Chapter. 05

Tiga minggu kemudian.......

Sudah hampir jam 12 malam, Young-Joo menemani Yujin yang sedang meneliti kembali cafe sebelum menutupnya.

Tok.. tok..

Young-Joo dan Yujin menengok ke arah pintu.

"Sajangnim hari ini full di The S 2." Tanpa basa-basi Yujin segera memberi info ke Kang-Joon yang baru saja turun dari studio nya.

"Hemm.. ya, aku tahu. Tapi dia sedang di jalan menuju kesini." Kang-Joon menundukan sedikit kepalanya untuk menyala Young-Joo.

Young-Joo pun membalas, mereka sudah beberapa kali bertemu tapi tidak pernah ngobrol.

"Kesini? Sajangnim?"

Dungding!

Suara notifikasi pesan baru saja masuk ke ponsel Yujin.

"Hwaa.. ternyata benar sajangnin sedang menuju kesini." Baru saja Yujin membaca pesan dari So-Hee.

Kang-Joon tersenyum, "Boleh aku masuk?"

"Oh.. ya.. silahkan, lagi pula aky dan Young-Joo memang segera pulang." Yujin menggandeng Young-Joo memberi tanda untuk segera pergi dari cafe agar tidak mengganggu Kang-Joon dan So-Hee.

"Seniman song hwating!" Yujin dan Young-Joo pergi meninggalkan Kang-Joon di cafe.

Kang-Joon meletakan tas nya di meja, lalu menyibukan diri dengan ponselnya.

Malam ini Kang-Joon dan So-Hee berencana merayakan satu bulan pertemanan mereka, hem.. aneh memang, tapi bagi mereka tidak. Awalnya So-Hee membahas tentang cafe nya yang sudah satu bulan buka, lalu Kang-Joon memngingatkan bahwa mereka juga sudah satu bulan kenal dan berteman, dengan nada bercanda So-Hee bilang bahwa hal tersebut harus dirayakan, lalu tanda berpikir Kang-Joon mengiyakan. Dan.. ya.. jadilah sekarang mereka akan makan bersama di cafe untuk merayakan satu bulan pertemanan mereka.

So-Hee sudah membawa pizza yang dia beli di dekat cafe The S 2, lalu Kang-Joon juga memesan ayan goreng dan diam-diam dia juga menyiapkan wine.

"Mian, aku terlambat. Ada banyak hal yang harus bicarakan dengan manager The S 2." So-Hee langsung meletakan pizza dan....

"Soju?" Kang-Joon sedikit terkejut.

"Hehe.. aku rasa ini saatnya kita minum, karena sebulan ini kita sama sekali belum pernah minum kan? Sedikiiiit saja, nanti kau bisa menyewa supir untuk pulang, bagaimana?" So-Hee tidak memberi tahu Kang-Joon bahwa dia membeli soju dan akan mengajaknya minum.

"Jadi pilih yang mana?" Kang-Joon mengeluarkan wine miliknya dari dalam tas.

"Mwoya?? kau juga bawa? howaa.. mungkin hari memang saatnya kita benar-benar menjadi teman, bukan begitu?"

"Hem."

"Kalau gitu kita makan dulu sebelum kita tidak sadarkan diri, hehe.." So-Hee mengangkat satu slice pizza, "Cheers, untuk persahabatan Song Kang-Joon dan Jang So-Hee."

Kang-Joon melakukan hal yang sama, "Cheers."

"Apa ada masalah di cafe mu yang satu nya?" Tanya Kang-Joon.

"Oh.. tidak, hanya saja aku sebulan ini terlalu fokus disini jadi banyak hal yang aku lewatkan di kedua cafe ku."

"Lalu kau masih tetap bertekat membuka cafe lagi tahun depan?"

So-Hee tersenyum, "Kau kan sudah ku beri tahu cita-cita pendek ku adalah membuka lima cafe, jadi aku harus fokus dan tetap pada line utama ku."

"Memiliki tujuan hidup dan cita-cita memang menyenangkan tapi juga berat, maka dari itu aku memilih untuk hidup bebas tanpa tujuan hidup." Kang-Joon berjalan menuju bar untuk mengambil dua gelas wine.

"Waktu ku tidak banyak untuk mewujudkan cita-cita pendek ku." Kang-Joon kaet mendengar perkataan So-Hee.

"Apa maksudnya?" Kang-Joon segera kembali ke kursinya.

"Aku harus memperlihatkan hasil jerih payah ku selama ini ke ayah kandung ku." So-Hee menujuk wine, memberi isyarat untuk Kang-Joon agar segera membukanya.

"Kesehatannya sudah tidak baik, mungkin dalam beberapa tahun dia bisa saja meninggal." So-Hee bercerita tanpa beban, walau dia sedang menceritakan ayah kandungnya bukan berarti dia berempati atas keadaan yang sedang dialami ayahnya.

".. sebelum dia meninggal, dia harus tahu aku adalah anaknya, aku adalah anak yang dia buang. Terdengar aneh, tapi tujuan hidup ku adalah menunjukan ke ayah kandung ku baha aku bisa sukses dan melampauinya." So-Hee mulai menyeruput wine yang sudah Kang-Joon sodorkan kepadanya.

"Melampaui?" Kang-Joon ikut menyeruput wine dari gelsnya.

"Hem, kau tahu JEI coffe?"

"Tentu saja, cafe nya pun dari sini terlihat." Kang-Joon menunjuk salah satu cabang dari cafe JEI coffe yang terletakn berseberangan dengan cafe milik So-Hee.

"Hem, cafe itu. Kau tahu pendiri cafe itu?" So-Hee sudah meneguk tiga gelas wine.

"Emm.. kalau tidak salah Jang Tae-Oh."

"Hem, sekarang memang milik anaknya, tapi pendirinya adalah ayahnya."

"Ohiya, kau benar, JEI coffe didirikan oleh salah satu orang terkaya di Seoul, Jang Tae-Guk."

"Hem, dia ayah ku."

Kang-Joon tersedak saking kagetnya. So-Hee tertawa, "Kau pasti tidak percaya kan? Hahh.. memang seperti drama, tapi memang faktanya dia adalah ayah kandung ku." So-Hee meneguk satu gelas wine lagi.

"..dia berselingkuh dengan seorang direktur bank, ibu ku. Lalu lahirlah aku. Lucu kan asal muasal ku? Hehehe.." So-Hee sudah mulai terpengaruh oleh alkohol.

"..Ibu ku pergi ke sebuah desa di Jeju saat tahu dirinya hamil, mungkin dia malu, mungkin juga dia disuruh oleh ayah ku. Lalu saat aku lahir, dia membawa ku ke panti asuhan." So-Hee meneteskan air mata.

"Berhentilah jika hal yang kau ceritakan ini berat aku tidak peduli asal muasal mu. Aku tidak peduli kau punya orang tua atau tidak, kepribadian mu mengagumkan, itu yang aku suka dari mu." Kang-Joon menyodorkan tisu ke So-Hee.

"Kau orang ketiga yang mendengar kisah asal muasal seorang Jang So-Hee, aku bukan tipe orang yang suka mnceritakan hal ini ke banyak orang, tapi entah mengapa aku ingin menceritakannya padamu, tapi jika kau tidak ingin mendengarnya aku tidak akan melanjutkannya."

"Lanjutkan jika memang itu yang kau mau."

"Jangan menyesal ya, cerita nya sangaaaaaat panjang."

"Tidak, aku tidak akan perenah menyesal mendengarkan semua cerita mu."

"Oke, kalau begitu akan aku lanjutkan, ehem.."

Kang-Joon tidak dapat menahan senyumnya melihat tingkah So-Hee yang menurutnya imut saat sedang mabuk.

"Ibu ku adalah orang yang aku anggap seagai malaikat penolong. Dia membiayai semua keperluan ku hingga aku selesai SMP. Dia juga rutin datang menjenguk ku, mengajak ku bermain, mengajak ku jalan-jalan, memberi ku hadiah dan motivasi. Ya.. dia memberikan ku motivasi, di selalu berjanji jika aku tumbuh menjadi anak yang pintar dan mendapatkan nilai terbaik di sekolah dia akan mengabulkan keinginan ku." So-Hee menyeringai sambil mengibaskan rambutnya.

"Dia berpura-pura baik dia berperan sebagai malaikat penolong padahal sebenarnya dia adalah iblis. Dia membuang ku." So-Hee meneguk segelas wine lagi, kali ini sudah gelas yang ke tujuh.

"Namun suatu hari dimana aku sedang sangat bahagia karena aku baru menerima pesan bahwa aku diterima di salah satu SMA di Sydney, dia menghilang. Dia tidak datang, untuk selamanya dia tidak muncul lagi ke hadapan ku. Saat itu aku sedih aku berulang kali meminta ibu asrama untuk menghubungi nya, aku juga meminta alamat rumahnya, namun ibu asrama terus bilang kepada untuk melupakan orang itu."

"Aku marah ke ibu asrama, karena aku tidak ingin melakukannya, aku tidak ingin melupakan malaikat penolong ku. Lalu karena kasihan, ibu asrama ku memberitahu bahwa dia adalah ibu kandung ku, orang yang telah melahirkan ku ke dunia sekaligus orang yang telah membuang ku. Hari itu dunia ku seakan runtuh, orang yang aku damba-dambakan selama ini, orang yang aku anggap sebagai malaikat penolong adalah orang yang tidak menginginkan ku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!