Grizella, nama yang cukup Indah serta cocok dengan paras cantik ini.
Griz nama panggilan ku, sudah beberapa tahun tinggal di sini.
Cukup membuat aku betah namun rasa rindu keluarga yang jauh di sana jauh lebih besar juga.
Bahkan aku sempat berfikir buat kuliah di dekat rumah saja tapi impian ku sejak dulu kuliah di universitas itu jadi segala hal yang harus aku hadapi dengan sabar termasuk rasa rindu keluarga.
"Griz lo udah lamar di mana aja?"
Alfa itu panggilan akrab ku, dan mereka tinggal di salah satu kosan tapi tidak gabung.
Kinan kos di khusus perempuan meski mereka hanya di pisahkan oleh dinding saja.
"Di beberapa perusahaan Al dan mudahan aja ke terima ya.
Capek tau harus bolak balik ngantar lamaran tapi di tolak,"
Dengus ku yang paling anti sama ngirim banyak lamaran namun yang di dapat penolakan.
Ibarat kita mengungkapkan perasaan kita pada orang yang di taksir dan malah doi menolak nyesek nggak tuh.
"Aamiin, doain gue juga ya moga ke terima di satu tempat yang sama biar kita bisa bareng terus,"
Alfa sudah sangat akrab sama aku, kalau orang yang tidak tau akan mengira kami adalah sepasang kekasih.
Alfa juga tak jarang ngajak aku jalan kalau kami sama sama punya waktu luang.
" Bosen tau Al tiap hari liat tuh wajah,"
Canda ku yang suka melihat wajah tampan itu memberengut kesal.
Ya Alfa memang tampan dan aku tidak pungkiri itu tapi tetap saja hati ku tidak berdebar saat bersamanya.
Aku juga tidak tau, apa Al tidak masuk salah satu tipe ku atau aku yang tidak bisa menaikkan derajat Al dari sahabat menjadi kekasih misalnya.
Ya namanya juga perasaan tidak bisa di paksa pada siapa akan berlabuh.
Juga seperti itu dia seperti tidak memendam rasa pada ku makanya persahabatan kami sampai sekarang langgeng.
"Gue nggak tuh Griz gimana dong.
Kalau kita beda tempat kerja ntar lo kangen gimana?"
Menaik turun kan alis menggoda ku tapi aku tidak tersipu atau bersifat malu malu saat di puji lawan jenis mungkin beda lagi kalau aku menaruh rasa sama orang itu.
"Jangan terlalu percaya diri, kenyataan pahit lo Al,"
Aku juga tidak akan termakan sama gombalan Al yang receh itu.
Sudah terbiasa.
"Gue kurang apa sih Griz? sampai lo nggak naksir ama gue?"
Heran Al yang mana aku biasa saja saat Al gombali tapi memang itu kenyataan dan aku tidak mau pura pura tersipu hanya demi membuat Al senang.
Aku kan orang nya jujur, gimana lagi coba.
"Lo nggak ada yang kurang Al, ya hati gue aja yang biasa saat bersama lo atau lo gombali,"
Jujur itu menyakitkan tau dan aku tau secara tidak langsung aku sudah menyakiti Al tapi bukannya itu lebih.
Dari pada membuat orang bahagia di atas kebohongan.
Tapi Al juga tak apa, dia tau kok aku orang nya memang jujur demi kebaikan.
Bahkan Al pernah bertanya tipe ideal cowok idaman aku.
Aku hanya menjawab yang penting bisa membuat aku berdebar meski hanya sekedar dia tatap saja.
Simple bukan tapi itu sudah cukup.
"Kalo lo gue liat sedekat ini lo berdebar tidak?"
Al mulai resenya, mendekatkan wajahnya sama aku.
Tapi bukannya aku berdebar malah pingin ketawa.
"Udah deh Al nggak mempan tau.
Bukannya berdebar gue malah mau getok pala lo,"
Mendorong jidat Al sedikit kuat agar menjauh.
Risih saja gitu, aku tidak bisa memaksa debaran ini bukan dan sampai kapan pun tidak bisa.
Aku juga tidak tau apa niat Al sebenarnya melakukan itu, ingin menguji saja atau dia beneran suka.
Ntah lah cuma Al yang tau.
"Jangan di getok Griz tapi di sayang masa tega sama sahabat sendiri,"
Memperbaiki posisi duduk.
Saat ini kami lagi berada di taman dekat kos kosan itu.
Tidak terlalu besar namun cukup nyaman buat bersantai.
"Tangan gue suka gatal kalau megang lo lama lama Al,"
Hah alasan apa itu, mana ada cuma ngelus bikin gatal emang ngelus guguk apa.
Jahat sekali aku jadi sahabat, sorry ya Al kekeh ku dalam hati.
Uh sahabat rasa saudara yang selalu ada buat aku bahkan Al sering bayarin makanan aku di kantin kan makin sayang Al.
Semua rasa kagum ku pada Al hanya ku simpan dalam hati sebab aku hanya menganggap Al sebatas sahabat tidak bisa lebih.
Ada Al di sisi ku saja aku sudah bahagia dan aku tidak mau merusak semua.
"Enak aja lo kira gue guguk,"
Dengus Al tidak suka di samai sama guguk, padahal tampan gini.
Al sama aku sama, sama sama merantau disini.
Kami dari keluarga cukup mampu hanya saja jauh dari mereka semua.
Di kota asal ku juga ada kampus bagus bagus hanya saja aku ingin hidup mandiri serta pengen merasakan bagaimana rasanya jauh dari keluarga.
Awal di sini rasanya sangat berat apa lagi di sini aku melakukan semua serba sendiri.
"Gue nggak bilang gitu ya Al,"
Elak ku meski dalam hati juga anggap itu tadi.
"Tapi lo tenang aja lo bukan tipe gue juga kok.
Jalan yuk Griz, bosen tau duduk aja,"
Ajak Al pada ku, iya aku juga mulai merasa bosan dan kapan lamaran kerja kami ada kabar.
"Yuk kalau seperti biasa,"
Setuju ku langsung berdiri berjalan duluan.
Kami jalan jalan menggunakan motor gede Al yang dia bawa dari rumah.
Tujuan kami kali ini tidak tau kemana Al akan mengajak ku.
Aku ikut saja asal di bayarin.
Ternyata Al mengajak ku kesebuah restauran yang cukup mewah tapi ada satu kesalahan yaitu kami salah kostum.
Tapi kami cuek saja masuk ke sana dengan Al menggandeng ku.
Baru melewati pintu masuk aku tidak sengaja menabrak seseorang mau keluar dari restauran ini.
Ini dada apa dinding keras amat, untung tampan kalau nggak,dumel ku dalam hati.
Aku melihat orang yang menabrak ku sangat tampan dengan tinggi melebihi ku.
Jika di bandingkan aku hanya sebatas bahunya saja.
Orang itu hanya melihat ku acuh dengan alis bertaut.
"Sorry om,"
Aku tidak tau siapa yang salah di sini, tapi tidak salah kan kalau minta maaf duluan.
Dia tidak menjawab hanya melirik ku lalu setelahnya pergi dari sana tanpa berkata apa pun.
Bisu apa? kesal ku.
Pakaian dia rapi lengkap dengan jas bisa di tebak kalau dia seorang bos kalau di lihat dari sifat sombongnya.
Aku meneruskan langkah ku masuk dan duduk dekat jendela sambil menikmati suasana luar yang tembus pandang dengan dinding kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments