Aaaah, aku bingung ini gimana... aaah, pusing pusing.. gimme semangat doong readeer. :) *kecupin pipi satu satu*
Okeh mulai
Puci pov
Setelah jam istirahat. Seluruh murid kelas 12 ipa 1 ini berhamburan ke ruang ganti. Termasuk denganku.
"Aaaaish, gw benci pelajaran penjas." Rengekku yang duduk sendirian di depan pintu pintu ruang ganti.
"Ya lu yang sabar." Jawab anak anak perempuan yang tiba tiba serempak mengeluarkan kepalanya masing masing.
"Aish, kalian ini memang yaa. Hobinya ngeledek gw mulu." Jawabku dengan suara yang sangat pelan.
###
Kita ada di ruang olah raga sekarang.
Di depanku ada para cewe yang sedang main basket.
Sedangkan di belakangku ada para laki laki yang sedang main voly.
Aku yang duduk di tengah tengah pembatas antara lapangan basket dan voly itu. Masih sibuk memainkan kursiku.
"Andai saja aku terlahir dengan jantung yang normal. Aku pasti bisa ikut ica memasukkan bola itu ke ring basket." Dumelku sambil menunduk.
Aku memutar kursiku melihat pada lapangan voly yang sangat seru.
Aku menyortir satu persatu pria, dan ku temukan. Dia, pria yang aku sukai sejak pertama masuk sekolah ini.
lalu tanpa sadar sudut bibirku terangkat dengan sendirinya begitu menatapnya.
Bayu pov
Dia lagi, dia lagi. Kenapa sih tu cewe selalu aja liatin gw pake tatapan sinisnya yang kadang manis, kadang juga aneh. Agak sedikit risih siih.
"Aouuuh." Keluhku saat bola tepat mengenai pipiku.
Aku masih menatapnya, dia tertawa sangat lepas. Dia cantik, bahkan sangat cantik.
"Eh bro, makanya kalo main voly jangan sambil bengong doong." Ungkap reza yang membantuku berdiri.
"Hehe, sory sory. Gw masih agak ngantuk." Ungkapku berbohong yang suka sedikit sedikit mencuri pandang padanya.
Puci pov
Aku memang tampak tertawa melihatnya menggunaka pipinya untuk mengembalikan bola pada lawan. Tapi hati kecilku tak bisa berbohong. Dia terus bilang "apa dia baik baik saja. Lihatlah, pipinya merah merona terkena bola. Astaga, aku benar benar menghawatirkannya." Ungkapku dalam hati. Tapi, setelah melihatnya main voly lagi, aku yakin bahwa dia tidak kenapa napa.
##jam olahraga selesai semua anak kelasku sudah ada di kelas termasuk bayu. Pria yang sampai di sekolah pukul 9 pagi.
Sekarang waktunya pulang.
"Uci, lu tau nggak. Ada cowo, namanya farhat. Dia tamvan. Barusan aja dia nembak gw." Seru ica padaku dengan sangat bersemangat. Meskipun panas sedikit menyengat kulit
"Beneran?. Tau dari mana tamvan lu kena tipu baru rasain loh." Ungkapku sambil tertawa.
"Aikh, lu mah bener bener deh nggak pernah bisa liat temen atu atunya elu buat seneng." Celoteh ica dengan wajah sebal.
"Ahahahah, karna gw sayang ama lu, jadi gw ngingetin lo." Jawabku pada temanku satu satunya ini yang sering di cap sebagai cewe play girl.
"Mana mas lingga. Kagak dateng dateng, ini panas bangeeet." Rengek ica lagi
lalu beberapa waktu kemudian...
"Haaai" sapa mas lingga yang mendekatkan mobilnya kepada kami.
"Gw naik depan." Jerit ica sambil berlari dan membuka pintu depan lalu duduk di sana.
"terserah deh mau duduk di depan." Jawabku sedikit kesal.
"Mas lingga... aku kangen berat tau ama mas lingga. Ajak aku makan es krim lagi doong atau kemana kek. Yang romantis gitu." Celoteh ica sambil memeluk tangan mas lingga.
"Ahahaha, ia mas juga kangen ama kamu ca. Gimana kalo abis cek up kita ke toko es krim?" Tawar mas lingga padaku dan ica.
"Boleh tuh." Ungkapku yang duduk di belakang.
"Yeeeay, mas lingga memang segalanya deh. Tamvan, baik. Aaah, romantis lagi." Puji ica pada mas lingga yang hanya menyenyumi ica.
"dasar gatel." batinku
## setelah sampai di rumah sakit.
"Papaaaah" teriak ica pada dokter bara.
"Hai ica sayang. Hai uci." Dengan senyum lebarnya yang membalas pelukan anak semata wayangnya.
"Aku tunggu di luar ya pah." Ungkap ica sembari berjalan keluar.
"Eh lu ca. Kalo sampe nge godain mas lingga gw jitak lu ntar." Jeritku dengan suara toak mushola.
"Bodo.." jawabnya sambil berjalan keluar ruangan.
"Sama mas lingga lagi to sayang?" Tanya dokter bara yang ku panggil dengan panggilan papa juga, sama seperti ica
"Ia pah." Jawabku sembari berbaring di kasur dengan seprey biru muda.
"Oke, jatungnya udah mulai stabil. Sama kaya yang papa bilang, kita bakal cari terus pendonor yang cocok buat kamu sayang." Ungkap papa sambil mencoba mengacak ngacak rambutku yang sudah tidak ku gelung lagi.
"Ia pah, aku tungguin loh, donor jantungnya pah. Oh ya, aku sama ica sama mas lingga juga boleh makan es krim kan pah.?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Ia boleh, tapi makan es krimnya jangan cepet cepet itu juga bisa memacu jantung kamu jadi makin cepet berdetak." Jelas papa padaku yang masih setia duduk di depan mejanya.
"Heem, dan sekarang aku boleh pulang?" Tanyaku pada papa yang terlihat menganggukan kepalanya.
"Hati hati sayang" ungkap papa padaku. Lantas aku menciumnya dan keluar dari ruanganya yang sangat wangi itu.
## saat di luar, tepatnya di ruang tunggu.
"Ayo kita makan es krim." Ungkapku pada mas lingga yang setia duduk di depan bersama ica yang sibuk dengan kotak ajaibnya.
"Ayok." Ungkap mas lingga yang beranjak berdiri.
"Ica , lu ngapain. Ayok katanya mau makan es krim." Ungkapku sambil mencubit bahu kananya.
"Eeh, ayok ayok..." jawab ica sambil menggandeng mas lingga.
Astaga, temen gw yang satu ini memang yah... parah banget, ganjennya. Apa lagi kalo udah ketemu mas lingga atau mas eno
#pas udah di rumah. Malem ini ica nginep.
"Eh, papa telfon." Kataku yang memberi tau ica.
"Alo pa." Jawabku pada kotak ajaib yang ku genggam tanpa meletakkannya di telingaku.
"Sayang, papa udah dapet donor jantung yang pas sama kamu. Jadi besok nggak usah sekolah ya. Langsung ke rumah sakit aja." Ungkap papa dengan nada semangat.
"Aaah, papah. Beneran pah?" tanyaku dengan semangat 45'
"Ia, bener sayang. Oh ya, papa mau telfon mama uci dulu. Ya.." seru papa yang terdengar ingin menutup telfonnya.
"Eeeeh, papah jangan di matiin dulu." Jerit ica sambil meraih ponselku.
"Kenapa sayang?" Tanya papa pada ica.
"Aku juga besok nggak sekolah ya. Kan aku mau nemenin uci." Rengeknya pada papa.
"Jangan pa, jangan boleh bolos. Biarin aja dia sekolah pa." Jeritku pada papa. Sambil terkekeh
"Terserah ica aja. Mau sekoah ato nggak terserah." Ungkap papa yang membuat senyum di bibir ica sangat sumringah.
"Alaaaah, paah. Jangan di bolehin bolos paaah." Seruku pada papa
"Udah lah uci. Ica biarin aja, lagian bisa buat temen kamu kan." Jawab papa perlahan seakan menenangkan kami yang hampir bertengkar.
"Ia, pah." Jawabku tenang
"Ya udah ya, papa mau langsung kabarin mama uci. Oh ya ci, jangan lupa kabarin mas lingga dan yang lain ya." Jawab papa, yang langsung menutup telfonnya.
"Ayo kita ke kamar mas lingga sekaraaang." Rengek ica padaku.
"Heem, ayok deh." Jawabku dengan nada sedikit terpaksa.
#di depan pintu kamar
"Maaas. Mas lingga." Panggil ica sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Kagak ada suaranya, gimana kalo kita coba buka aja?" Usulku pada ica yang ku lihat menganggukan kepalanya.
Setelah sampai di dalam tidak ada orang. Jadi kami menunggu di kasur mas lingga sambil mendengarkan lagu dari earphone yang di bawa ica.
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Kami hanya diam dan masih menikmati suara musik di telinga kami.
"Adek " sapa mas lingga yang mendekat pada kami.
"Huwaaaah, mas lingga." Jerit ica yang membuat telingaku sakit.
Ya, kita melihat mas lingga hanya dengan menggunakan handuk, dan Telanjang dada.
"Elah, lu ca. Lebay bener." Ungkapku yang langsung terduduk sambil menutup telingaku.
"Ya abis mas lingga, tiba tiba aja ke sini. Untung aku nggak jantungan kaya uci." Ceplos ica yang sedikit menyayat hatiku.
"Eh, sory ci." Lanjut ica.
"Elah, kagak pape. Kayak ama sapa aja." Jawabku mencubit pipi ica.
"Mau ngapain ini adek adek aku yang unyu?" Tanya mas lingga sambil mengenakan bajunya.
"Ih mas, nanti napa pake bajunya. Ntar kalo tiba tiba terbang gimana?" Celetukku membuat ica memukul punggunggku.
"Bisa kagak ngomongnya yang agak tertutup gitu." Jawab ica dengan wajah memerah.
"Kalian tutup mata aja, sambil tiduran di situ, ntar kalo udah kelar mas bilang." Kata mas lingga sambil membuka lemarinya.
"Ia." Jawab kita bersamaan.
Beberapa menit kemudian "udah dek." Bilang mas lingga sambil menyentuh punggungku.
"Akhirnya kelaaar." Ungkap ica yang memang sedari tadi terus memegangi dadanya yang terus berdetak dengan kencang.
"Mau apa?" Tanya mas lingga yang berbaring di tengah tengah kami. Dan kami mengikuti nya berbaring.
"Kata pa..." kata kataku terpotong saat mas eno datang.
"Elah, ngapain kalian ber 3? " tanya mas eno dengan menaikkan sebelah alis matanya.
"Tau nih mereka, katanya mau apa? Belom sempet ngomong." Sahut mas lingga.
######
Segini dulu yaa... jangan lupa vote buat semangatin akunya... besok selasa sama rabu kayanya bakalan sibuk banget deeeh.. :) jadi mungkin nggak aku next.
Selamat membaca, maaf typo bertebaran. Kalo menurut kalian ada yang nggak jelas tanya aja.
Makasih udah mau baca. :* "cayang kalian"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments