19:41
The S 3 CLOSE!
" Hemm.. makasih semua, kerja kalian hari ini sangat bagus,, mohon bantuan dan tetap semangat ya untuk dua hari kedepan pasti masih rame kaya tadi." So-Hee memimpin briefing malam.
"Eits.. semangat nya bukan hanya dua hari kedepan ya, semangat buat seterusnya, ingat.. semakin rame cafe ini bakal semakin banyak bonus yang akan sajangnim transfer ke kita, jadi kita harus semangat selama-lamanya, oke?" Seru Yujin ke semua anak buahnya.
So-Hee tersenyum melihat Yujin yang begitu semangat meski sudah malam hari.
"Ne!!!" Seru semua crew.
"kalau begitu kalian semua bisa pulang dan istirahat." So-Hee menutup briefing.
"Hati-hati."
"Hati-hati kalian, istirahat ya jangan main-main."
"Perhatian sekali ibu manager ini." So-Hee meledek Yujin.
"Biar mereka cepet akrab dan cepat menjalin rasa kekeluargaan sajangnim." Yujin dan So-Hee duduk menghadap ke laptop milik So-Hee.
"Uww.. Yujin memang jago soal perhatian ya."
"Emm.. sajangnim harus mencoba pacaran."
So-Hee melirik dengan tatapan maut ke Yujin.
"Jadi bagaimana sajangnim? Sudah berpikir mau pacaran kah?"
"Pulang sana, Young-Joo kasian menunggu di luar."
Yujin melirik ke arah pintu kaca sambil melambaikan tangan ke sang kekasih, Park Young-Joo.
"SUdah sana pulang, sudah malam." So-Hee mendorong Yujin.
"Hehe.. baiklah sajangnim, selamat malam, jangan terlalu kelelahan ya, masih ada hari esok."
"Aigo, cerewet sekali dia."
So-Hee segera berlari keluar menemui Young-Joo.
"Hahh.. Indahnya masa muda tanpa beban, Jang So-Hee apa yang kau lakukan di masa muda mu yang berharga itu? Hahhh.." So-Hee ngedumel sendiri.
Tok.. tok..
So-Hee menoleh ke arah pintu, dia melihat seorang lelaki dengan postur jangkung berdiri di depan pintu.
"Malam, cafe kami sudah tutup, tapi jangan khawatir besok kami buka di jam yang sama dan masih dengan promo diskon yang sama, sekali lagi, coesonghamnida." So-Hee menunduk sambil tersenyum kepada lelaki yang sedang membawa sebuah bingkai berbentuk persegi.
"Iya aku juga tahu cafe ini sudah tutup." Suara lelaki itu terdengar sexy karena peepaduan antara berat dan lembut.
"Kalau sudah tau tutup kenapa masih mengetuk pintu?? Mau ke kamar mandi kah?" Batin So-Hee.
So-Heee masih tersenyum, dia bingung mau menanggapi apa.
"Kalau begitu aku kembali besok, ini untuk mu." Lelaki berambut rapih itu memberi sebuah lukisan berukuran 60 x 80 ke So-Hee.
"Selamat atas launching cafe nya, Jang sajangnim." Lelaki itu melirik nametag So-Hee.
"Oh.. iya makasih." So-Hee menerima lukisan dengan bingung.
"Oh iya, saya Song Kang-Joon. Pemilik studio di lantai dua, di atas cafe ini." Kang-Joon mengarahkan telunjuknya ke atas, menunjuk art studio miliknya.
"Aa.. jadi anda seniman itu ya?" So-Hee banyak mendengar cerita tentang seorang seniman yang menyewa di lantai dua dari pemilik gedung, tapi dia belum pernah bertemu.
"I.. ya." Kang-Joon tersenyum.
"Oh maaf, saya Jang So-Hee, pemilik The S, cafe ini." So-Hee menjulurkan tangan kanan.
Kang-Joon menyambut, So-Hee merasakan tangan Kang-Joon sedikit kasar tapi kehangatan di tangan itu, entah bagaimana, tapi So-Hee untuk beberapa detik tertegun memandang Kqng-Joon.
"Enggak perlu bicara formal, kita seumuran kok." Suara Kang-Joon membuat So-Hee sdar lalu menarik tangannya.
"Hem?" So-Hee ingin mengkonfirmasi mengenai 'seumuran', ya memang tampilan Kang-Join terlihat seumuran dengan So-Hee, tapi bagaimana bisa orang yang pertama kali bertemu tahu bahwa mereka seumuran.
"Ibu pemilik gedung yang memberi tahu."
"Hah.." So-Hee mendengus kesal, bisa-bisa nya ibu itu membagi informasi pribadinya ke orang lain.
"Oke karena cafe nya sudah tutup aku ijin pulang saja, sampai.."
"Kalau mau minum saya.. emm.. enggak, maksud nya, aku.. bisa membuatkan sesuatu." So-Hee merasa tidak enak karena sudah menerima hadiah dari Kang-Joon, jadi dia basa basi menawari Kang-Jon untuk masuk.
"Oke." Kang-Joon menjawab secepat kilat.
"Hem?"
"Ne?"
"Oh.. maksudnya ayo masuk."
"Kenapa dia langsung ngeiyain? Katanya mau pulang kan? Hahh.. aku kan hanya basa-basi, aku masih harus mengecek laporan penjualan hari ini, hahh.. Jang So-Hee, dasar!" So-Hee sedikit menyesal atas aksi basa basi yang dia pakai, tapi yaa.. dia hanya bisa menggerutu dalam hati.
Kang-Joon mengitari pandangannya ke seluruh ruangan cafe.
"Suasananya hangat." Kang-Joon masih sibuk mematau suasana cafe yang sunyi..
"Memang dibuat begitu." So-Hee berjalan menuju meja yang dia pakai untuk bekerja.
"Emm.. mau minum apa?" Tanya So-Hee.
"Teh hangat."
"Emm.. disini ada banyak macam minuman lho, ada susu, jus, teh, kopi dan alkohol. Emm.. mungkin mau mencicip yang lain?" So-Hee ingin Kang-Joon mencicipi minuman yang setidaknya lebih rumit cara membuatnya dari sekedar teh hangat, dia ingin pamer bahwa sebagai pemilik cafe dia bisa membuat semua menu yang ada di cafenya.
"Emm.. sebenarnya aku ingin mencicipi bir, tapi.. aku harus menyetir untuk pulang ke rumah."
"Ah.. benar juga. Emm.. kalau begitu, bagaimana kalau mencicip minuman olahan susu?" So-Hee masih mencoba mengalihkan pesanan Kang-Joon ke menu lain.
"Tidak, teh hangat saja."
"Baiklah." So-Hee akhirnya menyerah, iyakan saja biar cepat.
"Silahkan duduk." So-Hee mempersilahkan Kang-Joon duduk di kursi yang berhadapan dengan tempat dia duduk.
Kang-Joon duduk, matanya sibuk memandang tumpukan kertas dan laptop milik So-Hee.
"Tunggu sebentar ya." So-Hee sedikit berteriak dari balik bar.
"Ne." Kang-Joon mengiyakan sambil tersenyum.
"Apa kau masih harus kerja setelah ini?" Tanya Kang-Joon sambil menunjuk laptop berwarna putih itu.
"Iya, aku mengurus sendiri semua administrasi dan keuangan ketiga cafe ku." Jawab So-Hee.
"Wow.. bos yang hebat."
"Terimakasih." So-Hee tersenyum walau dia tahu itu hanya pujian basa-basi tapi tetap saja sebuah pujian adalah yang terbaik untuk seorang pekerja keras seperti dirinya.
"Silahkan." So-Hee hanya butuh lima menit untuk membuat dua gelas teh hangat.
"Terimakasih." Kang-Joon menempelkan kedua telapak tangan di gelasnya untuk menghangatkan diri, maklum suhu di Seoul saat ini masih tergolong dingin.
"Aa.. kau tadi bilang kan tahu kita seumuran dari ibu pemilik gedung ini kan?"
"Emm.. iya, kenapa?"
"Aish.. memang, sudah ku duga dia memang orang yang suka sok akrab, tapi aku tidak menyangka dia membeberkan informasi ke orang lain, seharusnya aku tidak banyak bicara padanya." So-Hee tampak kesal.
"Dia memang orang yang suka ngobrol, tapi tenang saja dia bukan seperti yang kau bayangkan." Kang-Joon mulai menyeruput teh.
"Kau akrab dengannya?"
"Hem."
"Apa saja yang ibu itu katakan tentang aku?" So-Hee mulai penasaran apa saja yang dibeberkan oleh ibu pemilik gedung ini ke Kang-Joon.
"Pemilik cafe ini seorang wanita yang seumuran dengan ku, cantik, ramah dan cerdas. Dia lulusan dari universitas di Australia. Dia mantan pengacara yang sekarang memeliki tiga cafe di Seoul." Kang-Joon mengulang semua perkataan mengenai So-Hee dari ibu pemilik gedung.
"Howaaah.. daebak! Dasar tukang penyebar informasi. Kau tahu? Dia juga menceritakan tentang dirimu ke aku. Ckckck." So-Hee menghela nafas tanda kesal.
"Apa yang dia ceritakan tentang ku?"
"Di lantai dua gedung ini adalah studio milik seorang seniman muda yang berbakat. Dia lulusan universitas di Belanda, dan pernah bekerja sebagai kurator di sana. Emm.. dia tampan, kaya dan belum menikah juga..." So-Hee menggantung perkataannya.
"Belum punya pacar." So-Hee dan Kang-Joon mengatakan hal tersebut berbarengan, lalu keduanya tertawa.
"Dia memang begitu, maafkanlah."
"Eeey.. kenapa kau yang minta maaf? Memang kau anaknya? Hehehe." So-Hee tertawa, dia sudah terbawa suasanya hingga merasa sudah nyaman ngobrol dengan Kang-Joon orang yang baru dia kenal lima belas menit yang lalu.
"Dimana tempat cafe pertama dan kedua mu?" Tanya Kang-Joon sambil menyenderkan badannya di kursi.
"Yang pertama di Myeongdong, yang kedua di Gangnam dan yang ketiga disini, di Itaewon." So-Hee sangat senang jika ada orang yang menanyakan diaman cafe dia, karena ketiga cafe So-Hee berada di daerah yang mahal dan ramai.
"Daebak! Semua di daerah yang mahal dan elite. Hemm.. ternyata wanita dihadapan ku ini seorang miliyarder." Kang-Joon memang punya gaya tersendiri untuk memuji seseorang, tidak terlihat berlebihan namun sangat mengena di hati.
"Aku hanya menyewa gedung bukan pemilik gedungnya, jadi aku masih belum bisa disebut miliyarder. Lagi pula aku memiliki banyak hutang untuk menjalankan bisnis ku."
"Di umur kita yang sudah di pertengahan tiga puluh wajar jika memiliki hutang. Tapi kau diluar dari wajar, kau berani memulai usaha, di tempat yang banyak pesaing dan kau berhasil bertahan bahkan sekarang resmi membukan cafe ketiga."
"Terimakasih atas pujiannya." So-Hee tersipu.
"Emm.. kalau begitu kau juga harus cerita supaya aku bisa membalas pujian juga, aku yakin kau juga bukan orang yang biasa, kau juga orang yang pantas mendapatkan pujian."
"Emm.. tidak ada yang spesial dari ku." Kang-Joon menekuk kedua tangannya di depan dada.
"Eyy.. kojimal."
"Baiklah aku akan menceritakan sedikit tentang ku, bersiaplah untuk bosan mendengarkannya."
"Oke, aku siap." So-Hee menutup laptopnya, dia memilih untuk mendengarkan cerita Kang-Joon dari pada menyelesaikan tugasnya.
Obrolan asik So-Hee dan Kang-Joon berjalan cukup lama, mereka secara natural menjadi akrab hanya dalam waktu empat jam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Utagusta
*memiliki
2022-12-17
0
Utagusta
*Kang-Joon
2022-12-17
0