###ruangan dokter bara.
keesokan harinya setelah melakukan banyak hal sebagai persyaratan di mulainya operasi.
Dokter bara pov
"hai sayang. apa kabarnya hari ini?" tanyaku yang menatapnya berbaring.
"aku sangat senang dan deg deg kan paaa." jawab Uci semangat.
"kamu udh siap?" tanyaku sekali lagi meyakinkan nya.
"Pah, aku siap." Ungkap uci dengan semyum di wajahnya yang meyakinkanku untuk segera melakukan operasi dan tidak menunda nya lagi.
"Kalo uci udah siap. Ayok kita ke ruang oprasi." Jawabku pada uci sambil mengelus rambut hitamnya.
"Seep. Papah." Ungkap Uci dengan senyum lebar di bibirnya.
###selang beberapa jam. Uci sudah di pindahkan ke sebuah ruang vip di rumah sakit itu.
Uci pov
saat aku mencoba membuka mataku dari pandangan yang sangat gelap tadi. Mama menyambut ku.
"Sayang. Kamu udah sadar." Tanya mama yang terlihat sangat senang.
"Loh, ma kok aku nggak sadar siih? Biasanya kan kalo oprasi itu yang di bius cuma bagian yang mau di oprasi." Tanyaku sambil melirik ke arah mas eno.
"Sayang, kalo cuma bagian dada aja yang di bius. Kamu tetep bakal ngerasa sakit sayang. Karna peredaran darah akan sangat terganggu." Jelas mas eno padaku.
"Oooh. Aku tau sekarang. Papa bara kemana?" Tanyaku lagi. Aku juga tidak melihat ica di sekelilingku. Mas lingga, papaku juga sepertinya tidak datang.
"Masih ada pasien sayang. Oh ia, mama ada telfon mama angkat dulu ya." Ungkap mamaku mencium keningku dan pergi keluar ruangan.
"Dek, masih sakit nggak?" Tanya mas eno yang duduk di sampingku.
"Udah nggak kok. Hehe, mas eno nggak ada kuliah apa?" Tanyaku memulai pembicaraan.
"Kamu yakin nyuruh mas eno kuliah jam segini?" Tanya mas eno yang melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 1 malam.
"Ups. Hehe, aku kira masih siang. Soalnya kan aku di oprasi tadi pagi mas." Ungkapku dengan pipi agak memerah malu.
"Ahahahah, bentar lagi papa bara Dateng kok buat periksa kondisi kamu ok. eh ada telfon dari mba ana sayang. Mas angkat dulu ya." Ungkap mas eno sembari bangkit dan meninggalkanku.
"Ia. Dadah mas." Jawabku lagi.
*mereka lebih pentingin telfon dari aku. Elaaah, kagak papa lah lagian pasti penting juga tu telfon. siapa tau mereka nanya kondisi aku. Mendingan aku tidur.* ungkapku dalam hati.
"Uciii..." terdengar seperti ada seseorang yang memanggilku. Tapi tidak ku hiraukan.
"Uciii..." suara itu datang lagi. pertama tadi seperti bisikan.
"Uciiii..." lagi.. makin keras.
"Uciiii..." dan
"Aaaaaaaaaaah." Jeritku dengan segala tenaga yang aku miliki.
Aku mendengar suara pintu di buka dan aku melihat mas lingga dan mas eno masuk ke kamarku.
"Kamu kenapa sayaaang?" Tanya mas lingga sembari memelukku.
"Aku takut mas, aku takuut." Ungkapku dengan sekujur tubuh berkeringat dingin.
"Jangan takut sayang, ada mas lingga di sini." Jawab mas lingga menenangkanku. mengelus rambutku sayang.
"Aaaaah. Mas lingga." Jeritku lagi.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya mas lingga lagi. sepertinya dia kaget. begitu juga mas eno yang bingung.
Aku tak menghiraukannya aku menutup mataku. Tapi ada bisikan yang dengan suara parau dan sangat mengerikan.
"Kau, puci lae barbie. Kamu tidak berhak untuk hidup. Aku akan membawamu pergi persamaku. Pergi selamanya."
Aku memeluk mas lingga dengan sangat erat aku mencengkram kemeja putihnya. Karna aku memeluknya dengan sangat kuat, sampai sampai kemeja mas lingga sobek.
"Sayang. Kamu kenapa? Sayang. Eno panggilin dokter no." Suruh mas lingga pada mas eno yang ada di ruangan ini.
"Mas lingga aku takut." Kataku lagi masih memeluk erat mas lingga.
"Sayang, nggak usah takut ada mas lingga di sini sayang." Balas mas lingga yang tak kalah kuat memelukku.
"Dia, dia. Dia mas lingga." Kataku dengan kata terbata bata, merinding. Dan tetap menangis di pelukan mas lingga.
"Udah sayang, nggak papa. Kalo ada yang jahatin kamu biar mas lingga kasih pelajaran. Kamu tenang ya sayang. Nafas dulu di atur. Jaitannya belum menyatu sama daging kamu. ya sayang, jangan takut. Ada mas lingga." Jelas mas lingga yang masih terus berusaha menenangkanku. Masih terus memelukku yang memejamkan mata.
*dia, dia mas lingga. Matanya sangat mengerikan. Dia menatapku dengan penuh kejahatan. Dia, seakan ingin mencekikku. Tuhan, tolong aku.* jeritku dalam hati.
"Tenang. Sayang." Mas lingga mengusap punggungku yang basah karna keringat.
"Ini dokter, dia terus menangis." Ungkap mas eno yang terlihat membawa seorang dokter di dekatnya.
"Biar aku periksa." Kata papa bara pada mas lingga yang mengangguk dan mulai membisikkan ku.
"Sayang, peluknya udah dulu ya. Uci mau di periksa sama papa. Tenang aja, mas lingga nggak akan tinggalin uci." Bisik mas lingga di telingaku sambil mencoba melepas pelukannya dari ku.
Aku hanya mengangguk.
"Sudah dok." Jelas mas lingga yang masih terdengar oleh telingaku.
Papa memeriksaku. Dan
"Dia baik baik saja. Walaupun detak jantungnya sangat kencang aku yakin ada yang terjadi." Ungkap papa sambil mengelus rambutku.
"Pah, aku takut." Ungkapku pada papa yang masih di sampingku.
"Sayang, nggak usah takut. Di sini kan ada mas lingga, mas eno, ada papa juga. Nanti biar papa suruh ica temenin uci di sini ya." Jelas papa yang langsung mengecup keningku.
"Hem." Aku hanya mengangguk.
"Papa tinggal dulu ya." Ungkap papa yang beranjak dari samping ranjanku dan pergi.
"Kamu istirahat ya sayang." Ungkap mas lingga sambil menciumku.
"Tapi, mas lingga janji ya temenin aku. Kalo aku tidur jangan di tinggal. Pokoknya aku temenin." Kataku yang dengan cepat meraih tangan mas lingga dan memeluknya pengganti guling tidurku.
"Ia, mas lingga nggak akan tinggalin uci kok. Mas lingga di sini." Ungkapnya sambil menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur untuku.
*aku takut dia datang lagi. Dia sangat menakutkan. Ada apa dengannya kenapa dia menggangguku.? Padahal sebelumnya aku tidak punya masalah apa apa pada siapapun. lalu kenapa dia memintaku untuk ikut dengannya. ada apa ini sebenernya.* ungkapku dalam hati.
#####
Ciyeee, serius amat bacanya.
Hehe, maaf gaje.
Maaf, typo everywhere
Maaf , paragraf acak acakan.
Maaf, bahasanya kurang
Hehe, aku sayang reader . :*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Setyana
semangka 💪💪💪
2020-12-20
0