Luka

Divina terduduk di atas tempat tidur, tampak buliran air mata mengalir membasahi pipinya. Dia membuka jaketnya dan melemparnya ke lantai.

Apa sudah saatnya dia untuk menyerah? Menyerah akan perasaannya yang begitu besar namun tak terbalas ini. Dia berjalan pelan menuju ruang ganti dan membuka lemarinya. Diambilnya map coklat dari sela-sela bajunya yang tersusun rapi di sana.

Dibukanya map itu dan dikeluarkannya foto-foto di sana. Air matanya semakin deras, jatuh membasahi baju dan beberapa jatuh ke lantai. Semua foto itu memperlihatkan bagaimana bahagianya sepasang kekasih yang sedang bermain di pantai.

Sang pria tampan di foto itu terlihat menatap penuh cinta pada wanita yang dia peluk dari belakang. Dengan latar belakang matahari terbenam, suasana di foto itu begitu romantis.

Divina memasukkan kembali semua foto itu ke dalam map dan membuangnya ke tempat sampah. Rasanya begitu sakit melihat foto-foto itu. Seharusnya dia tidak perlu membuka kembali map itu, namun tubuhnya bergerak tanpa bisa dia cegah.

Divina menemukan map berisi foto-foto itu dari dalam laci meja kerja Revan, sekitar sebulan yang lalu. Revan tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam ruang kerjanya, namun Divina terlalu penasaran. Beberapa kali dia masuk ke sana dan mencari sesuatu yang mungkin disembunyikan suaminya, dan akhirnya baru bulan kemaren dia temukan. Foto yang merupakan kenangan suaminya dengan mantan kekasihnya. Atau masih kekasih?

Divina kembali ke tempat tidur, merebahkan dirinya di ranjang yang seringkali dia tiduri sendiri. Berbagai ingatan penuh luka memenuhi otaknya. Di mana di atas ranjang ini, di bulan kedua pernikahan mereka, Revan mengambil haknya di bawah pengaruh alkohol.

Tempat yang Divina tiduri sekarang, juga saksi di mana wanita itu sering menangis karena diabaikan sang suami. Setelah berhubungan pun, Revan akan segera membersihkan diri dan pergi ke kantor kembali. Selalu begitu, bahkan laki-laki itu akan berangkat ke kantor sebelum matahari terbit dan pulang lewat tengah malam. Terkadang juga laki-laki itu tidur di kantornya. Dan itu untuk menghindari Divina.

Dan hari ini, dia kembali terluka karena melihat suaminya memeluk seorang wanita di bandara. Apalagi wanita itu adalah Cindy, mantan kekasih Revan. Divina tentu kenal dengan Cindy karena Revan seringkali memposting kebersamaan mereka ke media sosial dulu.

Divina, Cindy, dan Revan dulunya satu kampus. Divina yang beberapa kali lompat kelas saat sekolah, akhirnya berkuliah pada umur 17 tahun. Dia merasa senang saat itu karena bisa satu kampus dan satu angkatan dengan Revan. Terluka di saat bersamaan ketika melihat sang pujaan hati telah memiliki kekasih dan begitu mencintainya.

Tangis Divina semakin mengeras ketika menyadari kebodohannya. Seharusnya dia sadar sejak awal kalau Revan sama sekali tidak mencintainya. Sadar bahwa laki-laki itu tidak akan pernah menerimanya dalam hidupnya.

"Jadi berita mereka putus itu bohong?" lirih Divina mengingat berita putusnya Revan dan Cindy dulu. Namun melihat mereka berpelukan di depan banyak orang tadi, Divina yakin mereka masih menjalin hubungan dan dia adalah orang ketiga dalam hubungan pasangan itu.

Divina tadi hendak melihat Revan berangkat, jadi dia menyusul ke bandara diam-diam. Namun yang dia lihat di sana membuat hatinya terluka. Sepasang manusia sedang berpelukan, ditonton oleh banyak orang yang ada di sana.

Jadi, apa keperluan ke keluar kota itu adalah keperluan mereka berdua? Bukan tentang pekerjaan?

Sudah cukup, Divina akan berhenti sampai di sini. Dia mendudukkan tubuhnya dan menghapus air mata yang membasahi pipinya. Dia masuk kembali ke dalam ruang ganti dan mengambil koper. Dengan perasaan yang tidak menentu, dia menyusun satu per satu pakaiannya ke dalam kopernya.

Tiga koper besar sudah penuh dengan semua barang-barangnya. Divina membawa koper-koper itu ke luar dan meletakkannya di samping meja riasnya. Setelah itu dia menghubungi seseorang.

"Pak, Divin bisa minta tolong?" tanyanya pada orang di seberang sana.

"Tentu, Nona." Orang itu menjawab dan Divina mengutarakan keinginannya.

"Apa Anda yakin, Nona?" tanya orang itu setelah mendengar permintaan Divina.

"Iya, Pak. Divin mohon bantuannya, ya." Divina mengatur napasnya agar suaranya terdengar normal.

Setelah orang itu menyanggupi, Divina mengakhiri panggilan tersebut. Dia duduk kembali di atas tempat tidur dan kembali menangis. Kisah cintanya akan berakhir menyedihkan.

Lelah menangis, akhirnya Divina memilih untuk tidur. Sambil mengelus perutnya, Divina berusaha menguatkan hatinya untuk menyambut hari esok. Dan besok, kehidupannya pastinya akan berubah.

*****

Sedangkan di tempat lain, Revan baru saja sampai di hotelnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan membuka satu per satu kancing kemejanya.

"Kenapa Divina tidak menghubungiku? Biasanya dia akan menanyakan apakah aku sudah sampai apa belum." Revan mengambil hpnya dari saku celananya. Dibukanya, namun tidak ada panggilan atau pesan dari istrinya.

Perasaannya semakin tak menentu, ada sinyal seolah sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. Namun Revan mencoba menghilangkan perasaan tidak enak itu. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan kembali tubuhnya yang berkeringat.

.

.

.

.

.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

zelindra

zelindra

seru kok kk Ceritanya .. jngn d gbtung lgi y kk..

2021-10-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!