Alina tampak sedang memberi makan kucing peliharaannya dan bermain dengan kucingnya di taman. Tiba-tiba, Tuan Melviano datang dari belakang dan memegang pundak Alina. Karena terkejut, Alina tidak sengaja memukul mata Melviano dan membuatnya lebam.
"Aduh," ucap Melviano yang merasa kesakitan.
"Maaf, maaf, Tuan tidak apa-apa kan?" ucap Alina. "Tuan mengapa mengagetkan saya? Akhirnya saya terkejut dan memukul Tuan," lanjut Alina.
Melviano segera pergi sambil memegang matanya yang kesakitan. Alina yang melihat hal tersebut malah tertawa.
Keesokan harinya, Rani yang sedang menyisirkan rambut Nona Alina tiba-tiba digantikan oleh Tuan Melviano. "Oh iya, Rani, kemarin saya tidak sengaja memukul mata Tuanmu. Apa saya harus menemuinya dan meminta maaf?" tanya Alina.
Melviano hanya diam.
"Kalau menurut saya tidak perlu. Dia memang pantas menerimanya. Lagian, dia sering meminta para istrinya untuk melayaninya. Emang dia siapa? Kita kan juga manusia," ucap Alina yang tidak mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah Tuan Melviano sendiri.
Karena merasa heran kenapa Rani tidak berbicara, Alina pun melihat ke belakang dan ia sangat terkejut.
"(Mati gue)" ucap Alina dalam hati.
"Oh, jadi saya ini Tuan yang suka memerintah sesuka hati saya?" ucap Melviano.
"Bukan, bukan begitu. Sebenarnya Tuan itu baik, cuma Tuan hanya tidak memperlihatkan kebaikan Tuan ke orang lain," ucap Alina.
"Sekarang baik ya?" ucap Melviano.
"Iya. Eh, tidak, maksud saya, Tuan itu memang baik," ucap Alina.
"Tuan, ada apa? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Nona Alina.
"Kamu lihat ini," ucap Melviano sambil menunjuk matanya. "Ini gara-gara kamu."
"Maaf, Tuan," ucap Alina.
"Karena kamu telah melukai saya, maka kamu harus dihukum," ucap Melviano.
"Tapi saya kan tidak sengaja, Tuan," ucap Alina.
"Saya tidak peduli, malam ini kamu harus ke kediaman saya," ucap Melviano.
"(Apa? 🤨 Ke kediamannya? Apa yang akan dia lakukan? 🤔 Apakah dia akan memukul saya? 🙄 Mencekik saya? 😧 Atau... dia akan memukul mata saya seperti saya memukulnya? 🙄 Tidak, tidak, tidak... 😟)," pikir Alina dalam hati sambil membayangkannya.
"Nona Alina," ucap Melviano yang membuyarkan lamunan Alina.
"Mmm, Tuan... boleh nggak kalau saya ke kediaman Tuan besok pagi saja?" tanya Alina.
"Saya maunya malam ini. Saya tunggu," ucap Melviano dan segera pergi.
Malamnya, Alina datang ke kediaman Tuan Melviano. Di sana, Alina disuruh untuk menstempel buku sebanyak 100 buku.
"Tuan, Tuan tidak salah, ini kan bukan tugas saya," ucap Nona Alina.
"Ini sebagai hukuman buat kamu," ucap Melviano.
Alina mengerjakan hukumannya, dan Melviano mengawasinya dari dekat. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, terlihat Alina sangat mengantuk. Saat kepala Alina hendak terjatuh, Melviano segera menahannya dengan tangannya.
Paginya, terlihat Melviano tertidur sambil menahan kepala Alina. Saat Alina terbangun, ia segera pergi.
Sesampai di kediaman Nona Alina...
"Nona, dari mana Nona? Kenapa Nona baru pulang? Saya sangat khawatir kepada Nona," ucap Rani.
"Saya tidak apa-apa, saya hanya kecapean," ucap Alina dan Rani segera memijat pundak Alina.
Pengawal Tuan Melviano mengumumkan kepada para istri Tuan Melviano untuk datang ke kediamannya, untuk menyambut tamu Tuan Melviano. Kali ini, Alina terlihat merencanakan sesuatu. Dia berpura-pura sakit supaya tidak perlu pergi ke sana. Setelah salah satu pengawal menyampaikan hal tersebut ke Tuan Melviano, Tuan Melviano menemui Nona Alina sehabis menyambut tamunya.
"Kata pengawal, kamu sakit?" tanya Melviano.
Alina yang menutup tubuhnya dengan selimut, mulai berakting. "Iya, tapi Tuan tidak usah khawatir, saya baik-baik saja," ucap Alina.
"Saya akan menemani kamu di sini sampai kamu sembuh," ucap Melviano yang sudah mengetahui kalau Alina hanya berpura-pura sakit.
"Ha, tidak usah," ucap Alina yang segera bangun.
"Kamu sehat?" tanya Melviano yang melihat Alina segera bangun.
"Ah, saya, saya," ucap Alina yang segera berbaring kembali.
Melviano tidur bersama Alina, dan membuat Alina terkejut. Karena Alina takut akan diapa-apain, ia tidak tidur sepanjang malam dan membuat matanya bengkak. Saat Alina dan Melviano ingin bangun, tiba-tiba kalung Alina tersangkut di baju Melviano.
Karena tidak bisa terlepas, Melviano terpaksa menarik kalung Nona Alina yang membuatnya rusak.
"Eh!" teriak Alina.
"Tuan, kalung saya," ucap Alina yang tampak sedih dan melihat dengan tatapan marah ke Tuan Melviano.
"Istriku, mata kamu kenapa?" tanya Melviano.
"Ah, tidak apa-apa," ucap Alina.
"(Ini gara-gara kamu)" pikir Alina dalam hati.
Tok tok tok.....
"Masuk," ucap Alina.
Rani yang melihat Alina dan Tuan Melviano tidur bersama merasa sangat senang.
"Rani, kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Alina.
"Tidak apa-apa, Nona," ucap Rani.
"Makanan sudah siap, Nona," ucap Rani.
"Iya, nanti saya keluar," ucap Alina.
"Baik, Nona," ucap Rani dan segera keluar.
"Yaudah, kita makan," ucap Melviano.
"Ah, bukannya Tuan akan pulang ke kediaman Tuan?" tanya Alina.
"Saya ingin makan dengan istri saya, apa ada yang salah?" ucap Melviano.
"Tidak ada," ucap Alina yang bingung.
Saat sedang makan, Alina sengaja makan dengan gaya yang tidak sopan, agar Melviano merasa ilfil dan bersendak. Setelah Melviano pergi, Alina tertawa terbahak-bahak, ia tidak mengetahui bahwa Melviano ada di belakang.
"Hahaha, Rani, kamu tahu nggak, saya sengaja melakukan itu agar Tuanmu itu ilfil dengan saya. Kamu lihat nggak tadi wajahnya saat saya bersendak? Itu lucu sekali, aku tidak kuat melihat ekspresi Tuanmu itu," ucap Alina sambil memegang perutnya.
"Nona, Nona, di belakang Nona," ucap Rani.
"Ada apa di belakang?" tanya Alina yang segera melihat ke belakang.
"(Ad..uh)" ucap Alina yang sangat malu.
Melviano yang melihat hal tersebut, langsung mengambil ponselnya yang ketinggalan dan segera pergi tanpa berkata apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments