"kau kenapa?" aku yang tengah duduk sambil memainkan ponselku dengan malas, semakin malas mendapatkan pertanyaan itu dari Vanya.
"kau sudah selesai? kita bisa pulang sekarang" aku enggan berlama lama ditempat ini.
"tunggu, mobilku di bengkel aku numpang mobilmu ya" pintanya, aku menghela nafas kasar apa gunanya jasa taksi di muka bumi kalau manusianya hanya ingin menumpang, gratisan.
setengah perjalanan, lampu merah membuatku sedikit kesal.
"kau cantik, kenapa tadi pagi meninggalkanku begitu saja?" memori saat rey menciumku dibutik tadi membuat emosiku labil, aku marah, kesal, kecewa tapi menginginkan lebih.
TIIIIIN
"weh gila, kau kenapa?" tanya Vanya terkejut, aku pun sama, kenapa aku bisa memukul setir kemudi hingga membunyikan klakson.
"aku benci REY" kataku, menatap nyalang pada Vanya, sedangkan wanita itu membulatkan matanya seolah bertanya ada apa.
"sial! aku bahkan sangat membencinya Vanyaaaa" kataku lagi.
"kau kenal REY? dia baru pulang dari Amerika kemarin, setelah 17 tahun tinggal di sana" what?
"REY? dia tidak tinggal di jakarta?" tanyaku penasaran.
"iyaaa, dulu kuliahnya di Singapore abis itu terusin usaha keluarga di Amerika" jelasnya, jadi?
"sofi?"
"kau cemburu sama sofi?" aku berdehem, seolah tak mendengar pertanyaan Vanya.
"ayolah Kena, kau tidak bisa menutupi apapun dariku katakan apa yang terjadi semalam?"
"menurutmu?"
"kau tidak bisa menutupi sepenuhnya kissmark di lehermu itu, dan kau bilang benci Rey"
"kami tidur bersama puas?" kataku dengan geram, Vanya hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O.
"hah? tunggu tidur bersama? ngapain? main bola? gol engga?" anjir punya sahabat keturunan bar bar begini amat...[]
"ayo masuk aku punya wine" aku menerima tawaran Vanya, tidak ada salahnya minum anggur malam ini, setelah memarkirkan mobil dengan aman aku mengikuti langkah kakinya.
Tit Tit Tit Tit Tit Tik Ceklek
suara pin dan pintu terbuka, aku membuka blezer dan menaruhnya di atas sofa, membuka 2 kancing teratas kemeja putihku.
"waw sexy baby" aku mencebik kesal. Vanya, dia seperti menyukai perempuan.
"tingkat tidak normalmu lebih dari 80%" kataku sambil berjalan mengikutinya.
"perempuan normal juga bakal kagum sama keindahan perempuan lain, dan itu wajar" ujarnya, membela.
"terserah" kataku malas.
"aku tuangkan" ujar Vanya, kami duduk di bangku bar mini milik vanya, bersebelahan dengan dapur minimalis yang sangat keren.
"jadi, sofi itu mantannya Rey tapi kayaknya sih belum bisa move on ya" jelas Vanya tanpa ku minta.
"terus gimana? kau sudah tidur dengan Rey semalam, dan kalian bertemu lagi tadi" aku mengangguk, Vanya menyesap wine di gelasnya.
"dia memintaku untuk menikah dengannya tadi" kataku.
"benarkah?"
"sebagai bentuk tanggung jawab" kataku, Vanya kembali menyesap wine di gelasnya.
habis 6 gelas, rasanya sedikit pening dan ingin segera terlelap.
"kenapa? mabok?" tanya Vanya, aku menggeleng lemah.
"ngantuk, numpang tidur ya dikamar biasa" kataku, Vanya mengangguk dan aku langsung bergegas pergi ketempat itu, kamar yang biasa aku tempati.
"hmmm Vanya mengganti parfumnya" kataku saat masuk kedalam kamar bernuansa biru laut, menutup pintu lalu mengambil posisi nyaman untuk tidur di atas kasur king size.
"kau mabuk?"
"hmmmmmm"
"kenapa masuk kamarku?"
"ini kamarku" siapa yang menggangguku? ah sudahlah tapi rasanya tubuhku sangat membutuhkan jasa pijat.
aku menoleh mencari asal suara, manusia atau setan yang tadi berbicara denganku? masa bodo lah.
"hey kau, bisakah memijit punggungku? rasanya pegal" kataku, tak ada sahutan aku yakin jika tadi adalah setan yang sudah menghuni kamar ini selama aku tidak menempatinya.
"kau setan rupanya, hem mengingatkanku pada bajingan itu ah, aku harap dia segera menghilang dari bumi ini dan enyah dari kepalaku, Tuhaaaaan kenapa harus ada wajahnya di kepalaku"...[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Siti Nihayatul
suka
2022-07-07
0
Yuni Aqilla
yg semamgat ya thor
2022-01-09
0