Takdir memang tak bisa ditebak kapan ia akan menjalankan rencananya, seperti selembar daun yang jatuh ketanah atau di terbangkan oleh angin, seperti itulah hidup yang telah di atur sedemikian rupa oleh takdir.
Manusia hanya bisa berencana dan berdoa tapi yang memutuskannya adalah tuhan.tapi tetap kendali hidupmu ada dirimu sendiri seperti apa kau nanti adalah buah perbuatan yang ku lakukan saat ini.
Di dalam hidup ini, Felysia terkadang merasa dia hanya memiliki dirinya sendiri. terlahir pemalu dan dan tidak bisa bergaul menjadi kekurangan yang felysia miliki dan ingin dia hilangkan.
Tapi Felysia sangat menyukai di saat dia bisa melihat senyum anak-anak.orang bilang sifat keibuan dan kelembutannya kepada anak kecil adalah kelebihannya, rasa aman dan nyaman yang Sia berikan kepada anak-anak itu dikatakan seperti seorang Dewi yang di utus dari khayangan untuk mereka, setidaknya itulah yang sering dia dengar tentang dirinya.
Sia tersenyum kecut,hari ini dengan berhentinya dia mengajar dan tak boleh untuk mengajar lagi adalah pukulan kedua untuknya setelah berita perjodohan yang harus dijalaninya yang tidak diinginkannya.
Bahkan hal yang membuatnya bahagia telah direbut paksa dari dirinya. di kursi taman ini sia mengadahkan kepalanya ke atap langit,dengan tatapan kosong seakan mencoba meminta sedikit saja belas kasihan tuhan untuknya.
Sampai Sia merasa ada seseorang yang telah duduk disampingnya,dia menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati seorang wanita yang membawa selembar tisu di tangannya.
" Setelah aku mendapati berita bahwa kau ada di sini aku langsung bergegas ke sini.Tujuan awal kepulangan ku dari Bali adalah kerumah mu, tapi yang kudapati adalah bibimu yang merutuki mu dan menceritakan semua masalahmu padaku." wanita itu lantas tersenyum getir melihat kondisi sahabatnya sekarang.ini pasti sulit untuknya.
"Maafkan aku,karna disaat terpurukmu aku tidak ada untuk membantumu. tapi sejak kita memutuskan untuk menjadi sahabat kau masih saja tak bisa terbuka padaku hingga sekarang." wanita itu kemudian memindahkan tisu yang ada tangannya ke tangan Felysia.
felysia diam menunduk.dia berusaha mati-matian menahan sesak di dadanya juga air matanya sudah merengsek ingin keluar.dia tak ingin tumbang di depan sahabat satu-satunya ini yang bahkan setelah pulang berlibur malah menghampiri dirinya dengan keadaan yang menyedihkan.
"Aku tau apa yang pikirkan,bodoh! menangislah jika kau ingin,kau bukan sebuah robot dengan sistem yang bisa berubah,kau hanya manusia yang memiliki perasaan."
Mendengar itu Felysia tak kuasa untuk menahan isakkanya.selama ini tak ada yang menanyakan keadaannya kecuali Dian sahabatnya ini.
Mendengar apa yang di katakan oleh Dian, bolehkah dia menangis kali ini? hanya untuk kali ini.
Dan terjadilah. Felysia menangis, seakan menumpahkan segala rasa yang ia pendam sendiri selama,seakan mendorong himpitan batu besar yang terus menindihnya yang memberikan rasa sakit dari yang terdalam.
Dian yang melihat itupun ikut berkaca-kaca, selama menjadi sahabat Felysia ini,Dian sangat tahu penderitaan seperti apa yang gadis malang ini lalui.
Dari sejak Felysia duduk di sekolah dasar dia tak pernah benar-benar mendapatkan kasih sayang orang tua yang selayaknya seorang anak dapatkan, mempunyai bibi dan sepupu yang tak menerimanya dan membencinya, bahkan sang paman tak benar-benar perduli dengan hidupnya.
Kemudian,setelah melalui rasa sakit itu dan harus bertahan karenanya,datanglah seorang pria yang menawarkannya perhatian dan kehangatan yang tak bisa dia dapatkan dari siapapun. tapi lagi-lagi kebahagiaan belum berpihak padanya, laki-laki itu malah berkhianat dibelakangnya dengan adik sepupunya sendiri.
Parahnya lagi pria itu hilang bak ditelan bumi setelah semuanya terungkap,dan saat ini dia malah harus menanggung kesalahan sepupunya itu dan harus menerima perjodohan yang tak diinginkannya.dan saat ini bahkan kebahagiaan kecilnya pun telah direbut paksa darinya.
Dian lalu membawa bahu felysia yang bergetar kedalam pelukannya,baru kali ini felysia menangis lagi. setelah terakhir kali dia menangis seperti ini di saat dulu para murid cowok di kelasnya saat duduk di bangku SMP merundungya dan dengan sengaja menjatuhkan tas yang berisi buku-buku pelajarannya ke danau disaat pulang sekolah.
Setelah kejadian itu Sia menjadi lebih pendiam,lebih pemalu dari sebelumnya,Tak menyangka hari ini Dian melihat felysia yang menangis tersedu-sedu, yang dibarengi dengan isakan yang menyanyat hati.
"Bahkan untuk yang ini saja,aku tak bisa mempertahankannya,aku tak bisa memperjuangkan hakku." kata Sia di sela tangisnya.
Dian yang mendengarnya tak kuasa untuk tidak menangis juga.matanya memanas mengingat kembali bagaimana penderitaan sahabatnya ini.
"Tak apa Sia,kali ini belum saatnya saja kau mendapatkan kebahagiaan itu.aku percaya kau gadis yang begitu polos dan lugu,kau hanya menuntut kebahagiaanmu disini,dan kau akan segera mendapatkannya karna tuhan tau cara memperlakukanmu."
mendengar hal itu,air mata felysia pun semakin deras turun, seperti hujan di saat badai datang,bukan hanya membasahi pipinya tapi juga hatinya.
Degg!
Abhimanyu yang baru saja turun dari mobil Pajero sport hitamnya itu tiba-tiba mencengkeram dadanya yang terasa nyeri.rasanya sangat menyakitkan. seperti ada sebuah rasa aneh yang dirasakannya yang mana dia sendiri tidak tahu apa itu.
"Kenapa tuan? Apa anda baik-baik saja?" Tanya Leo pengawalnya dengan raut wajah khawatir.
Tak hanya Leo yang terlihat khawatir, Abhimanyu sendiri pun bingung kenapa dia bisa seperti ini? Seperti tenggelam di sebuah lautan yang dalam.Abhi seperti merasakan sesak dan sedih yang bersamaan.
"tak apa,hanya sedikit sakit ... tapi sekarang sudah tidak apa-apa." perkataan yang akhirnya keluar dari mulutnya itu berhasil membuat raut wajah Leo yang semula tegang itu sedikit mengendur.
Abhimanyu melihat wajah pengawalnya itu yang terlihat khawatir, kemudian dia berusaha menguasai dirinya untuk tidak tumbang dulu di saat seperti ini.
"Apa kau benar-benar sudah tidak apa-apa,tuan muda? kata Leo memastikan.
Abhimanyu kemudian membernarkan kerah jas hitamnya dan berdehem pelan, "aku sudah tidak apa-apa,... tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar,aku tak mau melewatkan satu hari pun untuk rencana yang telah lama ku susun ini."
Bukan saatnya dia berleha-leha kali ini, di luar sana saat dirinya terpenjara di saat itu pula para tikus berdasi itu mengambil alih semuanya, mengambil jabatannya, kekuasaan yang seharusnya menjadi memiliknya dan kali ini dia datang untuk merebutnya kembali dan membalas semua yang mereka lakukan padanya dengan cara yang sama satu persatu.
"Oh ya,apa kau sudah menjalankan perintah yang ku berikan?" Tanya Abhimanyu kepada leo.
"sudah tuan,di dokumen ini sudah data tentang Felysia Auristela wanita yang diajukan nyonya besar untuk dijadikan istri anda"
Leo kemudian menyerahkan dokumen itu kepada Abhimanyu, " Begitu rupanya ... Felysia Auristela? nama yang tak asing.aku akan memeriksa ini nanti.kau tetaplah pantau keadaan, jika ada berita terbaru dari kubu musuh maupun tentang gadis ini segeralah lapor padaku."
"baik tuan." ujar Leo.
"Ouh ya, apakah undangan minum tehku sudah sampai kepada Arya?apa sudah ada balasan darinya?" tanya Abhimanyu.
Sebelumnya ketika dia ingin menemui Arya diperusahaan, mereka bilang Arya tidak ada,sudah dua kali utusannya datang untuk mengudang Arya secara pribadi, tetapi seakan tidak ingin di temui, undangan itu tak pernah sampai padanya. dan sekarang pun informan belum tahu di mana tepatnya keberadaan Arya berada.
"belum tuan,Tampaknya kali ini pun gagal. tuan muda kedua seakan tak ingin diketahui keberadaannya dan tak ingin menemui kita." lapor Leo.
"Apakah kita benar-benar harus melacak keberadaannya tuan?" tanya Leo.
"Tak usah.untuk saat ini biarkan dia bersembunyi dahulu.kita lihat sampai mana dia akan lari padaku."
"Baik tuan."
Setelahnya mereka masuk ke dalam gedung pencakar langit itu.gedung yang memang seharusnya menjadi miliknya dari dulu untuk dijalankan bisnisnya sebagai seorang ahli waris sah.sekarang adiknya lah yang malah menempati posisi tertinggi, yaitu posisi ayahnya yang pastinya dia rebut paksa dengan memanfaatkan penyakit pria tua itu.
Cih! anak kesayangan selalu dinomor satukan.
Tapi tak apa, setelah dia membereskan para bajingan itu dia pun aku merebut posisi itu pula,hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
"Apa kau sudah tidak apa-apa? Minumlah ini." Dian mengulurkan sebotol air mineral yang sempat dia beli sebelum kesini kehadapan sia. Sia menerimanya dan menenggaknya setengah.
"Ahhaha,Aku seperti merasa orang yang paling menderita di dunia,padahal masih banyak lebih menderita dari pada diriku.Bisa-bisanya aku menangis sekeras itu." Sia tertawa sumbang.
"Mengapa kau berkata seperti itu dasar anak ini! Sudah kubilang kau hanya manusia biasa yang ada masanya sangat terpuruk, menangis bukanlah sebuah kejahatan,mengeluh adalah hal yang wajar di saat semuanya memang terasa berat , jangan terlalu keras pada dirimu sendiri." Nasihat Dian sedikit geram karna tak habis fikir dengan pemikiran sahabatnya ini.
Dian tak habis pikir setelah semua yang terjadi gadis itu malah berkata seperti itu, sungguh sifatnya yang lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri itu harus dikurangi.
"Mengapa kau tak berontak,katakan jika kau tak suka,tak setuju,jangan hanya diam saja dan menerimanya seperti sebuah hukuman."
Sia hanya menunduk saja, "kau sudah tau aku tak punya kuasa,juga tak berdaya, terakhir aku mengajukan keberatan, paman marah besar dan bilang kalau aku harus melakukan ini untuk membalas budi."
"Apa! sudah gila ya paman mu itu balas budi apanya yang mematikan cita-cita keponakannya sendiri dan sekarang seperti barang kau malah disuruh menggantikan Bella untuk menghabiskan sisa hidupmu bersama seorang pria asing." Geram Dian.
" Sudahlah,sudah terjadi seperti ini memberontak pun tidak ada guna, memang sudah takdirku seperti ini ... Yang penting terimakasih karna kau selalu berada di sampingku dan selalu ada untukku."
" Dasar gadis ini,jika pemikiranmu yang seperti itu, nampaknya jikalau kau dikasih permen dan di bawa pergi oleh orang asing kau akan diam saja dan menerimanya" Dian yang gemas dengan sifat sia yang satu ini, jadi menjitak dahinya pelan kemudian tertawa melihat si empunya meringis.
"Lagi pula aku adalah sahabatmu Fely, aku sudah menganggap mu sebagai keluargaku," lanjut Dian dengan senyum di bibirnya.
Felysia ikut tersenyum,dia bersyukur masih ada orang baik di sekitarnya.sampai sebuah dering panggilan dari telepon miliknya membuat ia buru-buru mengakatnya.
["Halo Iyah paman?"]
[ " ... " ... "]
[" Begitu mendadak sekali ...]
[" ... "]
[ "Baiklah aku akan pulang sekarang"]
Tuuuut!
Telepon mati.
"Ada apa? bukankah yang menelpon itu pamanmu?" tanya Dian penasaran.
"Iya, pamanku menyuruh untuk pulang karna malam ini keluarga dari tuan muda itu ingin mengajakku makan malam secara khusus. Bagaimana ini aku takut jika tuan muda itu juga datang ke makan malam nanti?"
"Apa yang kau takutkan.malahan itu bagus, kalian bisa berkenalan, kemudian menjadi dekat.bukankah seperti itu bagus."
"Kau tidak mengerti Dian ... nampaknya bibiku tidak menceritakan dengan detail padamu tentang orang yang akan dijodohkan denganku itu."
"Memangnya apa yang tidak ku ketahui?" tanya Dian ikut bingung, apalagi raut gelisah dan ketakutan felysia.
Nampaknya ada yang tidak beres di sini?
"Sudah petang aku pulang dulu.setelah semua ini aku menceritakan dengan lengkap padamu, sampai jumpa besok" felysia buru-buru membenarkan tasnya dan melambaikan tangan perpisahannya kepada Dian.
"E-eh tunggu ... dulu." Dian hanya pasrah disaat felysia sudah berlari jauh untuk pulang.
Banyak yang sahabatnya itu sembunyikan dan dia harus mencari tahu sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments