Hari Senin tiba,pagi sekali bahkan sebelum subuh felysia sudah bangun dari tempat tidurnya dan mulai mengerjakan tugas rumah yang sudah memanggilnya dan memang menjadi rutinitas sehari-harinya,mulai dari menyapu, mengepel, mencuci baju,bahkan menghidangkan sarapan untuk penghuni rumah ini sia sendiri yang mengerjakan.
Hidup sebatang kara sejak bayi bahkan tidak tahu riwayat kematian keluarganya membuat sia tahu diri untuk menumpang dirumah orang meskipun itu adalah pamannya sendiri.
Meskipun dia penasaran dia tak pernah bertanya mengapa dan kenapa ibu dan ayahnya bisa tiada, kenapa hanya dia sendiri di dunia ini.dia hanya memendam sendiri, dan hanya mencurahkannya kepada sang pencipta yang maha tau segalanya.
Pernah sekali ia bertanya disaat dia duduk di bangku SMP, tapi bukan jawaban yang dia dapat malah pukulan dari sang paman dan cacian dari bibinya lah yang didapatkan.
"Dasar anak tidak tahu diri, sudah dibesarkan percuma sama kami malah nanya yang aneh-aneh! jika bukan karna belas kasihan kami, kau sudah jadi gelandangan di kolong jembatan."
Itu adalah satu cacian yang selalu di lontarkan sang bibi saat felysia mencoba mencari tahu tentang keluarganya dan kata-kata felysia ingat sampai sekarang.
Oleh sebab itu dia berpikir bertanya pun sudah tak bisa,apalagi yang bisa dia lakukan.sekarang hidup dengan baik dan damai tanpa masalah adalah harapannya dan juga doa untuk orang tuanya lah yang selalu ia panjatkan kepada Tuhannya.
Yah, akankah hidup damai itu akan tetap ada jika pernikahannya dengan tuan muda itu benar-benar terlaksana,tidak ada yang tahu kecuali yang maha pemberi takdir.
Kini setelah semua pekerjaannya beres, sia sudah tampil menawan dengan baju rapinya dan Surai hitam panjangnya yang ia biarkan terurai dengan beberapa jepitan dipinggiran nya sebagai pemanis.
Sia sangat menyukai anak-anak,sikap polos dan senyum lugu mereka menjadi sebuah penyembuh untuk sia di saat ia rasa hidup yang dia jalani terasa berat,mungkin itulah baiknya tuhan di saat semua masalah besar menghampiri ada saja hal kecil dan remeh tapi membuat kita bahagia dan kembali semangat untuk menjalani hidup.
Yah hanya demi hal-hal yang remeh, itulah sebabnya disaat sang paman tak mengijinkannya melanjutkan kuliah bahkan dengan beasiswa full.maka Sia langsung memutuskan untuk menjadi guru mengajar di taman kanak-kanak di sekitar tempat tinggalnya itu.
Sia tersenyum kecil, dia merindukan murid-muridnya itu,beberapa hari setelah insiden tentang perjodohan yang di mana ia harus menggantikan sepupunya Bella sebagai pengantin wanitanya,dia memilih untuk cuti sementara dari jadwalnya mengajar di TK itu, semuanya menjadi begitu mendadak baginya Hingga sepertinya tak ada waktu berpikir untuknya.
"Kau mau kemana? jangan katakan kau akan mengajar di taman kanak-kanak yang lusuh dengan gaji kecil itu." Sia yang sudah menyampaikan tasnya terkejut melihat Bella di ambang pintu kamarnya.
Bella yang melihat Sia kebingungan atas kehadirannya, kemudian menghampiri sia melihat penampilan kakak sepupunya itu dari ujung kaki sampai ujung rambut dan kemudian tersenyum miring.
"Pantas saja kau bisa dengan mudah mendapatkan semua perhatian semua orang ternyata kau menipu mereka dengan tampilan sok polos dan sok lugu telah menipulasi banyak orang."
"Apa maksud perkataanmu? selama ini aku selalu berusaha bersikap baik padamu, tapi mengapa kau selalu jahat padaku?"
Bella yang mendengar itu lantas tertawa, " sepertinya memang kau tidak pernah punya salah padaku, tapi kehadiranmu di hidupku itu yang sangat salah."
"Apa maksudmu?" sia menatap ke arah Bella, jika dulu dia hanya diam jika Bella sudah menindasnya maka mulai hari ini dia akan membalas itu.
"ohh sudah berani kau rupanya, kesalahan mu adalah kenapa kau harus ada di keluarga ku, kasih sayang ayah yang seharusnya hanya untukku jadi terbagi karna dirimu,semua orang hanya berpusat di bawah kakimu ... kenapa seperti itu, harusnya yang menjadi pemeran utama di sini adalah aku bukan kau." racau Bella.
Felysia bisa melihat jelas aura kebencian yang Bella pancarkan padanya.sejak kecil saat tahu bahwa felysia hanyalah keponakan ayahnya, Bella mulai berubah sikap padanya 180 derajat, selalu memandang rendah Dirinya dan kini felysia tak menyangka bahwa Bella akan benar-benar menunjukkan kebenciannya itu padanya.
"Tapi ... ada di mana di saat aku benar-benar tak membencimu sama sekali, tapi lagi-lagi kau malah berbuat ulah dengan merebut Arya pria yang aku cintai." Bella dengan emosinya menggunakan jari telunjuknya untuk menoyor kening felysia Membuat felysia menggelengkan kepalanya risih.
lantas dia pun tertawa keras, "tapi tak apa karna kini Arya sudah berpaling darimu dan akan menjadi milikku seutuhnya karna janin yang ada di perutku ini."
Sia yang melihat sisi Bella yang seperti ini hanya bisa terdiam.bahkan jika Bella membunuhnya untuk saat ini juga itu bisa dia lakukan.dan bicara tentang Arya,pria brengsek itu bahkan tak muncul setelah pengakuan Bella tentang anak yang dikandungnya, pria itu seakan lenyap dari muka bumi ini tanpa memberikan penjelasan apapun.
"kalau sudah tidak ada yang dibicarakan,aku permisi." Sia kemudian mengayunkan tas selempang ke pundaknya dan berusaha untuk menghindar dari topik apapun tentang pria bejat itu.
Bella yang tak puas dengan ekspresi Sia yang biasa saja, itu menarik tangan Sia dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan Bella,ini sakit." rintih felysia yang merasakan lengannya di cengkram kuat.
"Lebay banget sih Lo," kata Bella menghempaskan lengan felysia dengan kasar membuat felysia sedikit meringis.
Bella hendak berbalik pergi. tapi kemudian dia bergeming dan kembali menoleh ke arah felysia.
"Tunggu ... Aku lupa bilang padamu,aku kesini untuk memberitahu mu bahwa ayah telah melarangmu untuk mengajar di TK itu lagi."
Apa maksudmu! Aku telah mengajar di TK itu selama tiga tahun, bagaimana bisa paman memutuskan hal itu begitu saja," Ucap felysia parau.
Bella mengidikkan bahunya acuh, "kau tanyakan saja langsung pada ayahku." Ucapnya.
"Tapi bukankah itu masuk akal,kau akan menjadi nyonya dari keluarga Maheswara, meskipun calon suami mu itu sedikit kurang waras tapi mereka punya reputasi yang bagus.mana mungkin kan membiarkan calon menantu mereka hanya bekerja menjadi guru di sebuah taman kanak-kanak." Setelahnya Bella pergi dengan tersenyum lebar melihat air ekspresi malang sia sekarang, itu sudah cukup membuatnya puas.
Kau tak bisa memutuskan begitu dengan siapa aku menikah! ini hidupku kau tak punya hak Apa-apa untuk itu.", Abhimanyu berkata tegas Tapi tenang seolah kata-kata itu tak usah dipertajam lagi karna seorang Abhimanyu yang mengatakan.
Setelah menemukan lokasi tempat ayahnya berada Abhimanyu langsung bergegas, meskipun ia dan sang ayah jarang berinteraksi dan terkesan seperti orang asing tapi dia ingin memulai hubungan yang baik demi rencananya kedepan.
Tapi sepertinya ia salah,dia lupa sang ayah adalah Presdir yang terkadang terlihat kejam juga arogan dan juga terkadang keras kepala jika sudah memutuskan apapun, bahkan dalam urusan pribadi anaknya sendiri.
Lihatlah sekarang karna penyakitnya itu,bahkan untuk berbicara pun perlu bantuan seorang asisten untuk menerjemahkan nya,karna suaranya yang tak jelas,betapa malangnya itu.
"Kau tak bisa menolak ini,ini semua demi kebaikanmu ibumu pun tidak asal untuk memberikan calonnya untuk mu, menurut lah atau semua koneksi dan asetmu di perusahaan akan dihapus." Kata penerjemah itu mewakilkan ayahnya.
Abhimanyu tak menunjukkan ekspresi apapun dia hanya diam menunggu ayahnya berubah pikiran, tapi sepertinya itu tidak mungkin jadi dia akan ikuti permainan ayahnya ini.
"Baiklah terserah,aku tak peduli bahkan jika nanti wanita itu akan pergi setelah mengetahui jika suaminya adalah seorang mantan pidana!" Ucapnya dengan menatap tajam.
Mendengar itu ayahnya hanya menggelengkan kepalanya,dan berusaha membisikkan sesuatu lagi kepada asistennya.
"Kau tak perlu khawatir kau hanya harus bersikap sedikit ramah padanya,dan semuanya akan baik-baik saja." Kata ayahnya.
Abhimanyu hanya diam dengan dahinya yang masih berkerut marah, setelahnya dia pergi begitu saja meninggalkan ruangan ayahnya tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.
" *Anak itu tak pernah berubah selalu bersikap* *apatis dan sedikit keras kepala*," batin pria dengan umur yang sudah menginjak setengah abad itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Patrish
👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽
2022-02-09
0