulu selalu ditontonnya. Tapi dia tidak bisa menyamakan keadaan sekarang seperti adegan sebuah film. Jauh sangat berbeda.
Di tengah pertanyaan hati yang masih bingung menyikapi semua kejadian, mata Hyerin menangkap dengan jelas sebuah jam dinding yang menunjukkan pukul 12.00.
Hyerin meninggalkan kelas yang baru saja mengawali cerita di hari pertamanya sebagai roh.
Di hadapannya ada hamparan taman luas yang membentuk sebuah lapangan, rumput yang hijau tumbuh terlihat kontras dengan keadaan di sekeliling.
Hyerin menghirup napas panjang, dia ingin menjaga hatinya dengan sangat tenang, meski semua kenyataan sangat membuatnya gila setengah mati.
Kali ini dia tidak mengerti dengan kepergian orang-orang. Dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments